Sebelumnya saya sudah banyak bercerita tentang pengalaman suka duka saya mengikuti Virtual Coordinator Training (VCT) Batch 3 yang diselenggarakan oleh SEAMEO SEAMOLEC.
Sekarang, saya ingin menyampaikan kabar kalau VCT Batch 4 akan dimulai dalam waktu dekat dan untuk Bapak/Ibu Guru Hebat di seluruh Indonesia, baik yang sudah pernah ikut tapi belum lulus, maupun yang baru ikut, yuk daftar.
Banyak keuntungan yang bisa didapat dari pelatihan ini:
Dapat ilmu tentang menyelenggarakan video conference, membuat flyer dan presensi digital
Praktek presentasi menjadi narasumber, serta mengelola forum diskusi
Dapat ilmu-ilmu baru dan berkenalan dengan guru-guru hebat.
Sebagai guru di era Industri 4.0, kita harus siap menghadapi segala tantangan teknologi. VCT membiasakan kita untuk bekerja dengan teknologi, serta mengatasi segala problematika yang ada. Membiasakan kita untuk bekerja mencari solusi dari teknologi yang kita punya, bukan menyalahkan teknologi dan sinyal, hingga akhirnya membuat kita diam tak bergerak.
Buat yang merasa gaptek (gagap teknologi), juga tidak boleh ragu. Nanti akan ada instruktur-instruktur baik hati dan teman-teman seperjuangan yang membantu. Plus, pelatihan ini tidak berbayar alias gratis, bisa diikuti oleh semua guru dari seluruh Indonesia.
Jadi, tunggu apa lagi? Yuk, daftar.
Virtual Coordinator Training merupakan pelatihan guru berbasis teknologi, yang merupakan upaya terobosan dari SEAMEO (South East Asian Ministry of Education Organisation) untuk memeratakan kualitas kompetensi guru di Indonesia. Beruntung, saya dengan ke-empat rekan di Lazuardi Al Falah Depok: Teacher Irma, Teacher Suci, Teacher Denok, dan Teacher Dwi mendapatkan kesempatan bisa mengikuti VCT Batch 3 yang dimulai pada tanggal 28 Februari 2019.
Untuk menuntaskan pelatihan ini, masing-masing peserta diminta untuk menjadi presenter (membawakan pelatihan), host (penyelenggara ruang meeting), dan moderator (perantara diskusi) sebanyak masing-masing 2 kali. Alhamdulillah, pihak pimpinan sekolah mendukung penuh dengan menyediakan fasilitas terutama Wifi sehingga kami semua bisa menuntaskan tugas dengan baik.
Jujur, saat saya mengikuti pelatihan ini, ekspektasi saya awalnya hanya ingin paham penggunaan aplikasi Cisco Webex untuk mengadakan pembelajaran jarak jauh. Namun, dalam pelaksanaannya, selain mendapat teman-teman baru, saya banyak mendapat pencerahan terutama mengenai arah pendidikan di masa depan. Salah satunya dari pengarahan yang disampaikan oleh bapak Gatot sebagai ketua penyelenggara kegiatan, yang bisa dilihat dari video berikut.
Saya paham bahwa sebenarnya teknologi video conference (vicon) ini banyak dipakai di perusahaan besar untuk efisiensi rapat dengan berbagai peserta di banyak lokasi. Namun, jika ini mulai merambah dunia pendidikan, apa yang terjadi? Karena dengan fasilitas vicon ini, guru terbaik di belahan dunia mana pun bisa dihadirkan untuk mengajar di kelas. Yayasan pendidikan yang memiliki sekolah di berbagai daerah pun bisa menyetarakan kualitasnya, karena satu guru bisa mengajar di banyak kelas di berbagai lokasi sekaligus.
Saat saya menjalani pelatihan ini, banyak refleksi yang saya dapatkan. Pertama, dampak dari penggunaan vicon ini tentunya sangat luar biasa bagi tenaga pendidik. Dari pengarahan tersebut jelas bahwa guru yang tidak kompeten mengajar, dan tidak mengejar ketertinggalannya dalam penggunaan teknologi akan segera tergusur dan tergantikan. Industri akan terus berevolusi dan membawa perubahan pada cara manusia hidup di abad 21. Jika tenaga pendidik tidak segera berbenah, maka seleksi zaman akan menyingkirkan mereka yang tidak kompeten.
Kedua, kami dibiasakan dan dipaksa untuk bekerja dengan teknologi. Seluruh instruktur walau satu wilayah dan satu kota dengan kami, tidak pernah melakukan tatap muka dan hanya membantu secara virtual melalui grup Whatsapp. Kami juga berjibaku menjadi Pejuang Sinyal karena program Cisco Webex ini memerlukan koneksi Internet yang kencang bebas hambatan. Sementara, kondisi cuaca tidak menentu membuat koneksi sering terganggu. Kami juga harus cepat bisa membuat flyer dan formulir presensi digital serta merekam saat sesi berlangsung dengan perekam layar. Dalam satu pelatihan, kami langsung belajar 3 aplikasi untuk bisa melaksanakan pelatihan virtual ini.
Ketiga, pelatihan ini menuntut kolaborasi dari banyak guru karena dalam satu sesi harus ada 6 peran yang terlibat, yaitu host, moderator, presenter, pembuat flyer, pembuat presensi, dan perekam. Satu saja tidak ada, maka sesi tidak akan bisa berjalan. Saya termasuk beruntung karena saat menjalani pelatihan ini ada teman, sehingga saat harus mengisi sesi tidak kesulitan mencari partner. Alhamdulillah pihak sekolah pun mendukung dengan bergantian menjadi perekam, mensterilkan ruangan saat kami harus jadi presenter, sampai memakai fasilitas sekolah.
Keempat, dari 14000 peserta yang terdaftar, hanya 1400 yang selesai menjalankan tugas mengumpulkan link Youtube sebagai bukti presenter, flyer, file presentasi dan presensi di tahap pertama. Saat ini, program VCT masih berjalan untuk menyelesaikan sisa peserta. Banyak peserta yang meninggalkan grup Whatsapp karena merasa tidak sanggup menyelesaikan tugas dan masih banyak juga yang saat ini masih berada dalam grup tapi hanya pasif tidak menyelesaikan tugas. Saya paham, kesibukan dan kondisi pasti yang membuat peserta pastif tidak bergerak. Hanya saja, kesempatan ini sayang sekali jika dilewatkan. Semoga jika tidak bisa menyelesaikan saat ini, bisa ikut lagi di batch ke-4.
Refleksi terakhir saya tentang kegiatan ini adalah pentingnya sebagai guru kita meningkatkan kemampuan literasi dan komunikasi. Menjadi presenter itu tidak mudah. Banyak yang mundur juga karena merasa berat harus membuat presentasi, atau bingung mau bicara tentang apa. Presentasi harus minimal memiliki 10 slides, dan tidak semua guru ternyata sanggup menyelesaikannya walaupun topik presentasi dibebaskan, dan tidak harus tentang pengajaran.
Langkah selanjutnya apa? Tentunya bergantung pada kesiapan dan kemampuan sekolah dalam mengantisipasi perubahan ini. Yang pastinya Lazuardi Al Falah langsung berbenah habis-habisan karena kami tidak ingin tergerus zaman. Saya juga mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya atas bantuan dan dukungan teman-teman dan bapak/ibu instruktur di grup Jabar 22. Semoga lain waktu kita bisa berjumpa untuk kolaborasi yang lebih dahsyat memajukan pendidikan di Indonesia.
Berikut adalah dua video yang memuat tentang presentasi saya saat pelatihan VCT.