Coban Wilis - Blitar

Air Terjun Coban Wilis terletak dihulu Kali Semut di kawasan gunung Kelud. Air Terjun ini terdiri dari tiga rangkaian,

Air terjun ketiga (air terjun utama) tingginya kurang lebih 100 meter terletak di hilir dari air terjun pertama dan kedua, air terjun ke dua yang paling kecil, sementara air terjun yang pertama lebih menarik karena bertingkat, sayang untuk sampai disana belum ada jalurnya kecuali mau menyusuri lewat sungai yang masih sulit medannya.

Menurut warga setempat, yang pertama kali menemukan jalur akses adanya air terjun tersebut adalah Pak Kastoro warga Desa Semen Kecamatan Gandusari Kabupaten Blitar.

Air Terjun Cuban Wilis

Rute:

    • Dari arah Blitar ikutilah jalur menuju Wlingi

    • Kemudian lanjutkan perjalanan menuju Semen (belok kiri pada pertigaan pertama setelah Masjid Raya Wlingi, sampai perempatan Perumahan Bening beloklah ke kanan, perempatan kedua beloklah ke kiri dan ikuti rute hingga pasar semen)

    • Ketika telah menjumpai Pasar Semen, ikutilah percabangan ke arah kiri bertuliskan Kawasan Wisata Ekologi (Jl Nanas)

    • Lanjutkan perjalanan anda sampai ke Patokwesi (Donomulyo)

    • Ikutilah jalan setapak melewati 5 bukit kira-kira 6-7 Km, maka anda akan sampai di Air Terjun Cuban Wilis.

Tips:

    • Siapkan kondisi tubuh anda, karena medan yang di tempuh cukup berat

    • Jangan canggung untuk bertanya pada penduduk setempat bila ragu-ragu

    • Anda dapat memarkir motor anda di Patokwesi, jika kurang yakin titipkan motor anda di pemukiman penduduk (± 2 km sebelum Patokwesi)

    • Bawalah perbekalan yang cukup dan peralatan yang memadahi (kompas,pisau,senter,P3K).

Lokasi

Terletak di Desa Semen, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar, Propinsi Jawa Timur.

Peta dan Koordinat GPS:

https://goo.gl/maps/JctRh6VGA2t

Aksesbilitas

Untuk mencapai air terjun tersebut dapat dilakukan dengan menyusuri Kali Semut dari hilir yang memakan banyak waktu dan tenaga. Alternatif lain adalah melalui jalur darat yaitu dari Kota Wlingi kearah utara sampai masuk Desa Semen. Selanjutnya dari pertigaan sebelah utara kantor Desa Semen ambil jalur yang ke kiri melewati Jl. Nanas. Setelah berjalan sekitar 1 Km akan ditemui pertigaan lagi, ambil jalur ke kiri. Disepanjang jalan ini, jalannya cukup sempit dan berliku namun masih bisa dilalui mobil dan kendaraan bermotor. Ikuti terus jalan berliku itu sampai menemukan jembatan yang mana sebelum dan sesudah jembatan terdapat perkampungan Aceh.

Berhubung jalannya masih berbahaya untuk kendaraan beroda empat, sebaiknya menggunakan sepeda motor saja. Setelah menemukan jembatan kecil, terus saja ikuti jalan tersebut sampai bertigaan kecil, yang mana bila kekanan akan menuju rumah Pak Bedjo Oetomo yang merupakan rumah paling tepi dan satu-satunya warga yang bermukim disitu. Di rumah Pak Bedjo ini dapat menitipkan kendaraan bermotor. Untuk sepeda motor masih bisa naik sampai patok Wesi (tiang besi), namun bila ragu sepeda motor bisa juga dititipkan di rumah Pak Bedjo tadi.

Dari rumah pak Bedjo ke patok Wesi (istilah yang gunakan warga untuk menamakan tempat atau daerah yang memang terdapat tiang besinya) ditempuh dengan sepeda motor kurang lebih selama setengah jam. Namun saat ini tiang tersebut sudah raib di cabut oleh orang dan diganti dengan tiang dari kayu. Jalan menuju patok Wesi cukup berliku dan menanjak sehingga harus hati-hati. Selanjutnya, jalan hanya bisa ditempuh dengan jalan kaki berupa jalan setapak.

Selanjutnya ikuti terus jalan setapak yang kira-kira 6-7 Km jauhnya yang ditempuh kurang lebih selama 2 jam dengan naik turun 5 bukit. Sampai di bukit ke lima atau terakhir, jalan setapak akan menurun, dan itu sudah sangat dekat dengan air terjun, sebenarnya pada bukit ke tiga, bunyi atau suara air terjun sudah terdengar. Hanya saja suara itu adalah suara dari air terjun yang pertama, perlu diketahui juga bahwa disana terdapat 3 air terjun, namun ujung jalan setapak yang kita lalui justru berakhir pada air terjun yang ke tiga atau terakhir, boleh dibilang itu adalah air terjun utama.