Menjadi wirausahawan sukses di bidang desain grafis, memiliki omzet besar, dan mampu membuka lapangan pekerjaan bagi orang disekitar, tentu menjadi mimpi banyak orang. Namun kesuksesan tidak akan datang pada orang yang hanya diam dan menunggu bukan? Seperti kata pepatah lama yang sering kita dengar, hasil tidak akan pernah mengkhianati usaha. Untuk mencapai hasil yang diinginkan, tentu kita harus berusaha keras. Berusaha dan terus berusaha meskipun gagal adalah kunci kesuksesan seseorang dalam berwirausaha.
Menjadi seorang wirausaha adalah salah satu jenis bentuk usaha seseorang untuk menghasilkan pendapatan, misalnya, pekerjaan yang menghasilkan suatu produk seperti produk desain grafis. Seorang desain grafis atau wirausaha perlu kerja keras, kerja cerdas, strategi jitu dan mampu memahami dan mengetahui setiap peluang yang muncul dari budaya masyarakat sekitar. Tanpa modal dasar seperti itu, seorang wirausaha akan kalah bersaing jika tidak mempunyai sikap seperti contoh di atas.
Kegiatan wirausaha didukung oleh ketersediaan sumber daya manusia, material, peralatan, cara kerja, pasar, dan pendanaan. Sumber daya yang dikelola dalam sebuah wirausaha dikenal dengan sebutan 6M, yakni Man (manusia), Money (uang), Material (bahan), Machine (peralatan), Method (cara kerja), dan Market (pasar). Wirausaha desain grafis dengan inspirasi objek budaya lokal dapat dimulai dengan melihat potensi bahan baku (Material), keterampilan produksi (Man & Machine) dan budaya lokal yang ada di daerah setempat. Wirausaha desain grafis dengan inspirasi budaya akan menawarkan karya-karya inovatif kepada pasaran. Pasar sasaran (Market) dari produk desain grafis ini adalah orangorang yang menghargai dan mencintai kebudayaan tradisional. Kemampuan mengatur keuangan (Money) dalam kegiatan usaha akan menjamin keberlangsungan dan pengembangan usaha.
Pengertian budaya lokal adalah Para ahli kebudayaan memberi pengertian budaya lokal sebagai berikut:
a. Superculture, kebudayaan yang berlaku bagi seluruh masyarakat, contohnya kebudayaan Nasional.
b. Culture, lebih khusus, misalnya berdasarkan golongan etnis, profesi, wilayah atau daerah, contohnya budaya Sunda.
c. Subculture, merupakan kebudayaan khusus dalam sebuah culture, tetapi tidak bertentangan dengan kebudayaan induknya, contohnya budaya gotong royong.
d. Counter-culture, tingkatannya sama dengan subculture, yaitu bagian turunan dari culture, tetapi counter-culture ini bertentangan dengan kebudayaan induknya, contohnya budaya individualisme.
Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa budaya lokal adalah nilai-nilai lokal hasil budi daya masyarakat suatu daerah yang terbentuk secara alami dan diperoleh melalui proses belajar dari waktu ke waktu. Budaya lokal dapat berupa hasil seni, tradisi, pola pikir, atau hukum adat.
Pencarian Ide Produk
Kita telah mengenali berbagai kekayaan objek budaya lokal di daerah setempat, pakaian tradisional, rumah adat, senjata tradisional, alat musik dan lain-lain. Pengetahuan dan apresiasi kita terhadap hal-hal tersebut dapat mendorong munculnya ide untuk pembuatan produk kerajinan. Ide bisa muncul secara tidak berurutan, dan tidak lengkap namun dapat juga muncul secara utuh. Salah satu dari kita bisa saja memiliki ide tentang suatu bentuk unik yang akan dibuat. Ide bentuk tersebut akan menuntut kita untuk memikirkan teknik apa yang tepat digunakan dan produk apa yang tepat untuk bentuk tersebut. Salah satu dari kita juga bisa saja mendapatkan ide atau bayangan tentang sebuah produk yang ingin dibuatnya, material, proses dan alat yang akan digunakan secara utuh.
Membuat Gambar/Sketsa
Ide-ide produk, rencana atau rancangan dari produk kerajinan digambarkan atau dibuatkan sketsanya agar ide yang abstrak menjadi berwujud. Ide-ide rancangan dapat digambarkan pada sebuah buku atau lembaran kertas, dengan menggunakan pinsil, spidol atau bolpoin dan sebaiknya hidari penggunaan penghapus. Tariklah garis tipis-tipis dahulu. Jika ada garis yang dirasa kurang tepat, abaikan saja, buatlah garis lain pada bidang kertas yang sama. Demikian seterusnya sehingga kamu berani menarik garis dengan tegas dan tebal. Gambarkan idemu sebanyak-banyaknya, dapat berupa vasiasi produk, satu produk yang memiliki fungsi sama, tetapi dengan bentuk yang berbeda, produk dengan bentuk yang sama dengan warna dan motif yang berbeda.
Pilih Ide Terbaik
Setelah kalian menghasilkan banyak ide-ide dan menggambarkannya dengan sketsa, mulai pertimbangkan ide mana yang paling baik, menyenangkan dan memungkinkan untuk dibuat.
Prototyping atau Membuat Studi Model
Sketsa ide yang dibuat pada tahap-tahap sebelumnya adalah format dua dimensi. Artinya hanya digambarkan pada bidang datar. Kerajinan yang akan dibuat berbentuk tiga dimensi. Maka, studi bentuk selanjutnya dilakukan dalam format tiga dimensi, yaitu dengan studi model. Studi model dapat dilakukan dengan material sebenarnya maupun bukan material sebenarnya.
Perencanaan Produksi
Tahap selanjutnya adalah membuat perencanaan untuk proses produksi atau proses pembuatan kerajinan tersebut. Prosedur dan langkah-langkah kerja dituliskan secara jelas dan detail agar pelaksanaan produksi dapat dilakukan dengan mudah dan terencana.
Menyiapkan alat dan bahan
Tahap berikutnya adalah menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan untuk pembuatan produk kerajinan.
Membuat produk kerajinan
Pembuatan produk dilakukan dengan mengacu pada sketsa dan studi model yang telah dibuat sebelumnya dan dengan menggunakan alat serta bahan yang telah disiapkan.
Mengevaluasi produk kerajinan
Apakah produk kerajinan yang diciptakan sudah sesuai dengan yang diharapkan? Ataukah ternyata produk kerajinan yang dihasilkan masih jauh dari rencana sebelumnya? Nah, disinilah perlunya evaluasi terhadap karya yang dihasilkan, karena dengan melakukan evaluasi maka dapat diketahui berbagai kekurangan serta kelemahan selama proses pembuatan produk kerajinan tersebut. Dengan demikian maka secara otomatis dapat diketahui pula segala kekurangan dan kelemahan dari produk kerajinan yang dicipta, yang akhirnya dapat dipergunakan sebagai tolok ukur atau sebagai dasar untuk melakukan perbaikan dan pembenahan dalam proses pembuatan yang berikutnya sehingga benar-benar dapat menghasilkan karya kerajinan yang baik dan berkualitas.