Day 10 - Day 12
http://www.instagram.com/teacherandri
http://www.instagram.com/teacherandri
Setiap orang tua dan pendidik menginginkan setiap anak mendapat nilai bagus di sekolah, terutama pelajaran matematika. Namun, membuat anak menyenangi pelajaran matematika tidak mudah. Selain karena banyak konsep yang abstrak, banyak dari para orang tua dan pendidik yang justru memberikan aura buruk yang menimbulkan kecemasan pada anak saat pelajaran matematika.
Aura kecemasan matematika yang diberikan pada anak meliputi banyak hal. Orang tua atau guru mengatakan anak bodoh saat anak tidak bisa menyelesaikan soal, membanding-bandingkan dengan anak lain maupun dengan dirinya sendiri di usia yang sama, dan lain sebagainya. Aura kecemasan orang tua yang takut nilai matematika anak akan jelek, ternyata juga dialami anak.
Persis seperti yang digambarkan dalam penelitian Jacquelynne S. Eccles dan Janis E. Jacobs di tahun 1986 dengan judul Social Forces Shape Math Attitudes and Performance. Dimana, siswa wanita menunjukkan penurunan performa yang drastis pada pelajaran matematika setelah orang tua mereka mengatakan mereka tidak akan pernah bisa matematika. Akibatnya, setiap pelajaran matematika, anak menjadi cemas dan tidak percaya diri.
Jo Boaler, seorang pakar pendidikan matematika dalam bukunya Mathematical Mindsets: Unleashing Students’ Potential Through Creative Math, Inspiring Messages and Innovative Teaching, mengatakan bahwa orang tua dan guru yang memberikan semangat positif pada anak, akan meningkatkan kemampuan dan percaya diri anak dalam pelajaran matematika.
Kata penyemangat yang disarankan oleh Boaler adalah: ”Kamu pasti bisa. Kami percaya pada kemampuanmu. Matematika itu pelajaran yang membuka pintu ke berbagai fenomena yang indah di dunia ini. Asal mau terus mencoba dan berusaha keras memahami dan menguasainya.”
Boaler juga menekankan pentingnya orang tua dan guru untuk tidak marah dan mengomel saat anak belum menunjukkan performa yang baik di pelajaran matematika. Pahami proses berpikir anak dan saat anak kesulitan bisa mencari referensi bersama di buku teks maupun Internet. Jika perlu, coba cari konsep-konsep matematika yang mudah dipahami bersama.
#30DWC #30DWCJilid12 #Day10 #matematika
Kalau ditanya, kapan sebenarnya anak mulai kenal matematika? Pasti jawabannya saat anak mengenal angka. Ya, karena angka identik dengan berhitung dan matematika. Tetapi sebuah penelitian dari Ben-Gurion University of the Negev (BGU) memberi pandangan yang berbeda. Dr. Tali Leibovitch yang ikut terlibat dalam penelitian tersebut menjelaskan bahwa setiap orang terlahir dengan intuisi matematika. Yaitu, kemampuan untuk mengenal hubungan antara ukuran dan angka, yang digunakan dalam keseharian.
Contoh yang dijabarkan adalah saat belanja di supermarket, antrian mana yang akan dituju? Sering orang yang tidak memakai intuisi matematika, hanya melihat jumlah orang di antrian. Dalam benaknya, kalau jumlah orang sedikit, pasti lebih cepat selesai. Tetapi, orang yang memakai intuisi matematika akan melihat ke keranjang tiap orang. Jika isi keranjang sedikit, walau antrian lebih panjang, akan selesai lebih cepat. Atau, walau isi banyak tetapi barangnya besar-besar, juga akan selesai lebih cepat.
Nah, bagaimana dengan anak? Intuisi matematika sudah terbentuk sejak anak terhubung dengan lingkungannya. Paling awal yang terbentuk adalah intuisi tentang urutan atau barisan. Bayi akan berhenti menangis bila mendengar suara denting sendok saat ibunya membuat susu, karena paham ia akan minum susu. Bayi akan bersemangat mendengar suara air mengucur dari keran karena sudah waktunya mandi dan ia bisa main air.
Kemudian, intuisi matematika kedua yang terbentuk adalah tentang sebab dan akibat. Bayi mengamati kalau mainannya digerakkan, akan ada bunyi menarik. Bayi melihat kalau sebuah benda bisa digenggam dengan tangannya, ia bisa membawa benda itu ke mulutnya. Begitu juga dengan bentuk, bayi bisa membedakan mana mainan favoritnya di antara sekotak mainan yang ada.
Sehingga, sebenarnya tidak ada istilah anak tidak bisa matematika. Adalah kewajiban pendidik dan orang tua yang harus mengasah intuisi matematika yang ada dalam diri setiap anak sejak dini. Setuju?
#30DWC #30dwc #30DWCJilid12#30dwcjilid12 #Day11 #matematika #anak
Day 12
Cara Mudah Bangkitkan Intuisi Matematika Pada Anak Sejak Dini
Matematika bukan sekadar simbol dan angka, bukan pula hanya membilang dan berhitung. Para ahli telah membuktikan bahwa seperti bahasa, anak dibekali intuisi matematika sejak ia mulai mengenali lingkungannya. Sehingga, membuat anak bisa matematika bukan dengan memberi les berhitung. Tetapi, dengan membangkitkan intuisi matematikanya sejak dini. Bagaimana caranya?
Mengenali runutan kejadian, sebab akibat, dan klasifikasi benda adalah intuisi matematika awal yang bisa dikembangkan di usia dini. Perdengarkan suara denting sendok saat bayi menangis lapar dan berikan botol susunya saat berhenti menangis. Perlihatkan pada bayi kalau mainannya digerakkan akan timbul bunyi. Kenalkan bayi dengan benda di sekelilingnya dari bentuk, fitur, dan ukurannya. Ada yang bentuknya bulat dan kotak, ada yang fiturnya bisa bunyi dan tidak, serta ada yang besar dan kecil.
Saat anak mulai bisa berjalan, kenalkan jumlah benda yang berbeda. Anak mulai paham mainannya berkurang saat disembunyikan dan bertambah saat ia menemukan kembali. Ajak anak mengukur berapa gayung air harus dituangkan supaya ember penuh air. Perlihatkan bedanya tempat penuh dan kosong. Ajak anak mengamati pola lantai ubin dan tembok batu yang ditemuinya.
Memasuki usia pra-TK, anak paham bahwa saat ia mengacungkan jari telunjuk dan tengah sambil menunjuk ke arah roti, ia akan mendapat dua buah roti. Ajak anak melihat bentuk geometris di mainan dan benda-benda di dekatnya. Anak yang bisa menggabungkan dua potongan puzzle berarti sudah mulai membentuk kepekaan spasialnya. Biasakan anak menyusun mainannya dengan menyesuaikan ukuran dan kapasitas tempatnya. Perlihatkan simbol angka seperti garis lurus dan bebek yang artinya satu dan dua.
Itulah sebabnya, orang tua yang hanya mengandalkan les berhitung tidak akan bisa membangkitkan intuisi matematika anak. Karena akhirnya, anak hanya sekedar menghitung tanpa mengerti maksudnya.
#30DWC #30dwc #30DWCJilid12#30dwcjilid12 #Day12 #matematika #anak#bangkit