Visi Guru Penggerak

Mulai dari Diri - Modul 1.3

Tujuan Pembelajaran Khusus: CGP mampu merumuskan visi pribadi mengenai murid dan sekolah yang menumbuhkembangkan Profil Pelajar Pancasila. 

Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak!

Dalam Pembelajaran 1 ini kita akan menggali pemahaman kita atas visi. Ingatkah Bapak/Ibu CGP, pada masa kecil, kita pernah ditanya mengenai cita-cita. Pertanyaan yang sering diajukan adalah, “Mau jadi apa jika sudah besar?”. Pada masa itu, sebagian besar dari kita dapat menjawab dengan percaya diri. Kita menjawab dengan bersemangat tentang profesi yang ingin kita geluti di masa depan. Padahal, kita belum tahu apakah hal itu dapat dicapai atau tidak. Seperti itulah visi. 

Visi itu bagaikan membayangkan sebuah lukisan lengkap pada kanvas yang masih kosong. Visi juga dapat diibaratkan sebagai bintang penunjuk arah yang memandu penjelajah untuk mencapai tujuannya. Visi memang belum terjadi saat ini, namun begitu kuat kita inginkan untuk terwujud di masa depan. Visi adalah representasi visual kita akan masa depan. Penggambaran visi yang jelas tentang keadaan di masa depan dapat membantu kita untuk merencanakan dan menyelaraskan upaya-upaya mewujudkannya.

Refleksi Mandiri 1

Kita semua mengenal “Sumpah Palapa” dari Gajah Mada. Lewat sejarah kita belajar bagaimana kemudian visi yang Gajah Mada artikulasikan sebagai sumpah tersebut menggerakkan Kerajaan Majapahit menjadi kerajaan besar di Nusantara. Visi pribadi beliau begitu kuat, dipercaya, hingga didukung oleh warga dan kerajaannya. Visi itu menguatkan hatinya, menggerakkan hati semua orang, dan mempersatukan gerak bersama dalam pencapaiannya. Gajah Mada adalah Mahapatih bukan Raja dari Kerajaan Majapahit saat itu. Kisah Gajah Mada itu dapat kita tarik ke dalam konteks guru dan sekolahnya. Guru memang bukan Kepala Sekolah, namun jika visi seorang guru memiliki makna yang kuat maka visi tersebut berpeluang menghubungkan hati lebih banyak pihak hingga kemudian mengundang upaya kolaboratif demi mewujudkannya. Visi seorang guru harus dapat di-amini semua pihak karena sangat jelas keberpihakannya pada murid.

Nah, ketika kita sebagai seorang guru membayangkan suatu visi, apakah kita telah menyertakan gambaran murid ke dalamnya? Sebagai seorang guru, mendidik bukanlah pekerjaan administratif. Target pekerjaan kita bukan sebuah dokumen, selembar kertas, atau daftar angka. Mendidik tidak hanya berbicara tentang dimensi waktu “sekarang”. Sasaran pekerjaan kita adalah manusia. Target pekerjaan kita adalah pertumbuhan manusia demi manusia. Hasil pekerjaan kita baru akan terlihat saat manusia ini berkarya di masa depan nanti. Oleh karena itu, memiliki visi tentang pertumbuhan murid menjadi hal yang sangat penting bagi seorang guru. Visi yang diharapkan terwujud pada murid Bapak/Ibu di masa depan. Visi mengenai murid inilah yang nantinya menjadi bintang penunjuk arah bagi guru dalam menentukan program dan strategi pembelajaran.

Pada kesempatan ini kita juga akan membayangkan tanggung jawab kita sebagai seorang guru dengan peran sebagai Guru Penggerak. Kita memiliki peran untuk mengembangkan diri dan orang lain, memimpin pembelajaran, memimpin manajemen sekolah, dan memimpin pengembangan sekolah. Peran ini memunculkan harapan bahwa ada hal besar yang kita harapkan dapat kita capai di masa depan.  Sebagai Guru Penggerak kelak, peran kita akan melampaui dinding dan pintu kelas di mana kita mengajar. Oleh karena itu, Guru Penggerak perlu mengartikulasikan harapan besar mengenai dirinya, murid, rekan kerja, sekolah, dan kedigjayaan Indonesia dalam kalimat-kalimat yang sifatnya pribadi, sehingga paling tidak dapat menggerakkan hatinya, menyemangati dirinya, di tengah jatuh-bangun perjuangannya kelak.

Untuk membantu Bapak/Ibu dalam memaknai bagaimana pentingnya visi tentang murid, mari kita membuat “gambar” yang bertemakan “Imajiku tentang murid di masa depan”. Buatlah satu gambar mengenai murid yang Bapak/Ibu dambakan 5-10 tahun mendatang. Sertakan juga dalam gambar itu, lingkungan pembelajaran yang sesuai untuk murid sebagaimana Bapak/Ibu cita-citakan. Gambarkan situasi murid, peran guru, juga suasana sekolah sesuai dengan cita-cita Bapak/Ibu. Konsentrasikan diri pada substansi pesan pribadi Bapak/Ibu bukan pada keindahan gambarnya.

Refleksi Mandiri 2

Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah membuat “gambar”? Semoga gambar mengenai mimpi tentang murid dan lingkungan pembelajaran di masa depan ini mendatangkan perasaan bahagia dalam diri sebagai guru. Gambar yang Bapak/Ibu buat sesungguhnya adalah visi mengenai layanan dan lingkungan pembelajaran di masa depan yang akan kita berikan pada murid kita. Ketika kita menggambar visi, maka yang muncul adalah keyakinan dalam diri untuk mewujudkannya. Akhirnya, kita pun terpacu untuk melakukan peningkatan kualitas diri serta menguatkan kolaborasi di sekolah agar terjadi upaya perbaikan dan perubahan berkesinambungan yang diperlukan agar visi menjadi kenyataan. 

Pada kesempatan ini, marilah merangkai mimpi dalam gambar tersebut ke dalam kata-kata yang lebih jelas sebagai sebuah visi Bapak/Ibu. Kalimat rumpang dalam paragraf berikut ini menyediakan panduan untuk menuliskan visi yang telah Bapak/Ibu gambar. Diharapkan kegiatan ini dapat membantu Bapak/Ibu menyingkap apa yang sebetulnya telah dan perlu terus diyakini demi kebaikan murid-murid. Silahkan lengkapi kalimat rumpang ini dengan sungguh-sungguh sepenuh hati dan pikiran, sehingga tersusun sebuah paragraf utuh yang dapat menggambarkan visi tentang murid dan sekolah yang Bapak/Ibu idam-idamkan. Sebuah sekolah yang berpihak pada murid, dan menuntun murid mengejawantahkan Profil Pelajar Pancasila.


Saya memimpikan murid-murid yang ……………………………………………………...............
Saya percaya bahwa murid adalah ……………………………………………………...................
Di sekolah, saya mengutamakan ……………………………………………………......................
Murid di sekolah saya sadar betul bahwa …………………………………………………….......
Saya dan guru lain di sekolah saya yakin untuk ………………………………………………….
Saya dan guru lain di sekolah saya paham bahwa ……………………………………………....


Refleksi Mandiri 3

Pada kesempatan ini, mari kita formulasikan VISI Bapak/Ibu sebagai pendidik. Jadikan kesempatan ini bermakna pribadi, bukan untuk sekedar memenuhi tagihan centang di LMS Bapak/Ibu. Gunakan pertanyaan-pertanyaan berikut untuk kemudian dirumuskan dalam sebuah VISI:

Susunlah rumusan VISI Bapak/Ibu dalam kalimat-kalimat yang menggunakan kata bermakna kuat, spesifik, berorientasi masa depan, menekankan potensi yang ada sehingga khas menggambarkan murid dan sekolah dalam konteks yang sesuai dengan kenyataan Bapak/Ibu masing-masing. 

Sebagai guru dan Guru Penggerak, Bapak/Ibu kelak akan terlibat dalam proses menyusun atau menelaah kembali visi sekolah. Diharapkan, proses belajar dalam modul ini dapat menguatkan Bapak/Ibu sehingga membantu sekolah melihat pentingnya melibatkan murid dan komunitas sekolah dalam merumuskan visi sekolah.

Pada tugas ini, artikulasikanlah nilai-nilai, filosofi, harapan atas murid di sekolah yang Bapak/Ibu yakini dalam sebuah VISI. Pastikan kalimat-kalimat yang digunakan memiliki makna tersendiri bagi Bapak/Ibu secara pribadi sehingga ketika dibaca, kalimat itu akan menyemangati Bapak/Ibu sendiri, sekaligus menggerakkan hati tiap orang yang turut membacanya. Lewat kalimat itu, Bapak/Ibu harus menggambarkan seberapa berharga visi tersebut hingga patut diperjuangkan pencapaiannya. 

MY NOTES : https://www.youtube.com/watch?v=ib1KERi-5lE&t=25s

Tanggapan Fasilitator : 5 tahun ke depan setidaknya profil pelajar pancasila sudah tampak ya bu. Murid senang belajar tanpa diperintah terlebih dahulu untuk belajar. Mau dibawa kemana pelajar Indonesia ini, ini adalah tugas kita sebagai guru penggerak. 

Eksplorasi Konsep - Modul 1.3

Tujuan Pembelajaran Khusus: 

Pengantar

Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak, selamat datang di pembelajaran kedua! Kali ini, kita akan mengeksplorasi mengapa lingkungan belajar yang bermakna dan berpihak pada murid itu harus ditumbuhkan. Bapak/Ibu CGP telah membuat lukisan mimpi dan narasi visi mengenai murid dan lingkungan belajar di masa depan yang sesuai murid yang Bapak/Ibu impikan. Nah, kali ini kita akan membahas lanjutan mengenai visi, bagaimana mewujudkannya dengan sebuah pendekatan Inkuiri Apresiatif. Inkuiri Apresiatif (IA) adalah suatu filosofi, suatu landasan berpikir yang berfokus pada upaya kolaboratif untuk menemukan hal positif dalam diri seseorang, dalam suatu organisasi dan dunia di sekitarnya baik di masa lalu, masa kini maupun masa depan (Cooperrider & Whitney, 2005). Untuk mengetahui lebih lanjut tentang IA dan bagaimana melakukannya di satuan pendidikan kita, mari kita menyimak bacaan-bacaan pada halaman berikutnya.

Aku Melihat Indonesia

Karya: Ir. Soekarno

Jikalau aku berdiri di pantai Ngliyep

Aku mendengar Lautan Hindia bergelora membanting di pantai Ngliyep itu
Aku mendengar lagu, sajak Indonesia

 Jikalau aku melihat sawah-sawah yang menguning-menghijau
Aku tidak melihat lagi batang-batang padi yang menguning menghijau
Aku melihat Indonesia

Jikalau aku melihat gunung-gunung
Gunung Merapi, Gunung Semeru, Gunung Merbabu, Gunung Tangkuban Perahu, Gunung
Kelebet, dan gunung-gunung yang lain
Aku melihat Indonesia

 Jikalau aku mendengarkan Lagu-lagu yang merdu dari Batak
bukan lagi lagu Batak yang kudengarkan
Aku mendengarkan Indonesia

 Jikalau aku mendengarkan Pangkur Palaran
bukan lagi Pangkur Palaran yang kudengarkan
Aku mendengar Indonesia

 Jikalau aku mendengarkan lagu Olesio dari Maluku
bukan lagi aku mendengarkan lagu Olesio
Aku mendengar Indonesia

Jikalau aku mendengarkan burung Perkutut
menyanyi di pohon ditiup angin yang sepoi-sepoi
bukan lagi aku mendengarkan burung Perkutut
Aku mendengarkan Indonesia

Jikalau aku menghirup udara ini
Aku tidak lagi menghirup udara
Aku menghirup Indonesia

 Jikalau aku melihat wajah anak-anak
di desa-desa dengan mata yang bersinar-sinar
“Pak Merdeka; Pak Merdeka; Pak Merdeka!”
Aku bukan lagi melihat mata manusia
Aku melihat Indonesia


MY NOTES : Puisi yang sangat luar biasa. Saya terkagum-kagum dengan kalimat terakhir "Pak Merdeka; Pak Merdeka; Pak Merdeka! Aku bukan lagi melihat manusia. Aku melihat mata Indonesia" sehingga membuat semangat ini semakin menjadi-jadi demi mewujudkan merdeka yang sesungguhnya untuk Indonesia tercinta. 

A. Memimpin Perubahan Positif


A.1. Berpikir Strategis

Bagaimana perasaan Bapak/Ibu usai membaca puisi di atas? Apa yang bergelora dalam darah Bapak/Ibu? Ya, puisi di atas menunjukkan visi Presiden Pertama kita akan wujud kesatuan dari ragam kekayaan yang ada di Indonesia. Beliau begitu kuat menggambarkan pesan beliau tersebut lewat sepotong puisi. Kita belajar, bahwa visi dapat disajikan dalam bentuk yang beraneka ragam dan apapun bentuknya, visi itu harus menyemangati, menggerakkan hati dan kolaborasi tiap anggota dalam suatu komunitas.

Menjadikan sekolah sebagai rumah yang aman, nyaman dan bermakna bagi murid sepertinya sudah menjadi hal yang umum diinginkan semua pihak. Mungkin saja, sebagian dari Bapak/Ibu juga menuliskan mimpi itu pada gambaran visinya. Namun, dalam prakteknya, kalimat tersebut bukan kalimat yang mudah untuk diwujudkan. Perlu perubahan yang mendasar dan upaya yang konsisten. Inilah salah satu tujuan visi, yaitu untuk mencapai perubahan yang lebih baik dari kondisi saat ini. Visi membantu kita untuk melihat kondisi saat ini sebagai garis “start” dan membayangkan garis “finish” seperti apa yang ingin dicapai. Ini bagaikan seorang pelari yang perlu mengetahui garis “start” dan garis “finish” bahkan sebelum ia benar-benar berlari melintasi jalur lari tersebut.

Menurut Evans (2001), untuk memastikan bahwa perubahan terjadi secara mendasar dalam operasional sekolah, maka para pemimpin sekolah hendaknya mulai dengan memahami dan mendorong perubahan budaya sekolah. Budaya sekolah berarti merujuk pada kebiasaan-kebiasaan yang selama ini dilakukan di sekolah. Kebiasaan ini dapat berupa sikap, perbuatan, dan segala bentuk kegiatan yang dilakukan warga sekolah. Walaupun sulit, reformasi budaya sekolah bukanlah hal yang tidak mungkin. Untuk melakukannya diperlukan orang-orang yang bersedia untuk terus berinovasi dan terbuka terhadap perubahan zaman. Untuk mewujudkan hal ini seorang pemimpin membutuhkan partisipasi dari semua warga sekolah.

Perubahan yang positif dan konstruktif di sekolah biasanya membutuhkan waktu dan bersifat bertahap. Oleh karena itu, sebagai pemimpin, Bapak/Ibu CGP hendaknya terus berlatih mengelola diri sendiri sambil terus berupaya menggerakkan orang lain yang berada di dalam lingkaran pengaruh Bapak/Ibu untuk menjalani proses perubahan ini bersama-sama. Bapak/Ibu bukanlah penyedia semua jawaban dan jalan keluar bagi sekolah, Bapak/Ibu adalah penyelaras konteks dan pembangun koherensi perubahan. Hal ini perlu dilakukan dengan niatan belajar yang tulus demi mewujudkan visi sekolah impian. Bapak/Ibu perlu mendalami peran strategis rekan guru dan segenap komunitas orang dewasa di sekitar murid demi meningkatkan kualitas pembelajaran bagi murid. Bapak/Ibu tidak mungkin dapat menjangkau semua murid sendiri.

Jalan yang ditempuh untuk mewujudkan visi tersebut bukanlah jalan untuk mencari kemenangan semata. Jalan yang harus kita pilih adalah jalan kesinambungan atau keberlanjutan. Dengan demikian, yang dibangun bukanlah hubungan transaksional, yang dibangun adalah hubungan antar-manusia dan gotong-royong sehingga sekolah menjadi wahana utama untuk mengedepankan kepentingan murid, memberdayakan murid, mengajak murid duduk di kursi kendali pembelajaran mereka sendiri. Tut wuri handayani terejawantahkan.

MY NOTES : Demi mewujudkan visi sekolah impian, maka perlu adanya penyelaras konteks dan pembangun koherensi perubahan. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa untuk menuju perubahan yang positif, maka dibutuhkan niatan belajar yang tulus untuk menjalani setiap prosesnya, bergotong-royong, berkolaborasi dan melibatkan semua warga sekolah. 

A.2. Inkuiri Apresiatif sebagai Paradigma

Untuk dapat mewujudkan visi sekolah impian dan melakukan proses perubahan, maka perlu sebuah pendekatan atau paradigma. Pendekatan ini dipakai sebagai alat untuk mencapai tujuan. Jika diibaratkan seperti seorang pelari yang memiliki tujuan mencapai garis “ finish”, maka ia butuh peralatan yang mendukung selama berlatih seperti alat olahraga. Dalam pembelajaran kali ini, kita akan mengeksplorasi paradigma yang disebut Inkuiri Apresiatif (IA). IA dikenal sebagai pendekatan manajemen perubahan yang kolaboratif dan berbasis kekuatan. Konsep IA ini pertama kali dikembangkan oleh David Cooperrider (Cooperrider & Whitney, 2005; Noble & McGrath, 2016). Kita akan memakai pendekatan IA sebagai ‘alat olahraga’ untuk kita berlari mencapai garis “finish”kita yaitu visi yang kita impikan.

Dalam sebuah video di Youtube (sumber: "youtu.be/3JDfr6KGV-k"), Cooperrider, yang adalah tokoh yang mengembangkan IA, menyatakan bahwa pendekatan IA dapat membantu membebaskan potensi inovatif dan kreativitas, serta menyatukan orang dengan cara yang tidak dapat dilakukan oleh proses manajemen perubahan yang biasa. Manajemen perubahan yang biasa dilakukan lebih menitikberatkan pada masalah apa yang terjadi dan apa yang salah dari proses tersebut untuk diperbaiki. Hal ini berbeda dengan IA yang berusaha fokus pada kekuatan yang dimiliki setiap anggota dan menyatukannya untuk menghasilkan kekuatan tertinggi.

IA menggunakan prinsip-prinsip utama psikologi positif dan pendidikan positif. Pendekatan IA percaya bahwa setiap orang memiliki inti positif yang dapat memberikan kontribusi pada keberhasilan. Inti positif ini merupakan potensi dan aset organisasi. Dengan demikian, dalam implementasinya, IA dimulai dengan menggali hal-hal positif, keberhasilan yang telah dicapai dan kekuatan yang dimiliki organisasi, sebelum organisasi menapak pada tahap selanjutnya dalam melakukan perencanaan perubahan. 

Menurut Cooperrider & Whitney (2005), Inkuiri Apresiatif adalah suatu filosofi, suatu landasan berpikir yang berfokus pada upaya kolaboratif menemukan hal positif dalam diri seseorang, dalam suatu organisasi dan dunia di sekitarnya baik di masa lalu, masa kini maupun masa depan. Ia berpendapat juga bahwa saat ini kita hidup pada zaman yang membutuhkan mata yang dapat melihat dan mengungkap hal yang benar dan baik. Mata yang mampu membukakan kemungkinan perbaikan dan memberikan apresiasi atas hal yang sudah berjalan baik. Bila organisasi lebih banyak membangun sisi positif yang dimilikinya, maka kekuatan sumber daya manusia dalam organisasi tersebut dipastikan akan meningkat dan kemudian organisasi akan berkembang secara berkelanjutan.

Dalam video di Youtube tersebut, Cooperrider juga menceritakan bahwa pendapatnya ini sejalan dengan pendapat Peter Drucker, seorang Begawan dalam dunia kepemimpinan dan manajemen. Menurut Drucker, kepemimpinan dan manajemen adalah keabadian. Oleh sebab itu, seorang pemimpin bertugas menyelaraskan kekuatan yang dimiliki organisasi. Caranya adalah dengan mengupayakan agar kelemahan suatu sistem dalam organisasi tidak menjadi penghalang, karena semua aspek dalam organisasi fokus pada penyelarasan kekuatan.

MY NOTES : Inkuiri Apresiatif merupakan sebuah pendekatan kolaboratif untuk mengetahui kondisi suatu organisasi atau komunitas dalam mengembangkan perilaku suatu organisasi melalui pengajuan pertanyaan yang tersusun dalam tahapan BAGJA dan dijalankan dalam suasana yang positif dan apresiatif. 

B. Mengelola Perubahan Positif

“Perubahan di sekolah dapat diinisiasi oleh pihak luar, tetapi perubahan yang paling penting dan berkesinambungan akan datang dari dalam.” ~ Roland Barth, “Improving schools from within” (1990)

B.1. Inkuiri Apresiatif sebagai Pendekatan Manajemen Perubahan (BAGJA)

Di sekolah, pendekatan IA dapat dimulai dengan mengidentifikasi hal baik apa yang telah ada di sekolah, mencari cara bagaimana hal tersebut dapat dipertahankan, dan memunculkan strategi untuk mewujudkan perubahan ke arah lebih baik. Nantinya, kelemahan, kekurangan, dan ketiadaan menjadi tidak relevan lagi. Berpijak dari hal positif yang telah ada, sekolah kemudian menyelaraskan kekuatan tersebut dengan visi sekolah impian dan visi setiap warga sekolah.

Perubahan yang positif di sekolah tidak akan terjadi jika pertanyaan yang diajukan mengenai kondisi sekolah saat ini diawali dengan permasalahan yang terjadi atau mencari aktor sekolah yang melakukan kesalahan. Pertanyaan yang sering diajukan adalah, “Mengapa capaian hasil belajar siswa rendah?”, “Apa yang membuat rencana kegiatan sekolah tidak berjalan lancar?”, dan sebagainya. Motivasi untuk melakukan perubahan tentu akan berangsur menurun jika diskusi diarahkan pada permasalahan. Suasana psikologis yang terbangun tentu akan berbeda jika pertanyaan diawali dengan pertanyaan positif seperti ini:

Dalam modul 1.3 ini, kita mempelajari IA lebih dalam sebagai salah satu model manajemen perubahan di lingkungan pembelajaran, baik itu di kelas maupun sekolah. Kita akan mencoba menerapkannya melalui tahapan dalam IA yang di dalam bahasa Indonesia disebut dengan BAGJA (Buat Pertanyaan, Ambil Pelajaran, Gali Mimpi, Jabarkan Rencana, Atur Eksekusi). Silakan simak dan pelajari videonya terlebih dahulu. 

MY NOTES : Mengelola suatu perubahan positif tentu membutuhkan suatu manajemen perubahan, dimana manajemen ini dilakukan dengan tahapan BAGJA yang menggunakan paradigma Inkuiri Apresiatif yaitu pendekatan kolaboratif dalam melakukan perubahan yang berbasis kekuatan. 


Tahapan BAGJA

BAGJA adalah gubahan tahapan Inkuiri Apresiatif sebagai pendekatan manajemen perubahan yang pertama kali diperkenalkan oleh Cooperrider ke dalam langkah 4D Discover-Dream-Design-Deliver (Cooperrider & Whitney, 2005) yang kemudian dalam praktik-praktik selanjutnya tahapan Discover dipecah menjadi Define dan Discover (Cooperrider et.al, 2008). Inilah kemudian yang menjadi langkah-langkah yang perlu Bapak/Ibu ikuti dalam menerapkan perubahan sesuai dengan visi yang Bapak/Ibu telah impikan berdasarkan tahapan BAGJA. Tahap pertama, Buat Pertanyaan Utama (Define). Di tahap ini, Bapak/Ibu merumuskan pertanyaan sebagai penentu arah penelusuran terkait perubahan yang diinginkan atau diimpikan. Tahap kedua, Ambil Pelajaran (Discover). Pada tahapan ini, Bapak/Ibu mengumpulkan berbagai pengalaman positif yang telah dicapai di kelas maupun sekolah serta pelajaran apa yang dapat diambil dari hal-hal positif tersebut. Tahap ketiga, Gali Mimpi (Dream). Pada tahapan ini, Bapak/Ibu dapat menyusun narasi tentang kondisi ideal apa yang diimpikan dan diharapkan terjadi di lingkungan pembelajaran. Disinilah visi benar-benar dirumuskan dengan jelas. Tahap ketiga, Jabarkan Rencana (Design). Di tahapan ini, Bapak/Ibu dapat merumuskan rencana tindakan tentang hal-hal penting apa yang perlu dilakukan untuk mewujudkan visi. Tahapan terakhir, Atur Eksekusi (Deliver). Di bagian ini, Bapak/Ibu memutuskan langkah-langkah yang akan diambil, siapa yang akan Bapak/Ibu ajak dan pasti mau untuk terlibat, bagaimana strateginya, dan aksi lainnya demi mewujudkan visi perlahan-lahan. Tabel berikut ini berupaya memperlihatkan rangkuman (ciri) tiap tahapan B-A-G-J-A.

MY NOTES : Mengelola perubahan bagaikan burung yang baru belajar terbang, ia tidak akan langsung naik ke atas, tetapi ke bawah baru kemudian bisa ke atas. Perlu proses dan waktu secara bertahap. Manajemen perubahan IA dan tahapan BAGJA ini penting bagi guru penggerak untuk mewujudkan visi. Guru penggerak harus bisa belajar dari hal-hal positif yang terjadi, menemukan kekuatan-kekuatan yang dimiliki, sehingga bisa menyusun strategi dan Langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai visi tersebut. 





B.2. Proses Inkuiri dalam BAGJA

Mungkin banyak yang akan berpendapat bahwa BAGJA hanyalah satu dari sekian banyak manajemen perubahan yang ada di luar sana. Hal itu benar adanya. Dalam Program Guru Penggerak ini, BAGJA dipilih karena dapat berfungsi sebagai wahana yang menguatkan hubungan antar manusia di sekolah. Pertanyaan-pertanyaan yang dibuat dalam tahap demi tahap memungkinkan Guru Penggerak sebagai pemrakarsa (pemimpin dan pengelola) perubahan untuk menguatkan hubungan antar manusia dan gotong-royong.

Hal itu selaras dengan apa yang dinyatakan oleh Lewis (2016), dimana maksud dari Inkuiri Apresiatif adalah untuk memungkinkan anggota komunitas sekolah melakukan ko-kreasi langkah maju bersama yang berangkat dari kedalaman pemahaman akan makna/inti kesuksesan dan sumber-daya mereka sendiri; sehingga ko-kreasi kesuksesan masa depan mereka kontekstual.  BAGJA pun menuntut Guru Penggerak beranjak dari cara berpikir defisit ke cara berpikir aset, menjadi tangguh-pantang menyerah, dan terus meningkatkan efikasi diri dalam memimpin dan mengelola perubahan.

Kekuatan BAGJA ada pada proses penggalian jawaban pertanyaan yang didasari oleh rasa ingin tahu, kebaikan, dan kebersamaan. BAGJA mewujud menjadi pengalaman kolaboratif yang apresiatif dan bermakna bagi peningkatan kualitas belajar murid di sekolah. Pertanyaan itu akan membawa komunitas sekolah untuk berefleksi, menggali lebih dalam hal-hal yang bermakna, untuk kemudian diinternalisasi dan dijadikan sebagai bahan perbaikan-peningkatan dalam menjalankan perubahan demi perubahan.

Gambar tersebut berupaya menggambarkan proses BAGJA, yang harus dimulai dengan filosofi dan visi yang berpusat pada kepentingan murid. Dari sana kemudian diturunkan menjadi tujuan-tujuan rinci berupa prakarsa perubahan. Boleh jadi, karena telah memiliki visi yang kuat maka prakarsa perubahan muncul dari keresahan. Dari sana kemudian pertanyaan-pertanyaan dan rencana-tindakan yang perlu-dilakukan disusun. Tahap demi tahapnya kemudian direalisasikan, rencana-tindakan yang perlu-dilakukan dijalankan, pertanyaan-pertanyaan yang ada digali bersama tim dan anggota komunitas sekolah hingga membuahkan temuan (data, cerita, fakta). Temuan itulah yang kemudian menjadi dasar untuk menelaah kembali rancangan pertanyaan dan tindakan yang telah dibuat. Barulah kemudian, rencana (sebagai dokumen resmi) dapat dibuat hingga akhirnya di-eksekusi, di-monitoring, serta di-evaluasi keselarasannya dengan visi.

MY NOTES : Pendekatan perubahan diawali dengan pertanyaan utama dan mengikuti tahapan BAGJA. Dengan berbasis kekuatan yang dimiliki para guru penggerak, berkolaborasi dan akhirnya akan mampu mengeksekusi dengan strategi dan aksi nyata yang tepat. 

Amati - Tiru - Modifikasi

Lewis (2016) menguatkan bahwa pertanyaan-pertanyaan Inkuiri Apresiatif harus mampu: mengarahkan perhatian pada hal positif, mengidentifikasi nilai-nilai positif, mengidentifikasi kekuatan-kekuatan, berfokus pada apa yang diinginkan terjadi atau ada lebih banyak, berfokus pada aspek kehidupan sehari-hari di sekolah, mengungkap narasi ‘baru’, mengungkap makna yang spesifik (akrab dan kontekstual). Dengan demikian, lewat pertanyaan-pertanyaan dalam tahapan BAGJA, Guru Penggerak diharapkan dapat mengejawantahkan pola pikir yang tepat, visi yang kuat, serta spirit yang membara.

Untuk memulai belajar membuat pertanyaan bermakna yang tepat, relevan, dan apresiatif pada tiap tahapan BAGJA, Bapak/Ibu diharapkan dapat memodifikasi pertanyaan-pertanyaan yang telah dicontohkan dalam contoh BAGJA dari beberapa prakarsa perubahan. Bapak/Ibu juga dapat menyimaknya dalam video berikut. 

Semoga semua yang telah Bapak/Ibu pelajari memperkaya “persenjataan” Bapak/Ibu dalam meniti langkah-langkah kecil hingga terwujudnya visi Bapak/Ibu mengenai murid yang telah Bapak/Ibu jabarkan sebelumnya. Pada awal penerapannya, mungkin Bapak/Ibu akan merasakan kejanggalan atau meragukan keberhasilannya. Namun, kami mengajak Bapak/Ibu untuk mencobanya dan menikmati kurva belajarnya. Kurva belajar yang Bapak/Ibu akan alami mirip seperti seekor anak burung yang belajar terbang (Gambar dibawah).  Pada saat pertama kali terbang, jalur terbang anak burung tidak akan langsung ke atas, tapi akan ke bawah dahulu kemudian meliuk ke atas sebagaimana terlihat pada gambar berikut. 

Dengan merujuk pada kurva belajar ini, maka marilah terus percaya bahwa pendekatan positif akan membuahkan hasil yang lebih luar biasa. Ini adalah kebiasaan baru. 

MY NOTES : Dalam mengelola perubahan yang positif pada intinya harus terpenuhi hal-hal berikut, diantaranya: relasi, komunikasi, kolaborasi serta kontribusi. 

Refleksi Mandiri

Berdasarkan penjelasan mengenai Inkuiri Apresiatif dan video-video BAGJA sebelumnya, Bapak/Ibu CGP diajak untuk mengaplikasikan BAGJA ke dalam konteks pengalaman pribadi. Bayangkan impian, cita-cita, tujuan yang telah Bapak/Ibu raih, yang telah tercapai. Ingat kembali proses yang telah Bapak/Ibu lalui sejak mulai menetapkan hati untuk memiliki impian, cita-cita, tujuan tersebut, berproses untuk mencapai dan mewujudkannya, hingga akhirnya impian, cita-cita, tujuan tersebut tercapai. Pengalaman pribadi tersebut mungkin terjadi bertahun-tahun yang lalu. Pengalaman tersebut bisa saja terjadi di masa bersekolah dahulu. Sesederhana bermimpi mendapatkan prestasi yang bagus pada mata pelajaran yang disukai saat bersekolah dulu.

Tugas Bapak/Ibu adalah menceritakannya tahap demi tahap menggunakan kanvas B-A-G-J-A.

MY NOTES : Pertama kali mencoba menyusun tahapan BAGJA, mohon koreksi dan saran agar saya lebih paham tentang menyusun tahapan BAGJA. https://docs.google.com/presentation/d/1QgjHoaGlHCAzr320EoUi9Aq__RnIJUJ2hzmW3xfm4ok/edit?usp=sharing 

Forum Diskusi Asinkron

Setelah mempelajari materi melalui bahan bacaan yang telah disediakan, selanjutnya Bapak/Ibu akan melakukan diskusi secara asinkron untuk lebih memperdalam pemahaman Bapak/Ibu mengenai Visi Guru Penggerak. 

Dalam sesi forum diskusi ini, silahkan berbagi mengenai:

Setelah selesai memberikan kesimpulan tertulis di atas terlebih dahulu, Bapak/Ibu akan masuk ke dalam forum diskusi. Forum ini dimaksudkan untuk memberikan Bapak/Ibu kesempatan mendiskusikan gagasan, pemikiran dan pertanyaan-pertanyaan yang Bapak/Ibu miliki bersama Fasilitator.

Sebelum masuk dalam forum diskusi, mohon memperhatikan hal ini:

Forum diskusi di LMS akan dibagi ke dalam dua bagian, yaitu:

Eksplorasi Konsep Modul 1.3 - Berbagi Visi Murid Impian

MY TOPIC :

Mewujudkan karakter murid yang mencerminkan profil pelajar pancasila serta menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan berpusat pada murid.

Mengapa harapan ini perlu saya jadikan visi, karena saya ingin generasi masa depan bangsa Indonesia ini memiliki karakter, ciri khas yang sangat idealis, siap dan mampu menghadapi era globalisasi yang semakin menantang dengan segala potensi dan kompetensi yang dimiliki

Eksplorasi Konsep Modul 1.3 - Berbagi Tugas Kesimpulan tentang Inkuiri Apresiatif

MY TOPIC :

Tanggapan Teman :