Notulen Kulwap PENDIDIKAN ABAD 21 - Sahabat Pendidik Depok
Salaam Bapak/Ibu SPD Lovers. Salam kenal, saya Febriandrini, biasa dipanggil Teacher Andri. Saat ini saya mengajar sebagai guru matematika di Lazuardi Al Falah Junior High, Depok. Senang sekali saya bisa berbagi dengan Bapak/Ibu sekalian, guru-guru yang selalu punya semangat untuk belajar dan mengembangkan kemampuan diri.
Kebetulan topik malam ini adalah topik dari buku yang saya tulis: EVOLUSI GURU DAN SEKOLAH ABAD 21, tentang bagaimana mendidik untuk abad 21. Dan, saya senang sekali ternyata disambut dengan banyak pertanyaan dan akan saya coba jawab satu persatu.
⁉⁉ Tanya-Jawab ⁉⁉
❓1❓Ada kutipan menarik.ketika zaman berubah,gaya belajar dan gaya mengajar pun harus diubah.. bagaimana mengembangkan guru atau mengubah guru2 dg berparadigma lama?
👩🏻🏫👩🏻🏫
Bagaimanapun, berubah itu tidak mudah. Untuk seorang guru bisa berubah, berarti ia harus berani ambil resiko gagal dan malu. Kenapa? Karena walau sudah pernah dilakukan orang lain, belum tentu guru tersebut bisa melakukan dengan cara yang sama dan memberikan hasil yang sama. Satu hal yang harus adalah membuka pemikiran guru kalau mau berubah itu tidak boleh banyak alasan, langsung saja dipraktekkan, kalau salah segera evaluasi. Seperti halnya anak-anak, setiap guru pun punya adaptasi yang berbeda menghadapi perubahan. Ada yang memilih untuk melihat temannya dulu, melihat berhasil, baru mencoba. Atau, ada pula yang langsung mempraktekkan. Sekolah bisa mendukung dengan membuat organisasi pembelajar dimana guru saling belajar dari yang sudah berhasil.
❓2❓Apakah profesi guru akan kalah dengan teknologi nantinya?
👩🏻🏫👩🏻🏫
Hal ini juga dibahas dalam buku saya, Evolusi Guru dan Sekolah Abad 21, dimana saya menerangkan bahwa selama guru mengubah gaya mengajarnya menjadi fasilitator, berhenti banyak bicara menerangkan dan biarkan siswa yang eksplorasi dan banyak bicara, maka guru tidak akan tergantikan dengan teknologi.
Tetapi, guru yang masih masuk kelas dan hanya menerangkan seperti yang ada di buku atau di Internet, maka pasti akan bisa diganti oleh teknologi. Karena sekarang informasi sudah tersedia di Internet. Sama saja guru bersaing dengan mesin dan pasti akan kalah nantinya.
❓❓Mirip dgn Montessori ya Bu ?
👩🏻🏫👩🏻🏫 Montessori adalah salah satunya bu. Tetapi yang saya maksudkan adalah, jika selama ini guru hanya menerangkan panjang lebar di kelas, maka siswa tidak terbiasa menalar. Saya kan mengajar matematika, awalnya saya ya mengajar seperti biasa dengan menjelaskan sampai berbusa di depan kelas dan baru seperempat jam saya bicara, sudah ada yang melamun dan tidak memperhatikan. Akhirnya, saya balik, saya mengajarkan dengan banyak bertanya. Jadi, pembelajaran jadi 2 arah.
👩🏻🏫👩🏻🏫Walaupun yang saya ajar sudah SMP, maksimal saya hanya bicara itu cuma 10 menit. Sisanya saya tanya jawab. Jadi, saya bisa membayangkan kalau di PAUD, ya hanya bicara dibawah 5 menit.
Saya pernah mengajar bahasa Inggris di TK, dan 95% waktu saya minta siswa bergerak atau beraktifitas. Energinya memang harus luar biasa.
❓3❓Dampak dari penggunaan HP / Media belajar online? Atau kuis? Atau game² pembelajaran? Mengingat anak usia dini pun sudah hebat² main HP nya.. Kita dukung (dapat digunakan sbg media bagi guru dlm proses KBM) atau tidak kah?
👩🏻🏫👩🏻🏫
Bahwa yang dipentingkan itu siswa tahu bagaimana mereka bisa produktif dengan gawai maupun perangkat teknologi, tidak hanya sekadar konsumtif. Quiz, atau game-game pembelajaran masih dalam tingkat konsumtif atau siswa memakai. Yang dipentingkan adalah bagaimana siswa bisa menciptakan sesuatu dengan teknologi. Bagaimana dengan tingkatan PAUD? Bisa dengan membuat gambar digital, musik, bahkan coding.
Lalu, pemakaian teknologi harus bisa memfasilitasi kolaborasi, misal dengan membuat cerita berantai yang bisa diakses bersama di Google Docs atau membuat presentasi bergambar di Google Slides
❓4❓Bagaimana dengan sistem pendidikan di Indonesia apakah sudah bisa menjawab tantangan abad 21? Jika belum, apa penyebabnya? Langkah nyata apa yang bisa kita wujudkan?
👩🏻🏫👩🏻🏫
Sebenarnya dari K13 itu sudah menjawab tantangan pendidikan abad 21 karena yang diminta adalah penerapan karakter dengan adanya KD1 dan KD2, yang bisa diterapkan dengan pembelajaran kolaborasi, melatih kemampuan komunikasi anak, serta berpikir kritis dan kreatif.
Saya lihat yang belum bisa menjawab adalah terapan K13 yang mengajarkan mata pelajaran terpisah dan seakan tidak terkait dengan mata pelajaran yang lain.
Untuk langkah nyata, bisa seperti saya lakukan dengan mengaitkan berbagai macam topik, dari sains, art, bahkan olahraga ke dalam pelajaran matematika. Dan kami juga ada proyek integrasi, yang menggabungkan materi dari berbagai pembelajaran.
❓5❓Ada ujaran "people who can't do, they teach" seolah2 menganggap profesi guru adlh 'cadangan' dlm dunia kerja, dan memang itu yg terjadi skrg. Ditambah tuntutan diknas dan orgtua murid banyak sekali terhadap guru. Kebanyakan tuntutan2 tsb banyak sekali tdk sejalan dgn cara mengajar generasi alfa. Apa yg harus kami lakukan dlm posisi 'di tengah n terjepit' ini?
👩🏻🏫👩🏻🏫
Guru merupakan tenaga profesional, yang memiliki kapabilitas dan kompetensi mengembangkan potensi siswa. Sehingga, dari awal saya mengajar, saya sudah memposisikan diri, I teach because I can do it. Saya harus punya percaya diri lebih untuk bisa meyakinkan kepada orang tua bahwa saat ini tuntutan abad 21 bukan lagi sekadar lulus UN dengan nilai bagus. Jika guru adalah 'cadangan', kenapa orang tua mempercayakan anaknya ke sekolah untuk dididik, kenapa tidak didik sendiri saja?
Jadi, jika kita diberi kepercayaan oleh orang tua, maka orang tua percaya bahwa kita memang mampu mendidik anak mereka.
Tips untuk bicara dengan orang tua, selalu sampaikan fakta dan data dulu, setelah itu baru bisa meyakinkan.
❓❓Msh ada bbrp orgtua mengharapkan 'jalan tol' dlm hasil, dan itu diaminkan oleh kementrian dgn administrasi sekolah yg se-abrek2 membuat guru tdk fokus utk mengajar..
👩🏻🏫👩🏻🏫Sebenarnya ada banyak tipe orang tua, yang minta jalan pintas ada, yang mengerti anak harus berjuang juga ada. Yang kami lakukan biasanya membuka pintu komunikasi seluas-luasnya, dan bagaimana membuat anak nyaman belajar. Administratif sekolah memang memakan waktu, namun jika sudah efisien dalam mengatur arsip, maka tidak terlalu memberatkan. Tinggal bagaimana mengolah dan menata resource yang ada.
✍🏻📝 ReSuMe 📝✍🏻
🧕🏻Sangat menarik bahasannya mlm ini.. esensi yg bisa d diambil adalah cara kita anggap pendidik mau bertranformasi menjadi guru yg hanya memberi pengetahuan saja..tapi mjadi fasilitator yg mampu memberi pemahaman utk anak didik..
👩🏻🏫Sebagai penutup, seperti yang tadi saya sampaikan, saya terlahir sebagai Generasi X, yang dalam waktu 6-7 tahun lagi akan mengajar para Generasi Alfa ini. Saya yang bukan digital natives, yang baru kenal komputer pas zaman saya SMP dan Internet pun baru ada setelah saya kuliah. Saya memang seperti terengah2 mempelajari banyak hal baru, terutama yang berkaitan dengan teknologi. Baru selesai belajar ini, ada lagi yang lain. Namun, karena saya ingin anak murid saya bisa bertahan nanti di masa depan, maka saya pun belajar terus. Asah terus sensitivitas hingga paham bagaimana mengajar siswa dengan baik. Tetap semangat ya!!
Sabtu pagi tanggal 29 September 2018, saya mendapat kesempatan untuk berbagi ilmu dengan para guru pengajar di LBPP LIA Depok. Dengan rekan saya Chairunissa Rizkiah, S.Psi (@crizkiah), atau yang biasa dipanggil Teacher Kiki, kami berdua berbagi pengalaman bagaimana keseharian kami berkutat mendidik para t(w)eens di SMP Lazuardi Al Falah GIS Depok.
T(W)EENS merupakan istilah yang saya sering pakai untuk mengacu kepada anak pra-remaja (tween) usia 10-14 tahun dan remaja (teen) usia 14-18 tahun. Dalam presentasi kami, Teacher Kiki menjelaskan tentang bagaimana cara paling efektif berkomunikasi dengan para remaja dan saya berbagi tips tentang bagaimana cara mengajar di kelas.
As mathematics teacher, our main task is far more challenging than enabling students to answer mathematics test. As pointed out by Corey Drake in his quote, mathematics teaching should focus on developing students as mathematicians and infiltrating mathematical concepts into their mind. During my teaching experience, the reason behind uncreative and unmotivated teaching is mostly because of our vulnerability in the concept that we need to deliver in the class. We tend to ‘preach’ not teach. Students will see our mouth moving, but do not understand a thing. Their eyes start losing their souls to their wonderful land where they wish mathematics do not exist. So, how do we change our ways of teaching mathematics? The answer is in the Powerful Exploratory Quest (PEQ), a questioning technique to create a lesson full of exploring mathematical concepts both for the teachers and students.