Dari kata “oru” yang berarti dilipat dan “gami” yang berarti kertas, ternyata belajar origami membawa banyak manfaat yang berpengaruh kepada perkembangan anak. Terutama kids jaman now yang sudah terpengaruh gawai dan hidup dengan kemudahan teknologi sejak lahir.
1. Mengasah motorik halus
Melipat merupakan salah satu kemampuan motorik halus yang harus dikuasai anak sejak usia 2-3 tahun. Untuk bisa membuat bentuk origami yang diinginkan membutuhkan ketelitian, koordinasi dan kekuatan otot tangan yang baik. Semakin rumit tingkatan origami yang bisa dibuat anak, maka kemampuan motorik halusnya akan semakin terasah.
2. Membiasakan berpikir runtut, dan berkesinambungan.
Prosedur membuat origami harus runtut dari langkah awal hingga akhir dan tidak bisa melompat. Kebiasaan melipat ini akan membiasakan anak untuk menjalani setiap langkah dari sebuah prosedur yang berkesinambungan hingga selesai.
3. Mengembangkan daya analisis geometri.
Seni melipat origami mengubah sebuah kertas persegi biasa menjadi bentuk dua atau tiga dimensi dengan berbagai sudut. Seperti dalam ilustrasi terlihat lipatan kertas yang membentuk segi delapan berbentuk hati. Anak-anak akan terbiasa dengan berbagai ukuran dan bentuk geometri seperti segitiga, sudut siku, lancip dan garis lurus. Sehingga, secara tidak langsung akan mempertajam kemampuan anak dalam analisis geometri.
4. Memberikan stimulasi visual spasial
Belajar origami juga memberikan stimulasi visual spasial yang mengembangkan kemampuan visualisasi anak. Bila hanya memakai panca indera saja, anak melihat kertas persegi hanya sekedar kertas. Namun, origami membuat anak terbiasa melihat dengan pikirannya, hingga kertas persegi itu menjadi bentuk-bentuk visual yang serasa nyata dan bisa diwujudkan.
5. Mewujudkan imajinasi.
Satu kebiasaan yang terbentuk dari belajar origami adalah belajar mewujudkan imajinasi menjadi bentuk nyata. Misal anak senang dengan binatang gajah, dan ingin bermain dengan gajah, maka anak bisa membuat origami bentuk gajah. Walaupun hasil akhirnya tidak persis sama dengan gajah.
Jadi, main origami yuk.
Matematika selalu menjadi pelajaran yang membuat siswa tegang dan stress. Terutama yang berkaitan dengan teori aljabar. Banyak rumus dan perhitungan rumit berlapis yang mengakibatkan pusing tujuh keliling. Namun, sebenarnya dalam aljabar ada banyak filsafat hidup yang bisa diambil sebagai pelajaran hidup. .
Pertama kali diperkenalkan oleh Abu Abdallah Muhammad ibn Musa Al Khwarizmi, aljabar berasal dari judul kitab yang disusunnya, yaitu Kitab Al-Jabr wa Al Muqabalah. Aljabar memiliki arti menguraikan ke bentuk yang paling sederhana. Persamaan aljabar mengandung filosofi bahwa setiap permasalahan yang terlihat rumit sebenarnya bisa diuraikan dan menjadi lebih sederhana. Setiap tubuh makhluk hidup yang tidak bernyawa akan terurai hingga menjadi debu dan bercampur dengan tanah.
Disamping itu, tanda “=” memiliki arti bukan sekedar sama, tetapi seimbang. Hidup yang berkualitas berarti harus seimbang antara waktu bekerja, beristirahat dan beribadah. Untuk tubuh yang bugar, harus seimbang gizi untuk tubuh, pikiran, dan jiwa. .
Persamaan aljabar pun memberikan pedoman dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Seperti menyelesaikan persamaan linear dua variabel, aljabar menuntut untuk “mengeliminasi X sebelum bisa mensubstitusi Y”. Nah, yang baru putus hubungan, jangan larut dalam perasaan karena mantan harus dieliminasi dulu baru bisa disubstitusi dengan lainnya yang lebih baik.
Saat mengeliminasi, perhatikan tanda operasi matematisnya. Jika keduanya bertanda sama, maka untuk mengeliminasi harus diberi tanda negatif. Sebaliknya, jika tandanya berbeda, maka diberi tanda positif. Hal ini sama halnya dengan memilih pasangan hidup, jenis kelamin harus beda supaya pertumbuhan jumlah penduduk positif. Karena jika jenis kelamin sama, berarti selain mendapat reaksi negatif dari masyarakat, tidak ada kelahiran baru dari hubungan sesama jenis hingga pertumbuhan jumlah penduduk bisa negatif. Betul?
Tak disangka bukan, dibalik angka dan berhitung, ternyata filosofi aljabar dahsyat menggugah hidup manusia.
Pecahan melangkahkan kaki pembilangnya perlahan,
menembus kelamnya hutan.
Menerjang hempasan angin dan derasnya hujan,
Demi mencari penenang hati, Sang Belahan.
Dengan pedang pembagi tergenggam di tangan,
mulut penyebutnya tak henti bershalawat.
Walau sesekali berhenti istirahat,
matanya tetap tajam menatap ke depan.
Masih segar dalam ingatan,
saat pertama menatap paras Sang Belahan.
Matanya bersinar bagai matahari pemberi kehangatan,
kontras dengan penampakan Pecahan
yang dingin menakutkan.
Bagai magnet kutub utara dan selatan yang saling menarik dan mendekatkan,
dengan kaki pembilang yang sama mereka berjalan.
Sejak itu, Pecahan tak pernah lepas dari Sang Belahan.
Kekuatan mereka berdua pun tak terkalahkan.
Jenderal Desimal, yang sama kekuatan nilainya dengan Pecahan,
tak terima dan iri ingin mengubah Sang Belahan.
Menjadi seperti dirinya dan bersatu dengannya, untuk naik tahta Integer pertama Kerajaan.
Tak pernah hilang dalam kenangan,
kecantikan dan kegigihan Sang Belahan berperang disampingnya.
Namun, gempuran pasukan Jenderal Desimal begitu gencarnya.
Pecahan pun kewalahan dan Sang Belahan pun terenggut dari sisinya.
Saat itu, hati Pecahan bagai tercabik dari tubuhnya,
yang sudah lemah terhempas tak berdaya.
Terus berjalan seperti kepingan tanpa makna.
Pecahan sadar dirinya tak utuh tanpa Sang Belahan.
Dengan waktu yang tersisa hanya punya satu harapan,
Yang Maha Kuasa memberi kesempatan.
Gempur dan hempaskan Jenderal Desimal dan,
bila perlu seluruh pasukan kerajaan dilawan.
Hingga Pecahan melebur dengan Sang Belahan,
Menjadi satu entiti bulat yang tak terpisahkan.