JAMA'AH MAJLIS IHYA ULUMIDDIN WIDASARI SEDANG BERPOSE BERSAMA
AS`ILAH BAHTSULMASAIL KE-V LBM PCNU INDRAMAYU
( Gedung Da`wah,Ahad 14 April 2013 / 3 jumadilakhir 1434 )
1. Bagaimana hukum operasi caesar dalam melahirkan,bukan karena darurat ?
2. bagaimanakah hukum orang yg mampu , ikut menerima beras miskin (raskin)
3.bagaimana hukum menerima pemberian politis (money politic)
4. bagaimana hukum bepergian menunaikan ibadah haji/umroh bagi perempuan tanpa disertai mahromnya ?
AS`ILAH BAHTSULMASA`IL KE-II LBM PCNU INDRAMAYU
( Gedung Da`wah,Ahad 21 oktober 2012/05 dzulhijjah 1433 H )
1. dalam masyarakat,kita sering menemukan praktek denda dengan uang.contohnya : jual beli dalam tempo tertentu.jika seseoang terlambat sebulan dari waktu pembayaran yang dijanjikan,maka ia akan didenda Rp 10.000,- jika terlambatnya 2 bulan berarti dendanya Rp 20.000,_ dan begitu seterusnya.di asrama dan di sekolah denda berbentuk uang digunakan sebagai sanksi pelanggaran tata tertib dan peraturan.
PERTANYAAN : a. bagaimana hukum jual beli tersebut ?
b. bagaimana hukum denda dengan uang ?
( MWC NU Terisi )
2. sering kita jumpai,setelah berlangsung akad nikah,pengantin laki-laki disuruh membaca shighot ta`liq oleh penghulu KUA.
PERTANYAAN : a. bagaimana hukum membacanya,jika dikaitkan dengan akad nikah ? sementara terkadang pada kenyataannya ada orang-orang yg melanggar ta`liq yg telah diucapkannya tersebut ?
b. apakah pengantin laki-laki wajib membacanya ?
c. bagaimana jika tidak membacanya,dan hanya menandatangani saja ?
(MWC NU Lohbener )
3. harun adalah orang kaya.namun fisiknya menderita sakit yg berkepanjangan.sehingga dia berhalangan untuk melaksanakan rukun islam yg ke-lima.dan akhirnya setelah itu alhamdulillah kondisinya membaik,dan akhirnya sehat.
PERTANYAAN : 1. Apakah dia masih berkewajiban melaksanakan ibad ah haji ?
2. manakah batasan harta benda yg wajib dijual untuk kepentingan berangkat haji ? ( MWC NU Cikedung )
4. sudah menjadi keumuman setiap datang bulan dzulhijjah banyak kita jumpai beberapa lembaga (sekolah) ramai-ramai mengadakan Qurban bersama.biasanya para murid diikut sertakan dalam kegiatan ini dengan bentuk iuran.
PERTANYAAN :
a. bagaimanakah hukum qurban dengan cara tersebut ?
b. bagaimana pula hukum arisan qurban,apakah hewannya wajib diqurbankan ? (MWC NU Cikedung )
5. ada seorang perempuan yg menjadi istri seorang pengusaha.entah karena unsur apa dia melakukan perselingkuhan dengan orang lain.sampai akhirnya dia hamil 3 bulan.setelah itu dia berniat mengajukan khulu` terhadap suaminya .
PERTANYAAN :
a. bagaimana hukum dan proses khulu`nya ?
b. bagaimana pula proses iddahnya ?
(MWC NU Lelea )
FORUM BAHTSULMASA'IL
BAHTSUL MASA'IL DAN ISTINBATH HUKUM NU
Sebuah Catatan Pendek DR.KH.MA.SAHAL MAHFUZD (Rois 'am PB NU)
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام علي سيدنا محمد وعلي اله واصحابه اجمعين
اما بعد
Nahdlatul'Ulama (NU) Sebagai Jam'iyyah,sekaligus gerakan Diniyyah dan Ijtima'iyyah,sejak awal berdirinya telah menjadikan Faham Ahlussunnah Waljamaah sebagai basis Teologi (dasar berakidah) dan menganut salah satu dari Empat Mazdhab : Hanafi,Maliki,Syafi'i dan Hambali sebagai pegangan dalam befiqih.Dengan mengikuti Empat Mazdhab Fiqih ini menunjukkan elastisitas dan fleksibilitas sekaligus memungkinkan bagi NU untuk beralih Mazdhab secara total atau dalam beberapa hal yang dipandang sebagai kebutuhan (hajah) meskipun kenyataan keseharian para Ulama NU menggunakan fiqih masyarakat Indonesia yang bersumber dari Mazdhab Syafi'i.Hampir dapat dipastikan bahwa Fatwa,petunjuk,dan keputusan hukum yang diberikan oleh Ulama NU dan kalangan pesantren selalu bersumber kepada Mazdhab Syafi'i.Hanya dalam keadaan tertentu,kadang-kadang -untuk tidak terlalu melawan budaya konfensional-berpaling kepada Mazdhab yang lain.
Dengan menganut salah satu dari empat Mazdhab dalam fiqih,NU sejak berdirinya memang selalu mengambil sikap dasar untuk ''bermazdhab''.
sikap ini secara konsekwen ditindak lanjuti dengan upaya pengambilan hukum fiqih dari referensi (maraji') berupa kitab-kitab fiqih yang pada umumnya dikerangkakan secara sistematik dalam beberapa komponen:Ibadah,Mu'amalah,Munakahah(hukum keluarga),Jinayah(pidana),dan Qadla(peradilan).dalam hal ini para Ulama NU dan forum Bahstul masa'il mengarahkan orientasinya dalam pengambilan hukum kepada Aqwaalulmujtahidiin (pendapat para Mujtahid) yang Muthlaq maupun Muntashib.bila kebetulan diketemukan Qaulmanshush (pendapat yang telah ada nashnya) maka qaul itulah yang dipegangi.kalau tidak ditemukan,maka akan beralih ke Qaulmukharraj (pendapat hasil takhrij).bila terjadi khilaf,maka akan diambil yang paling kuat sesuai dengan pentakhrijan ahli takhrij.Mereka juga sering mengambil keputusan sepakat dalam khilaf,akan tetapi juga mengambil sikap dalam menenentukan pilihan sesuai dengan situasi kebutuhan Hajiyah Tahsiniyyah (kebutuhan sekunder) maupun Dlaruriyyah (kebutuhan primer).
Hasil Halaqoh Bahtsul Masa’il
PP. Al Munawwir Krapyak Jogjakarta
Kamis Malam Jum’at Kliwon , 1 Maret 2012 M / 8 Robi’uts Tsani 1433 H
Perumus : Ust. M. Fakhruddin Yusuf
Ust. H. Ibadurrohman
Moderator : Ust. Muhammad Ja’far
Rumusan soal
Apakah tampilan aplikasi al-Qur’an termasuk mushaf ?
Jawab :
Tampilan tulisan Aplikasi al-Qur’an tidak termasuk mushaf tapi dihukumi sebagaimana mushaf al-Qur’an.
تحفة المحتاج في شرح المنهاج - (ج 2 / ص 131)
( وَ ) حَمْلُ وَمَسُّ ( مَا كُتِبَ لِدَرْسِ قُرْآنٍ ) وَلَوْ بَعْضَ آيَةٍ ( كَلَوْحٍ فِي الْأَصَحِّ ) ؛ لِأَنَّهُ كَالْمُصْحَفِ وَظَاهِرُ قَوْلِهِمْ بَعْضَ آيَةٍ أَنَّ نَحْوَ الْحَرْفِ كَافٍ وَفِيهِ بُعْدٌ بَلْ يَنْبَغِي فِي ذَلِكَ الْبَعْضِ كَوْنُهُ جُمْلَةً مُفِيدَةً وَقَوْلُهُمْ كُتِبَ لِدَرْسٍ أَنَّ الْعِبْرَةَ فِي قَصْدِ الدِّرَاسَةِ وَالتَّبَرُّكِ بِحَالِ الْكِتَابَةِ دُونَ مَا بَعْدَهَا وَبِالْكَاتِبِ لِنَفْسِهِ أَوْ لِغَيْرِهِ تَبَرُّعًا وَإِلَّا فَآمِرِهِ أَوْ مُسْتَأْجِرِهِ وَظَاهِرُ عَطْفِ هَذَا عَلَى الْمُصْحَفِ أَنَّ مَا يُسَمَّى مُصْحَفًا عُرْفًا لَا عِبْرَةَ فِيهِ بِقَصْدِ دِرَاسَةٍ وَلَا تَبَرُّكٍ ، وَأَنَّ هَذَا إنَّمَا يُعْتَبَرُ فِيمَا لَا يَسُمَّاهُ ، فَإِنْ قُصِدَ بِهِ دِرَاسَةٌ حَرُمَ أَوْ تَبَرُّكٌ لَمْ يَحْرُمْ ، وَإِنْ لَمْ يُقْصَدْ بِهِ شَيْءٌ نُظِرَ لِلْقَرِينَةِ فِيمَا يَظْهَرُ ، وَإِنْ أَفْهَمَ قَوْلُهُ : لِدَرْسٍ أَنَّهُ لَا يَحْرُمُ إلَّا الْقِسْمُ الْأَوَّلُ
تحفة المحتاج في شرح المنهاج - (ج 16 / ص 274)
وَيُكْرَهُ لِغَيْرِ حَاجَةٍ بَيْعُ الْمُصْحَفِ دُونَ شِرَائِهِ
حاشيتا قليوبي وعميرة - (ج 1 / ص 155(
قَوْلُهُ : ( وَحَمْلُ الْمُصْحَفِ ) وَهُوَ اسْمٌ لِلْمَكْتُوبِ فِيهِ كَلَامُ اللَّهِ تَعَالَى بَيْنَ الدَّفَّتَيْنِ كَمَا فِي الْحَدِيثِ ، وَالْمُرَادُ بِهِ مَا يُسَمَّى مُصْحَفًا عُرْفًا وَلَوْ قَلِيلًا كَحِزْبٍ ، وَلَا عِبْرَةَ فِيهِ بِقَصْدِ غَيْرِ الدِّرَاسَةِ
نهاية الزين صحـ 32
وَالْمُرَادُ بِالْمُصْحَفِ كُلُّ مَا كُتِبَ فِيْهِ شَيْءٌ مِنَ الْقُرْآنِ بِقَصْدِ الدِّرَاسَةِ كَلَوْحٍ أَوْ عَمُوْدٍ أَوْ جِدَارٍ كُتِبَ عَلَيْهِ شَيْءٌ مِنَ الْقُرْآنِ لِلدِّرَاسَةِ
.
Apa hukum membawa Hp (handpone) yang ada apliksasi al quran bagi orang yang berhadats ?
Jawab :
Apabila aplikasi itu aktif (menampilkan ayat al-Qur’an ) maka tidak boleh membawanya, jika tidak aktif maka boleh.
تحفة المحتاج في شرح المنهاج - (ج 2 / ص 131)
( وَ ) حَمْلُ وَمَسُّ ( مَا كُتِبَ لِدَرْسِ قُرْآنٍ ) وَلَوْ بَعْضَ آيَةٍ ( كَلَوْحٍ فِي الْأَصَحِّ ) ؛ لِأَنَّهُ كَالْمُصْحَفِ
المجموع - (ج 2 / ص 68)
أما حمل الصندوق وفيه المصحف فاتفقوا على تحريمه
إعانة الطالبين - (ج 1 / ص 81)
(قوله: لا حمله) أي لا يحرم حمله مع متاع، إلخ.
(قوله: والمصحف غير مقصود بالحمل) أي والحال أن المصحف غير مقصود بالحمل، أي وحده أو مع غيره.بأن كان المقصود به المتاع وحده أو لم يقصد به شئ. فظاهر كلامه أنه يحل في حالتين، وهما: إذا قصد المتاع وحده، أو أطلق.ويحرم في حالتين، وهما إذا قصد المصحف وحده، أو شرك.
HALAQOH BAHTSUL MASA’IL
PP. Al Munawwir Krapyak Yogyakarta
Kamis, 10 Mei 2012
Perumus : M. Fakhruddin Yusuf
H. Ibadurrohman
Moderator : Muhammad Ja’far
Notulen : Anshori
Musa al Fatih
Muhammad
Deskripsi masalah
Dewasa ini perkembangan teknologi sangatlah pesat, di antaranya adalah digitalisasi media cetak maupun elektronik. Perkembangan teknologi ini mempermudah segala bidang kehidupan tak terkecuali bidang agama. Proses pembelajaran agama sekarang dipermudah dengan adanya software dan hardware seperti kitab – kitab elektronik baik kitab lampau (klasik) ataupun kontemporer, ditemukan pula berbagai perangkat elektronik seperti perangkat untuk belajar membaca Al-Qur’an, bahasa arab dsb. Dengan kemudahan – kemudahan ini masyarakat awam pun menjadi bersemangat dalam menggali dan mempelajari agamanya. Namun seiring berjalannya waktu ada sebagian masyarakat yang menjauhi majelis – majelis ilmu dan mengatakan bahwa belajar agama tak perlu lagi berguru lewat ulama (Kyai, Ustadz dsb) singkatnya mereka belajar secara otodidak).
Pertanyaan :
Jelaskan otoritas (kewenangan) dan urgensi (peran) Ulama dalam sistem transfer ilmu di dunia islam (misalnya pesantren) ?
Jelaskan dengan detail dan komprehensif tentang pentingnya sanad guru (Kyai, Ustadz )?
Bolehkah kita belajar agama secara otodidak ?
Rumusan Jawaban :
Ulama punya otoritas penuh untuk mentransfer ilmu pada umat manusia dan berperan sebagai warotsatul anbiya’, murobbi, mu’allim, muqri’, dan penyalur asror.
1. المجموع - (ج 1 / ص 30)
وينبغى أن يرغبه في العلم ويذكره بفضائله وفضائل العلماء وأنهم ورثة الانبياء صلوات الله وسلامه عليهم ولا رتبة في الوجود أعلى من هذه
2. تفسير حقي - (ج 15 / ص 13)
ولابد فى سلوك طريق الحق من ارشاد استاذ حاذق وتسليك شيخ كامل مكمل حتى تظهر حقيقة التوحيد بتغليب القوى الرحانية على القوى الجسمانية
3. خزينة الأسرار- ص 16
وقال الشيخ أبو علىّ الدقاق : لو أن رجلا يوحى إليه ولم يكن له شيخ لا يجيئ منه من الأسرار
4. كتاب حق التلاوة ص 46
فعلى قارئ القرآن ان يأخذ قرائته على طريق التلقّى و الإسناد عن الشيوخ الآخذين عن شيوخهم كى يصل الى تأكد من أن تلاوته تطابق ما جاء عن رسول الله صلى الله عليه و سلم
B. Sanad guru agama itu penting sebagai pertanggungjawaban ilmu yang di ajarkan dan orisinalitas ilmu. Adapun mengambil ilmu dan mengajarkannya dari kitab – kitab mu’tabaroh di bolehkan tanpa ada sanad yang sambung pada mushonif kitab dengan syarat memiliki kemampuan untuk itu.
1. شرح النووي على مسلم - (ج 1 ص 25)
...عبدَ الله بن المبارك يقول الإسناد من الدين ولولا الإسناد لقال من شاء ما شاء
2. تحفة المحتاج في شرح المنهاج - (ج 1 / ص 149)
( تنبيه ) ما أفهمه كلامه من جواز النقل من الكتب المعتمدة ونسبة ما فيها لمؤلفيها مجمع عليه وإن لم يتصل سند الناقل بمؤلفيها نعم النقل من نسخة كتاب لا يجوز إلا إن وثق بصحتها أو تعددت تعددا يغلب على الظن صحتها أو رأى لفظها منتظما وهو خبير فطن يدرك السقط والتحريف فإن انتفى ذلك قال وجدت كذا أو نحوه
3. الإتقان للسيوطي - (ج 1 / ص 123)
فائدة ثانية الإجازة من الشيخ غير شرط في جواز التصدي على الإقراء والإفادة فمن علم من نفسه الأهلية جاز له ذلك وإن لم يجزه أحد وعلى ذلك السلف الأولون والصدر الصالح وكذلك في كل علم وفي الإقراء والإفتاء خلافاً لما يتوهمه الأغبياء من اعتقاد كونها شرطاً
C. Boleh belajar agama secara otodidak dari kitab – kitab mu’tabaroh kecuali belajar membaca al qur’an harus melalui guru yang memiliki sanad shohih muttashil sampai Rosulullah.
1. الأشباه و النظائر للسيوطى ص 189-190
وقال ابن عبد السلام: أما الاعتماد على كتب الفقه الصحيحة الموثوق بها فقد اتفق العلماء في هذا العصر على جواز الاعتماد عليها والاستناد إليها لأن الثقة قد حصلت بها كما تحصل بالرواية ولذلك اعتمد الناس على الكتب المشهورة في النحو واللغة والطب وسائر العلوم لحصول الثقة بها وبعد التدليس
2. كتاب حق التلاوة ص 46
فعلى قارئ القرآن ان يأخذ قرائته على طريق التلقّى و الإسناد عن الشيوخ الآخذين عن شيوخهم كى يصل الى تأكد من أن تلاوته تطابق ما جاء عن رسول الله صلى الله عليه و سلم
17 Jul, 2012
Keputusan Sidang Pleno III
Hasil Sidang Komisi Masail Diniyah
Konfrensi PCNU Jombang 2007 – 2012
Tambakberas 14-15 Juli 2012
2. Masalah Kedua
Deskripsi
Seiring dengan kecanggihan teknologi di bidang medis, posisi janin di dalam kandungan bisa terdeteksi keberadaanya. Sehingga bisa di ketahui posisi, jenis kelamin, kondisi, bahkan perkiraan masa kelahirannya. Trend di kalangan selebritis akhir-akhir ini dan juga melanda masyarakat luas. Mereka menghendaki janin yang ada di dalam kandungan bisa lahir pada tanggal, bulan, serta tahun yang di inginkan. Misalnya mereka menghendaki lahir pada hari Sabtu 1-1-2011, Jum’at 11-11-2011, Kamis 2-2-2012, Rabu 12-12-2012 atau Jum’at 17-8-2012 dengan tujuan agar muda mengingat atau agar bertepatan dengan tanggal, bulan, serta tahun yang cantik.
Pertanyaan
Bagaimana hukum operasi cesar janin yang belum waktunya lahir untuk mencari hari atau tanggal yang di tentukan?
(MWC Bandar Kedungmulyo)
Jawaban :
Tidak diperbolehkan karena keinginan memiliki kelahiran yang telah ditentukan bukan hajah muhimmah dan tidak ada kemaslahatan yang memperbolehkan pelaksanaan operasi cesar tersebut.
Keterangan dari kitab :
(1) مغنى المحتاج الجزء السادس ص 143 ما نصه:
(فَائِدَةٌ): قَالَ فِي الإِحْيَاءِ لَا أَدْرِي رُخْصَةً فِي تَثْقِيبِ أُذُنِ الصَّبِيَّةِ لأَجْلِ تَعْلِيقِ حُلِيِّ الذَّهَبِ أَيْ أَوْ نَحْوِهِ فِيهَا، فَإِنَّ ذَلِكَ جُرْحٌ مُؤْلِمٌ، وَمِثْلُهُ مُوجِبٌ لِلْقِصَاصِ، فَلا يَجُوزُ إلاَّ لِحَاجَةٍ مُهِمَّةٍ كَالْفَصْدِ وَالْحِجَامَةِ وَالْخِتَانِ. وَالتَّزَيُّنُ بِالْحُلِيِّ غَيْرُ مُهِمٍّ، فَهَذَا وَإِنْ كَانَ مُعْتَادًا فَهُوَ حَرَامٌ، وَالْمَنْعُ مِنْهُ وَاجِبٌ، وَالاسْتِئْجَارُ عَلَيْهِ غَيْرُ صَحِيحٍ، وَالأُجْرَةُ الْمَأْخُوذَةُ عَلَيْهِ حَرَامٌ اهـ
.
(2) الفقه الإسلامي وأدلته الجزء الثاني ص 2608 – 2609ما نصه:
يَرَى المَالِكِيَّةُ وَالحَنَابِلَةُ عَمَلاً بِحَدِيْثِ: «كَسْرُ عَظْمِ المَيِّتِ كَكَسْرِهِ حَيًّاً» أَنَّه لاََ يَجُوْزُ شَقُّ بَطْنِ المَيْتَةِ الحَامِلِ لإِخْرَاجِ الجَنِيِنْ ِمِنْهُ؛ – إلى أن قال – وَأجَازَ الشَّافِعِيَّةُ شَقَّ بَطْنِ المَيْتَةِ لإِخْرَاجِ وَلَدِهَا، وَشَقَّ بَطْنِ المَيِّتِ لإِخْرَاجِ مَالٍ مِنْهُ – إلى أن قال – وَبِنَاءً عَلَى هَذِهِ الآرَاءِ المُبِيْحَةِ: يَجُوْزُ التَّشْرِيْحُ عِنْدَ الضَّرُوْرَةِ أَوْ الحَاجَةِ بِقَصْدِ التَّعْلِيْمِ لأَغْرَاضٍ طِبِّيَّةٍ، أَوْ لِمَعْرِفَةِ سَبَبِ الوَفَاةِ وَإِثْبَاتِ الجِنَايَةِ عَلَى المُتَّهَمِ بِالقَتْلِ وَنَحْوِ ذَلِكَ لأَغْرَاضٍ جِنَائِيَّةٍ إِذَا تَوَقَّفَ عَلَيْهَا الوُصُوْلُ إِلَى الحَقِّ فِيْ أَمْرِ الجِنَايَةِ، – إلى أن قال – وَعَلَى كُلِّ حَالٍ يَنْبَغِي عَدَمُ التَّوَسُّعِ فِيْ التَّشْرِيْحِ لِمَعْرِفَةِ وَظَائِفِ الأَعْضَاءِ وَتَحْقِيْقِ الجِنَايَاتِ، وَالإِقْتِصَارُ عَلَى قَدْرِ الضَّرُوْرَةِ أَوْ الحَاجَةِ إلخ
May 19, 2012
Read more about FIKIH by www.konsultasisyariah.com
Pertanyaan:
Bagaimana hukum Islam mengenai “operasi caesar” yang di lakukan oleh dokter dan pasien yang karena hanya untuk melahirkankan bayi sesuai yang diinginkan (pas hari besar, pas hari dengan tanggal yang diinginkan). Karena kelihatan hal-hal seperti itu menjadi tren orang-orang yang punya duit.
Dari: Poernomo de Hoetomo
Jawaban:
Melahirkan anak adalah salah satu fitrah kaum hawa. Mereka senantiasa berusaha untuk melahirkan anaknya secara normal, tanpa operasi. Oleh kerena itu, berbagai usaha dan antisipasi mereka lakukan agar bisa melahirkan secara normal. Seperti olahraga jalan pagi, senam hamil, konsumsi makanan tertentu ataupun yang lainnya.
Namun, akhir-akhir ini banyak ibu-ibu yang melahirkan anak mereka melalui proses operasi dengan cara membedah perut mereka. Mereka melakukan hal ini karena alasan medis, seperti bayi kembar, panggul yang sempit atau ukuran bayi yang terlalu besar. Kadang juga karena alasan sosial atau sekedar sebagai pelengkap saja, seperti jalan lahir inggin tetap utuh sehingga organ kewanitaanya sama seperti sebelum melahirkan, atau sekedar ingin menentukan tanggal kelahiran sesuai yang dikehendaki, seperti tanggal 11 bulan 11, tahun 2011 dan fenomena lainnya.
Bagaimanakah sebenarnya pandangan syariat terhadap fenomena ini?
Dalam wikipedia indonesia, bedah caesar (Caesarean section), disebut juga dengn seksio sesarea (disingkat dengan sc) adalah proses persalinan dengan melalui pembedahan, dimana irisan dilakukan di perut ibu (laparatomi), dan rahim (histerotomi), untuk mengeluarkan bayi. Bedah caesar umumnya dilakukan ketika proses persalinan normal melalui vagina tidak memungkinkan. Karena berisiko kepada komplikasi medis lainnya. Sebuah prosedur persalinan dengan pembedahan umumnya dilakukan oleh tim dokter yang beanggotakan spesialis kandungan, anak, anastesi, serta bidan.
Hukum operasi caesar dlihat dari sisi kepentingan wanita hamil atau janin di bagi menjadi dua:
Pertama: Dalam keadaan darurat
Yang dimaksud dalam keadaan darurat dalam operasi caesar adalah adanya kekhawatiran terancamnya jiwa ibu, bayi, atau keduanya secara bersamaan. Berikut perinciannya:
1. Operasi caesar untuk menyelamatkan jiwa ibu. Misalnya untuk ibu yang mengalami eklampsia (kejang dalam kehamilan), mempunyai penyakit jantung, persalinan tiba-tiba macet, pendarahan banyak selama kehamilan, infeksi dalam rahim, atau dinding rahim yang menipis akibat bedah caesar atau operasi rahim sebelumnya.
2. Operasi caesar untuk menyelamatkan jiwa bayi, yaitu jika sang ibu sudah meninggal dunia tapi bayi yang berada di dalam perutnya masih hidup.
3. Operasi caesar untuk menyelamatkan jiwa ibu dan bayi secara bersamaan, adalah ketika air ketuban pecah, namun belum ada kontraksi akan melahirkan, bayi terlilit tali pusar, shingga tidak dapat keluar secara normal, usia bayi belum matang (prematur), posisi bayi sungsang dan lain-lain.
Dalam tiga keadaan di atas, menurut pendapat yang benar, dibolehkan dilakukan operasi Caesar untuk menyelamatkan jiwa ibu dan anak. Dalil-dalilnya sebagai berikut:
- Firman Allah Ta’ala
وَمَنْ أَحْيَاهَا فَكَأَنَّمَا أَحْيَا النَّاسَ جَمِيعًا
“Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya.” (QS. Al-Maidah: 32)
Dalam ayat ini Allah memuji setiap orang yang memelihara kehidupan manusia , termasuk di dalamnya orang yang menyelamatkan ibu dan bayi dari kematian dengan melakukan pembedahan pada perut.
Imam Ibnu Hazm rahimahullah berkata, “Jika seorang ibu yang hamil meninggal dunia, sedangkan bayinya masih hidup dan bergerak dan sudah berumur enam bulan, maka dilakukan pembedahan perutnya dengan memanjang untuk mengeluarkan bayi tersebut, ini berdasarkan firman Allah (QS Al-Maidah:32). Dan barangsiapa membiarkan bayi tersebut di dalam sampai mati, maka orang tersebut dikategorikan pembunuh.”
- Kaidah fiqhiyyah yang menyatakan:
“Suatu bahaya itu harus dihilangkan.”
- Kaidah fiqhiyyah yang lainnya juga menyatakan:
“Jika terjadi pertentanggan antara dua kerusakan, maka diambil yang paling ringgan kerusakannya.”
Keterangan dari kaidah di atas adalah bahwa operasi caesar dalam keadaan darurat terdapat dua kerusakan. Yang pertama adalah terancamnya jiwa ibu atau anak, yang paling ringan adalah dibedahnya perut ibu. Dari dua kerusakan tersebut, yang paling ringan adalah dibedahnya perut ibu. Maka tindakan ini diambil untuk menghindari kerusakan yang lebih besar, yaitu terancamnya jiwa ibu dan anak.
Syaikh Abdur-Rahman as-Sa’di mengatakan, “Dan dibolehkan melukai badan, seperti membedah perut, untuk mengobati penyakit. Jika mafsadahnya lebih banyak dari manfaatnya, maka Allah mengharamkannya. Hal semacam ini telah disinggung oleh Allah di beberapa tempat dalam kitab-Nya, di antaranya adalah firman-Nya:
يَسْئَلُونَكَ عَنِ الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ قُلْ فِيهِمَآإِثْمٌ كَبِيرٌ وَمَنَافِعُ لِلنَّاسِ وَإِثْمُهُمَآ أَكْبَرُ مِن نَّفْعِهِمَا
“Mereka bertanya kepadamu tentang khamer dan judi. Katakanlah, Pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya.” (QS. al-Baqarah: 219)
Kedua: Bukan dalam keadaan darurat
Yakni operasi caesar dengan keinginan dari pasien atau yang mewakilinya (seerti suami misalnya ed.) agar sang buah hati dilahirkan tanpa melalui organ reproduksi. Motivasinya bisa dipicu oleh seorang istri yang ingin membahagiakan suaminya dengan jalan lahir yang masih utuh, sehingga organ kelahirannya masih sama seperti ketika ia belum melahirkan. Bisa juga karena menentukan tanggal baik atau tanggal cantik sebagai hari kelahiran sang anak. Motivasi lainnya juga dikarenakan enggan berlama-lama dan bersusah payah melalui proses persalinan, dll.
Operasai caesar dalam kondisi ini haram hukumnya. Sebab tidak boleh bagi seseorang untuk berbuat sesuatu terhadap dirinya kecuali dengan izin dari syariat.
Syaikh Muhammad bin Shaleh Al Utsaimin rahimahullahpernah ditanya, “Allah berfirman dalam QS. An Naba: 20, bahwa Allah menjamin untuk memudahkan proses kelahiran ini. Dan banyak orang, baik laki-laki maupun wanita, terburu-buru mengambil solusi dengan operasi caesar, apakah hal ini dikategorikan lemahnya bertawakal kepada Allah?”
Jawaban beliau: Menurut pendapatku –semoga Allah memberkahimu-, cara yang banyak digunakan orang pada saat ini –operasi caesar-, aku melihat bahwa ini adalah bisikan setan dan bahayanya lebih besar daripada manfaatnya. Karena mau tidak mau, wanita pasti merasakan rasa sakit ketika hendak melahirkan (normal), akan tetapi ada pelajaran yang terdapat pada rasa sakit tersebut:
- Rasa sakit tersebut akan menggugurkan dosa-dosanya.
- Akan mengangkat derajatnya jika ia bersabar dan mengharap pahala dari sisi Allah.
- Seorang wanita yang menyadari posisi seorang ibu, pastinya seorang ibu akan merasakan apa yang ia rasakan.
- Ia akan semakin merasakan betapa nikmatnya sehat.
- Menambah rasa sayang dan rindunya kepada sang anak. Sebab, setiap kali si anak mengalami kesulitan, sang ibu akan merasa lebih kasihan dan merindukannya.
- Anak atau bayi dalam kandungan ini keluar dari tempat yang normal dan alami, dalam hal ini ada kebaikan bagi sang ibu dan anak.
- Ada madharat yang dialami wanita tersebut dengan menempuh operasi caesar, karena operasi tersebut akan melemahkan usus, rahim, dan yang selainnya.
- Banyak wanita yang menempuh operasi caesar tidak bisa lagi menjalani persalinan secara alami di masa berikutnya dan dikhawatirkan juga akan merobek luka operasi sebelumnya.
- Melakukan operasi caesar berpotensi membuat keturunan menjadi sedikit, karena jika seorang perempuan dioperasi 3 kali dari berbagai sisi dan melemahkan didirnya, maka kehamilan berikutnya bisa berbahaya.
- Cara ini adalah cara yang mewah. Bermewah-mewahan dapat menyebabkan kehancuran sebagaimana firman Allah QS. Al Waqi’ah: 45.
Kewajiban bagi seorang wanita adalah hendaknya ia bersabar dan mengharapkan pahala dari sisi Allah. Ia juga hendaknya menempuh proses persalinan yang alami, karena itu lebih baik baginya ditinjau dari sisi kesahatan dan finansial.
Bagi para suami, hendaknya mereka memperhatikan hal ini. Kita tidak tahu bisa jadi orang-orang yang tidak suka, menjadikan jalan ini sebagai penghalang kita memperoleh kebaikan dan mendapat kerugian.
Beliau juga menyampaikan: Pada kesempatan kali ini perlu kami sampaikan tentang sebuah fenomena yang disampaikan kepada kami, yaitu banyak para dokter di berbagai rumah sakit bersemangat agar proses kelahiran dilakukan dengan operasi caesar. Saya khawatir ini adalah salah satu tipu daya bagi kaum muslimin. Sebab, apabila proses melahirkan sering ditempuh dengan operasi caesar, maka kulit perut wanita akan melemah dan wanita tidak akan kuat hamil lagi. Ada sebagian dokter di sebuah rumah sakit menceritakan kepadaku, bahwa banyak wanita yang jika pergi ke berbagai rumah sakit selalu divonis dengan operasi caesar, lalu mereka datang ke rumah sakit lainnya ternyata dapat dilakukan proses persalinan dengan normal. Orang yang menceritakan kepadaku tadi mengatakan, hal itu terjadi sampai kepada 80 wanita dalam waktu 1 bulan! Kalau demikian, berarti ini sangat berbahaya dan wajib untuk diperingatkan.
Hendaknya wanita juga mengetahui bahwa yang namanya melahirkan pasti merasakan sakit dan susah. Allah Ta’ala berfirman,
وَوَصَّيْنَا اْلإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَانًا حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهًا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلاَثُونَ شَهْرًا
“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan…” (QS. Al Ahqaaf: 15)
Maka tidak boleh bagi wanita dengan sekadar tidak mau merasakan sakitnya kontraksi saat melahirkan, lalu pergi ke dokter unutk operasi, karena persalinan secara alami lebih baik dibandingkan operasi caesar.
Sumber: Majalah Al Mawaddah Vol. 47 Desember 2011 – Januari 2012
Artikel www.KonsultasiSyariah.com
Pertanyaan:
Bagaimana hukum Islam mengenai “operasi caesar” yang di lakukan oleh dokter dan pasien yang karena hanya untuk melahirkankan bayi sesuai yang diinginkan (pas hari besar, pas hari dengan tanggal yang diinginkan). Karena kelihatan hal-hal seperti itu menjadi tren orang-orang yang punya duit.
Dari: Poernomo de Hoetomo
Jawaban:
Melahirkan anak adalah salah satu fitrah kaum hawa. Mereka senantiasa berusaha untuk melahirkan anaknya secara normal, tanpa operasi. Oleh kerena itu, berbagai usaha dan antisipasi mereka lakukan agar bisa melahirkan secara normal. Seperti olahraga jalan pagi, senam hamil, konsumsi makanan tertentu ataupun yang lainnya.
Namun, akhir-akhir ini banyak ibu-ibu yang melahirkan anak mereka melalui proses operasi dengan cara membedah perut mereka. Mereka melakukan hal ini karena alasan medis, seperti bayi kembar, panggul yang sempit atau ukuran bayi yang terlalu besar. Kadang juga karena alasan sosial atau sekedar sebagai pelengkap saja, seperti jalan lahir inggin tetap utuh sehingga organ kewanitaanya sama seperti sebelum melahirkan, atau sekedar ingin menentukan tanggal kelahiran sesuai yang dikehendaki, seperti tanggal 11 bulan 11, tahun 2011 dan fenomena lainnya.
Bagaimanakah sebenarnya pandangan syariat terhadap fenomena ini?
Dalam wikipedia indonesia, bedah caesar (Caesarean section), disebut juga dengn seksio sesarea (disingkat dengan sc) adalah proses persalinan dengan melalui pembedahan, dimana irisan dilakukan di perut ibu (laparatomi), dan rahim (histerotomi), untuk mengeluarkan bayi. Bedah caesar umumnya dilakukan ketika proses persalinan normal melalui vagina tidak memungkinkan. Karena berisiko kepada komplikasi medis lainnya. Sebuah prosedur persalinan dengan pembedahan umumnya dilakukan oleh tim dokter yang beanggotakan spesialis kandungan, anak, anastesi, serta bidan.
Hukum operasi caesar dlihat dari sisi kepentingan wanita hamil atau janin di bagi menjadi dua:
Pertama: Dalam keadaan darurat
Yang dimaksud dalam keadaan darurat dalam operasi caesar adalah adanya kekhawatiran terancamnya jiwa ibu, bayi, atau keduanya secara bersamaan. Berikut perinciannya:
1. Operasi caesar untuk menyelamatkan jiwa ibu. Misalnya untuk ibu yang mengalami eklampsia (kejang dalam kehamilan), mempunyai penyakit jantung, persalinan tiba-tiba macet, pendarahan banyak selama kehamilan, infeksi dalam rahim, atau dinding rahim yang menipis akibat bedah caesar atau operasi rahim sebelumnya.
2. Operasi caesar untuk menyelamatkan jiwa bayi, yaitu jika sang ibu sudah meninggal dunia tapi bayi yang berada di dalam perutnya masih hidup.
3. Operasi caesar untuk menyelamatkan jiwa ibu dan bayi secara bersamaan, adalah ketika air ketuban pecah, namun belum ada kontraksi akan melahirkan, bayi terlilit tali pusar, shingga tidak dapat keluar secara normal, usia bayi belum matang (prematur), posisi bayi sungsang dan lain-lain.
Dalam tiga keadaan di atas, menurut pendapat yang benar, dibolehkan dilakukan operasi Caesar untuk menyelamatkan jiwa ibu dan anak. Dalil-dalilnya sebagai berikut:
- Firman Allah Ta’ala
وَمَنْ أَحْيَاهَا فَكَأَنَّمَا أَحْيَا النَّاسَ جَمِيعًا
“Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya.” (QS. Al-Maidah: 32)
Dalam ayat ini Allah memuji setiap orang yang memelihara kehidupan manusia , termasuk di dalamnya orang yang menyelamatkan ibu dan bayi dari kematian dengan melakukan pembedahan pada perut.
Imam Ibnu Hazm rahimahullah berkata, “Jika seorang ibu yang hamil meninggal dunia, sedangkan bayinya masih hidup dan bergerak dan sudah berumur enam bulan, maka dilakukan pembedahan perutnya dengan memanjang untuk mengeluarkan bayi tersebut, ini berdasarkan firman Allah (QS Al-Maidah:32). Dan barangsiapa membiarkan bayi tersebut di dalam sampai mati, maka orang tersebut dikategorikan pembunuh.”
- Kaidah fiqhiyyah yang menyatakan:
“Suatu bahaya itu harus dihilangkan.”
- Kaidah fiqhiyyah yang lainnya juga menyatakan:
“Jika terjadi pertentanggan antara dua kerusakan, maka diambil yang paling ringgan kerusakannya.”
Keterangan dari kaidah di atas adalah bahwa operasi caesar dalam keadaan darurat terdapat dua kerusakan. Yang pertama adalah terancamnya jiwa ibu atau anak, yang paling ringan adalah dibedahnya perut ibu. Dari dua kerusakan tersebut, yang paling ringan adalah dibedahnya perut ibu. Maka tindakan ini diambil untuk menghindari kerusakan yang lebih besar, yaitu terancamnya jiwa ibu dan anak.
Syaikh Abdur-Rahman as-Sa’di mengatakan, “Dan dibolehkan melukai badan, seperti membedah perut, untuk mengobati penyakit. Jika mafsadahnya lebih banyak dari manfaatnya, maka Allah mengharamkannya. Hal semacam ini telah disinggung oleh Allah di beberapa tempat dalam kitab-Nya, di antaranya adalah firman-Nya:
يَسْئَلُونَكَ عَنِ الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ قُلْ فِيهِمَآإِثْمٌ كَبِيرٌ وَمَنَافِعُ لِلنَّاسِ وَإِثْمُهُمَآ أَكْبَرُ مِن نَّفْعِهِمَا
“Mereka bertanya kepadamu tentang khamer dan judi. Katakanlah, Pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya.” (QS. al-Baqarah: 219)
Kedua: Bukan dalam keadaan darurat
Yakni operasi caesar dengan keinginan dari pasien atau yang mewakilinya (seerti suami misalnya ed.) agar sang buah hati dilahirkan tanpa melalui organ reproduksi. Motivasinya bisa dipicu oleh seorang istri yang ingin membahagiakan suaminya dengan jalan lahir yang masih utuh, sehingga organ kelahirannya masih sama seperti ketika ia belum melahirkan. Bisa juga karena menentukan tanggal baik atau tanggal cantik sebagai hari kelahiran sang anak. Motivasi lainnya juga dikarenakan enggan berlama-lama dan bersusah payah melalui proses persalinan, dll.
Operasai caesar dalam kondisi ini haram hukumnya. Sebab tidak boleh bagi seseorang untuk berbuat sesuatu terhadap dirinya kecuali dengan izin dari syariat.
Syaikh Muhammad bin Shaleh Al Utsaimin rahimahullahpernah ditanya, “Allah berfirman dalam QS. An Naba: 20, bahwa Allah menjamin untuk memudahkan proses kelahiran ini. Dan banyak orang, baik laki-laki maupun wanita, terburu-buru mengambil solusi dengan operasi caesar, apakah hal ini dikategorikan lemahnya bertawakal kepada Allah?”
Jawaban beliau: Menurut pendapatku –semoga Allah memberkahimu-, cara yang banyak digunakan orang pada saat ini –operasi caesar-, aku melihat bahwa ini adalah bisikan setan dan bahayanya lebih besar daripada manfaatnya. Karena mau tidak mau, wanita pasti merasakan rasa sakit ketika hendak melahirkan (normal), akan tetapi ada pelajaran yang terdapat pada rasa sakit tersebut:
- Rasa sakit tersebut akan menggugurkan dosa-dosanya.
- Akan mengangkat derajatnya jika ia bersabar dan mengharap pahala dari sisi Allah.
- Seorang wanita yang menyadari posisi seorang ibu, pastinya seorang ibu akan merasakan apa yang ia rasakan.
- Ia akan semakin merasakan betapa nikmatnya sehat.
- Menambah rasa sayang dan rindunya kepada sang anak. Sebab, setiap kali si anak mengalami kesulitan, sang ibu akan merasa lebih kasihan dan merindukannya.
- Anak atau bayi dalam kandungan ini keluar dari tempat yang normal dan alami, dalam hal ini ada kebaikan bagi sang ibu dan anak.
- Ada madharat yang dialami wanita tersebut dengan menempuh operasi caesar, karena operasi tersebut akan melemahkan usus, rahim, dan yang selainnya.
- Banyak wanita yang menempuh operasi caesar tidak bisa lagi menjalani persalinan secara alami di masa berikutnya dan dikhawatirkan juga akan merobek luka operasi sebelumnya.
- Melakukan operasi caesar berpotensi membuat keturunan menjadi sedikit, karena jika seorang perempuan dioperasi 3 kali dari berbagai sisi dan melemahkan didirnya, maka kehamilan berikutnya bisa berbahaya.
- Cara ini adalah cara yang mewah. Bermewah-mewahan dapat menyebabkan kehancuran sebagaimana firman Allah QS. Al Waqi’ah: 45.
Kewajiban bagi seorang wanita adalah hendaknya ia bersabar dan mengharapkan pahala dari sisi Allah. Ia juga hendaknya menempuh proses persalinan yang alami, karena itu lebih baik baginya ditinjau dari sisi kesahatan dan finansial.
Bagi para suami, hendaknya mereka memperhatikan hal ini. Kita tidak tahu bisa jadi orang-orang yang tidak suka, menjadikan jalan ini sebagai penghalang kita memperoleh kebaikan dan mendapat kerugian.
Beliau juga menyampaikan: Pada kesempatan kali ini perlu kami sampaikan tentang sebuah fenomena yang disampaikan kepada kami, yaitu banyak para dokter di berbagai rumah sakit bersemangat agar proses kelahiran dilakukan dengan operasi caesar. Saya khawatir ini adalah salah satu tipu daya bagi kaum muslimin. Sebab, apabila proses melahirkan sering ditempuh dengan operasi caesar, maka kulit perut wanita akan melemah dan wanita tidak akan kuat hamil lagi. Ada sebagian dokter di sebuah rumah sakit menceritakan kepadaku, bahwa banyak wanita yang jika pergi ke berbagai rumah sakit selalu divonis dengan operasi caesar, lalu mereka datang ke rumah sakit lainnya ternyata dapat dilakukan proses persalinan dengan normal. Orang yang menceritakan kepadaku tadi mengatakan, hal itu terjadi sampai kepada 80 wanita dalam waktu 1 bulan! Kalau demikian, berarti ini sangat berbahaya dan wajib untuk diperingatkan.
Hendaknya wanita juga mengetahui bahwa yang namanya melahirkan pasti merasakan sakit dan susah. Allah Ta’ala berfirman,
وَوَصَّيْنَا اْلإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَانًا حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهًا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلاَثُونَ شَهْرًا
“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan…” (QS. Al Ahqaaf: 15)
Maka tidak boleh bagi wanita dengan sekadar tidak mau merasakan sakitnya kontraksi saat melahirkan, lalu pergi ke dokter unutk operasi, karena persalinan secara alami lebih baik dibandingkan operasi caesar.
Sumber: Majalah Al Mawaddah Vol. 47 Desember 2011 – Januari 2012
Artikel www.KonsultasiSyariah.com
KonsultasiSyariah.com adalah situs rujukan untuk Fatwa dan Tanya Jawab seputar Pendidikan Islam dan Keluarga berbahasa Indonesia. KonsultasiSyariah.com diasuh oleh tim ahli syariah. Silakan lihat halaman "Tentang Kami" untuk info selengkapnya.
January 8, 2013
Pertanyaan: Asalamualaikum apakah sushi termasuk makanan haram ??? Wasalam Dari: Nira Jawaban: Wa’aalaikumussalam Alhamdulillah was shalatu was salamu 'ala rasulillah, wa ba'du, Ulama
January 7, 2013
Pertanyaan: Assalamu’alaikum Ustadz. Bagaimana hukumnya perempuan memakai gelang kaki emas menurut Islam? Boleh apa tidak? Dari: Sodikin Jawaban: Wa’alaikumussalam Allah berfirman,
وَلَا يَضْرِبْنَ
January 5, 2013
Pertanyaan: Syaikh Abdul Aziz bin Baz ditanya: Apa hukumnya membatasi kelahiran? Jawaban: Permasalahan ini banyak ditanyakan kepada
January 2, 2013
Pertanyaan: Assalamu'alaikum Ustadz. Afwan, terkait suami yang memberikan nafkah kepada keluarganya dari pekerjaan yang haram, saya masih bingung memahami antara
December 31, 2012
Pertanyaan: Assalamu’alaikum Ustadz. Apakah haram mengebiri kucing peliharaan agar ia tidak beranak-pinak? Jika haram tolong berikan dalilnya. Jazakallahu
← Kesehatan: Apakah hepatitis B paling berbahaya?
October 8, 2009
October 8, 2009
October 8, 2009
October 8, 2009
October 8, 2009
Video www.yufid.tv
© 2009 - 2013 KonsultasiSyariah.com
Read more about Halal Haram by www.konsultasisyariah.com
Pertanyaan:
Bagaimana hukum Islam mengenai “operasi caesar” yang di lakukan oleh dokter dan pasien yang karena hanya untuk melahirkankan bayi sesuai yang diinginkan (pas hari besar, pas hari dengan tanggal yang diinginkan). Karena kelihatan hal-hal seperti itu menjadi tren orang-orang yang punya duit.
Dari: Poernomo de Hoetomo
Jawaban:
Melahirkan anak adalah salah satu fitrah kaum hawa. Mereka senantiasa berusaha untuk melahirkan anaknya secara normal, tanpa operasi. Oleh kerena itu, berbagai usaha dan antisipasi mereka lakukan agar bisa melahirkan secara normal. Seperti olahraga jalan pagi, senam hamil, konsumsi makanan tertentu ataupun yang lainnya.
Namun, akhir-akhir ini banyak ibu-ibu yang melahirkan anak mereka melalui proses operasi dengan cara membedah perut mereka. Mereka melakukan hal ini karena alasan medis, seperti bayi kembar, panggul yang sempit atau ukuran bayi yang terlalu besar. Kadang juga karena alasan sosial atau sekedar sebagai pelengkap saja, seperti jalan lahir inggin tetap utuh sehingga organ kewanitaanya sama seperti sebelum melahirkan, atau sekedar ingin menentukan tanggal kelahiran sesuai yang dikehendaki, seperti tanggal 11 bulan 11, tahun 2011 dan fenomena lainnya.
Bagaimanakah sebenarnya pandangan syariat terhadap fenomena ini?
Dalam wikipedia indonesia, bedah caesar (Caesarean section), disebut juga dengn seksio sesarea (disingkat dengan sc) adalah proses persalinan dengan melalui pembedahan, dimana irisan dilakukan di perut ibu (laparatomi), dan rahim (histerotomi), untuk mengeluarkan bayi. Bedah caesar umumnya dilakukan ketika proses persalinan normal melalui vagina tidak memungkinkan. Karena berisiko kepada komplikasi medis lainnya. Sebuah prosedur persalinan dengan pembedahan umumnya dilakukan oleh tim dokter yang beanggotakan spesialis kandungan, anak, anastesi, serta bidan.
Hukum operasi caesar dlihat dari sisi kepentingan wanita hamil atau janin di bagi menjadi dua:
Pertama: Dalam keadaan darurat
Yang dimaksud dalam keadaan darurat dalam operasi caesar adalah adanya kekhawatiran terancamnya jiwa ibu, bayi, atau keduanya secara bersamaan. Berikut perinciannya:
1. Operasi caesar untuk menyelamatkan jiwa ibu. Misalnya untuk ibu yang mengalami eklampsia (kejang dalam kehamilan), mempunyai penyakit jantung, persalinan tiba-tiba macet, pendarahan banyak selama kehamilan, infeksi dalam rahim, atau dinding rahim yang menipis akibat bedah caesar atau operasi rahim sebelumnya.
2. Operasi caesar untuk menyelamatkan jiwa bayi, yaitu jika sang ibu sudah meninggal dunia tapi bayi yang berada di dalam perutnya masih hidup.
3. Operasi caesar untuk menyelamatkan jiwa ibu dan bayi secara bersamaan, adalah ketika air ketuban pecah, namun belum ada kontraksi akan melahirkan, bayi terlilit tali pusar, shingga tidak dapat keluar secara normal, usia bayi belum matang (prematur), posisi bayi sungsang dan lain-lain.
Dalam tiga keadaan di atas, menurut pendapat yang benar, dibolehkan dilakukan operasi Caesar untuk menyelamatkan jiwa ibu dan anak. Dalil-dalilnya sebagai berikut:
- Firman Allah Ta’ala
وَمَنْ أَحْيَاهَا فَكَأَنَّمَا أَحْيَا النَّاسَ جَمِيعًا
“Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya.” (QS. Al-Maidah: 32)
Dalam ayat ini Allah memuji setiap orang yang memelihara kehidupan manusia , termasuk di dalamnya orang yang menyelamatkan ibu dan bayi dari kematian dengan melakukan pembedahan pada perut.
Imam Ibnu Hazm rahimahullah berkata, “Jika seorang ibu yang hamil meninggal dunia, sedangkan bayinya masih hidup dan bergerak dan sudah berumur enam bulan, maka dilakukan pembedahan perutnya dengan memanjang untuk mengeluarkan bayi tersebut, ini berdasarkan firman Allah (QS Al-Maidah:32). Dan barangsiapa membiarkan bayi tersebut di dalam sampai mati, maka orang tersebut dikategorikan pembunuh.”
- Kaidah fiqhiyyah yang menyatakan:
“Suatu bahaya itu harus dihilangkan.”
- Kaidah fiqhiyyah yang lainnya juga menyatakan:
“Jika terjadi pertentanggan antara dua kerusakan, maka diambil yang paling ringgan kerusakannya.”
Keterangan dari kaidah di atas adalah bahwa operasi caesar dalam keadaan darurat terdapat dua kerusakan. Yang pertama adalah terancamnya jiwa ibu atau anak, yang paling ringan adalah dibedahnya perut ibu. Dari dua kerusakan tersebut, yang paling ringan adalah dibedahnya perut ibu. Maka tindakan ini diambil untuk menghindari kerusakan yang lebih besar, yaitu terancamnya jiwa ibu dan anak.
Syaikh Abdur-Rahman as-Sa’di mengatakan, “Dan dibolehkan melukai badan, seperti membedah perut, untuk mengobati penyakit. Jika mafsadahnya lebih banyak dari manfaatnya, maka Allah mengharamkannya. Hal semacam ini telah disinggung oleh Allah di beberapa tempat dalam kitab-Nya, di antaranya adalah firman-Nya:
يَسْئَلُونَكَ عَنِ الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ قُلْ فِيهِمَآإِثْمٌ كَبِيرٌ وَمَنَافِعُ لِلنَّاسِ وَإِثْمُهُمَآ أَكْبَرُ مِن نَّفْعِهِمَا
“Mereka bertanya kepadamu tentang khamer dan judi. Katakanlah, Pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya.” (QS. al-Baqarah: 219)
Kedua: Bukan dalam keadaan darurat
Yakni operasi caesar dengan keinginan dari pasien atau yang mewakilinya (seerti suami misalnya ed.) agar sang buah hati dilahirkan tanpa melalui organ reproduksi. Motivasinya bisa dipicu oleh seorang istri yang ingin membahagiakan suaminya dengan jalan lahir yang masih utuh, sehingga organ kelahirannya masih sama seperti ketika ia belum melahirkan. Bisa juga karena menentukan tanggal baik atau tanggal cantik sebagai hari kelahiran sang anak. Motivasi lainnya juga dikarenakan enggan berlama-lama dan bersusah payah melalui proses persalinan, dll.
Operasai caesar dalam kondisi ini haram hukumnya. Sebab tidak boleh bagi seseorang untuk berbuat sesuatu terhadap dirinya kecuali dengan izin dari syariat.
Syaikh Muhammad bin Shaleh Al Utsaimin rahimahullahpernah ditanya, “Allah berfirman dalam QS. An Naba: 20, bahwa Allah menjamin untuk memudahkan proses kelahiran ini. Dan banyak orang, baik laki-laki maupun wanita, terburu-buru mengambil solusi dengan operasi caesar, apakah hal ini dikategorikan lemahnya bertawakal kepada Allah?”
Jawaban beliau: Menurut pendapatku –semoga Allah memberkahimu-, cara yang banyak digunakan orang pada saat ini –operasi caesar-, aku melihat bahwa ini adalah bisikan setan dan bahayanya lebih besar daripada manfaatnya. Karena mau tidak mau, wanita pasti merasakan rasa sakit ketika hendak melahirkan (normal), akan tetapi ada pelajaran yang terdapat pada rasa sakit tersebut:
- Rasa sakit tersebut akan menggugurkan dosa-dosanya.
- Akan mengangkat derajatnya jika ia bersabar dan mengharap pahala dari sisi Allah.
- Seorang wanita yang menyadari posisi seorang ibu, pastinya seorang ibu akan merasakan apa yang ia rasakan.
- Ia akan semakin merasakan betapa nikmatnya sehat.
- Menambah rasa sayang dan rindunya kepada sang anak. Sebab, setiap kali si anak mengalami kesulitan, sang ibu akan merasa lebih kasihan dan merindukannya.
- Anak atau bayi dalam kandungan ini keluar dari tempat yang normal dan alami, dalam hal ini ada kebaikan bagi sang ibu dan anak.
- Ada madharat yang dialami wanita tersebut dengan menempuh operasi caesar, karena operasi tersebut akan melemahkan usus, rahim, dan yang selainnya.
- Banyak wanita yang menempuh operasi caesar tidak bisa lagi menjalani persalinan secara alami di masa berikutnya dan dikhawatirkan juga akan merobek luka operasi sebelumnya.
- Melakukan operasi caesar berpotensi membuat keturunan menjadi sedikit, karena jika seorang perempuan dioperasi 3 kali dari berbagai sisi dan melemahkan didirnya, maka kehamilan berikutnya bisa berbahaya.
- Cara ini adalah cara yang mewah. Bermewah-mewahan dapat menyebabkan kehancuran sebagaimana firman Allah QS. Al Waqi’ah: 45.
Kewajiban bagi seorang wanita adalah hendaknya ia bersabar dan mengharapkan pahala dari sisi Allah. Ia juga hendaknya menempuh proses persalinan yang alami, karena itu lebih baik baginya ditinjau dari sisi kesahatan dan finansial.
Bagi para suami, hendaknya mereka memperhatikan hal ini. Kita tidak tahu bisa jadi orang-orang yang tidak suka, menjadikan jalan ini sebagai penghalang kita memperoleh kebaikan dan mendapat kerugian.
Beliau juga menyampaikan: Pada kesempatan kali ini perlu kami sampaikan tentang sebuah fenomena yang disampaikan kepada kami, yaitu banyak para dokter di berbagai rumah sakit bersemangat agar proses kelahiran dilakukan dengan operasi caesar. Saya khawatir ini adalah salah satu tipu daya bagi kaum muslimin. Sebab, apabila proses melahirkan sering ditempuh dengan operasi caesar, maka kulit perut wanita akan melemah dan wanita tidak akan kuat hamil lagi. Ada sebagian dokter di sebuah rumah sakit menceritakan kepadaku, bahwa banyak wanita yang jika pergi ke berbagai rumah sakit selalu divonis dengan operasi caesar, lalu mereka datang ke rumah sakit lainnya ternyata dapat dilakukan proses persalinan dengan normal. Orang yang menceritakan kepadaku tadi mengatakan, hal itu terjadi sampai kepada 80 wanita dalam waktu 1 bulan! Kalau demikian, berarti ini sangat berbahaya dan wajib untuk diperingatkan.
Hendaknya wanita juga mengetahui bahwa yang namanya melahirkan pasti merasakan sakit dan susah. Allah Ta’ala berfirman,
وَوَصَّيْنَا اْلإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَانًا حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهًا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلاَثُونَ شَهْرًا
“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan…” (QS. Al Ahqaaf: 15)
Maka tidak boleh bagi wanita dengan sekadar tidak mau merasakan sakitnya kontraksi saat melahirkan, lalu pergi ke dokter unutk operasi, karena persalinan secara alami lebih baik dibandingkan operasi caesar.
Sumber: Majalah Al Mawaddah Vol. 47 Desember 2011 – Januari 2012
Artikel www.KonsultasiSyariah.com
KonsultasiSyariah.
Read more about FIKIH by www.konsultasisyariah.com
May 19, 2012
Pertanyaan:
Bagaimana hukum Islam mengenai “operasi caesar” yang di lakukan oleh dokter dan pasien yang karena hanya untuk melahirkankan bayi sesuai yang diinginkan (pas hari besar, pas hari dengan tanggal yang diinginkan). Karena kelihatan hal-hal seperti itu menjadi tren orang-orang yang punya duit.
Dari: Poernomo de Hoetomo
Jawaban:
Melahirkan anak adalah salah satu fitrah kaum hawa. Mereka senantiasa berusaha untuk melahirkan anaknya secara normal, tanpa operasi. Oleh kerena itu, berbagai usaha dan antisipasi mereka lakukan agar bisa melahirkan secara normal. Seperti olahraga jalan pagi, senam hamil, konsumsi makanan tertentu ataupun yang lainnya.
Namun, akhir-akhir ini banyak ibu-ibu yang melahirkan anak mereka melalui proses operasi dengan cara membedah perut mereka. Mereka melakukan hal ini karena alasan medis, seperti bayi kembar, panggul yang sempit atau ukuran bayi yang terlalu besar. Kadang juga karena alasan sosial atau sekedar sebagai pelengkap saja, seperti jalan lahir inggin tetap utuh sehingga organ kewanitaanya sama seperti sebelum melahirkan, atau sekedar ingin menentukan tanggal kelahiran sesuai yang dikehendaki, seperti tanggal 11 bulan 11, tahun 2011 dan fenomena lainnya.
Bagaimanakah sebenarnya pandangan syariat terhadap fenomena ini?
Dalam wikipedia indonesia, bedah caesar (Caesarean section), disebut juga dengn seksio sesarea (disingkat dengan sc) adalah proses persalinan dengan melalui pembedahan, dimana irisan dilakukan di perut ibu (laparatomi), dan rahim (histerotomi), untuk mengeluarkan bayi. Bedah caesar umumnya dilakukan ketika proses persalinan normal melalui vagina tidak memungkinkan. Karena berisiko kepada komplikasi medis lainnya. Sebuah prosedur persalinan dengan pembedahan umumnya dilakukan oleh tim dokter yang beanggotakan spesialis kandungan, anak, anastesi, serta bidan.
Hukum operasi caesar dlihat dari sisi kepentingan wanita hamil atau janin di bagi menjadi dua:
Pertama: Dalam keadaan darurat
Yang dimaksud dalam keadaan darurat dalam operasi caesar adalah adanya kekhawatiran terancamnya jiwa ibu, bayi, atau keduanya secara bersamaan. Berikut perinciannya:
1. Operasi caesar untuk menyelamatkan jiwa ibu. Misalnya untuk ibu yang mengalami eklampsia (kejang dalam kehamilan), mempunyai penyakit jantung, persalinan tiba-tiba macet, pendarahan banyak selama kehamilan, infeksi dalam rahim, atau dinding rahim yang menipis akibat bedah caesar atau operasi rahim sebelumnya.
2. Operasi caesar untuk menyelamatkan jiwa bayi, yaitu jika sang ibu sudah meninggal dunia tapi bayi yang berada di dalam perutnya masih hidup.
3. Operasi caesar untuk menyelamatkan jiwa ibu dan bayi secara bersamaan, adalah ketika air ketuban pecah, namun belum ada kontraksi akan melahirkan, bayi terlilit tali pusar, shingga tidak dapat keluar secara normal, usia bayi belum matang (prematur), posisi bayi sungsang dan lain-lain.
Dalam tiga keadaan di atas, menurut pendapat yang benar, dibolehkan dilakukan operasi Caesar untuk menyelamatkan jiwa ibu dan anak. Dalil-dalilnya sebagai berikut:
- Firman Allah Ta’ala
وَمَنْ أَحْيَاهَا فَكَأَنَّمَا أَحْيَا النَّاسَ جَمِيعًا
“Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya.” (QS. Al-Maidah: 32)
Dalam ayat ini Allah memuji setiap orang yang memelihara kehidupan manusia , termasuk di dalamnya orang yang menyelamatkan ibu dan bayi dari kematian dengan melakukan pembedahan pada perut.
Imam Ibnu Hazm rahimahullah berkata, “Jika seorang ibu yang hamil meninggal dunia, sedangkan bayinya masih hidup dan bergerak dan sudah berumur enam bulan, maka dilakukan pembedahan perutnya dengan memanjang untuk mengeluarkan bayi tersebut, ini berdasarkan firman Allah (QS Al-Maidah:32). Dan barangsiapa membiarkan bayi tersebut di dalam sampai mati, maka orang tersebut dikategorikan pembunuh.”
- Kaidah fiqhiyyah yang menyatakan:
“Suatu bahaya itu harus dihilangkan.”
- Kaidah fiqhiyyah yang lainnya juga menyatakan:
“Jika terjadi pertentanggan antara dua kerusakan, maka diambil yang paling ringgan kerusakannya.”
Keterangan dari kaidah di atas adalah bahwa operasi caesar dalam keadaan darurat terdapat dua kerusakan. Yang pertama adalah terancamnya jiwa ibu atau anak, yang paling ringan adalah dibedahnya perut ibu. Dari dua kerusakan tersebut, yang paling ringan adalah dibedahnya perut ibu. Maka tindakan ini diambil untuk menghindari kerusakan yang lebih besar, yaitu terancamnya jiwa ibu dan anak.
Syaikh Abdur-Rahman as-Sa’di mengatakan, “Dan dibolehkan melukai badan, seperti membedah perut, untuk mengobati penyakit. Jika mafsadahnya lebih banyak dari manfaatnya, maka Allah mengharamkannya. Hal semacam ini telah disinggung oleh Allah di beberapa tempat dalam kitab-Nya, di antaranya adalah firman-Nya:
يَسْئَلُونَكَ عَنِ الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ قُلْ فِيهِمَآإِثْمٌ كَبِيرٌ وَمَنَافِعُ لِلنَّاسِ وَإِثْمُهُمَآ أَكْبَرُ مِن نَّفْعِهِمَا
“Mereka bertanya kepadamu tentang khamer dan judi. Katakanlah, Pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya.” (QS. al-Baqarah: 219)
Kedua: Bukan dalam keadaan darurat
Yakni operasi caesar dengan keinginan dari pasien atau yang mewakilinya (seerti suami misalnya ed.) agar sang buah hati dilahirkan tanpa melalui organ reproduksi. Motivasinya bisa dipicu oleh seorang istri yang ingin membahagiakan suaminya dengan jalan lahir yang masih utuh, sehingga organ kelahirannya masih sama seperti ketika ia belum melahirkan. Bisa juga karena menentukan tanggal baik atau tanggal cantik sebagai hari kelahiran sang anak. Motivasi lainnya juga dikarenakan enggan berlama-lama dan bersusah payah melalui proses persalinan, dll.
Operasai caesar dalam kondisi ini haram hukumnya. Sebab tidak boleh bagi seseorang untuk berbuat sesuatu terhadap dirinya kecuali dengan izin dari syariat.
Syaikh Muhammad bin Shaleh Al Utsaimin rahimahullahpernah ditanya, “Allah berfirman dalam QS. An Naba: 20, bahwa Allah menjamin untuk memudahkan proses kelahiran ini. Dan banyak orang, baik laki-laki maupun wanita, terburu-buru mengambil solusi dengan operasi caesar, apakah hal ini dikategorikan lemahnya bertawakal kepada Allah?”
Jawaban beliau: Menurut pendapatku –semoga Allah memberkahimu-, cara yang banyak digunakan orang pada saat ini –operasi caesar-, aku melihat bahwa ini adalah bisikan setan dan bahayanya lebih besar daripada manfaatnya. Karena mau tidak mau, wanita pasti merasakan rasa sakit ketika hendak melahirkan (normal), akan tetapi ada pelajaran yang terdapat pada rasa sakit tersebut:
- Rasa sakit tersebut akan menggugurkan dosa-dosanya.
- Akan mengangkat derajatnya jika ia bersabar dan mengharap pahala dari sisi Allah.
- Seorang wanita yang menyadari posisi seorang ibu, pastinya seorang ibu akan merasakan apa yang ia rasakan.
- Ia akan semakin merasakan betapa nikmatnya sehat.
- Menambah rasa sayang dan rindunya kepada sang anak. Sebab, setiap kali si anak mengalami kesulitan, sang ibu akan merasa lebih kasihan dan merindukannya.
- Anak atau bayi dalam kandungan ini keluar dari tempat yang normal dan alami, dalam hal ini ada kebaikan bagi sang ibu dan anak.
- Ada madharat yang dialami wanita tersebut dengan menempuh operasi caesar, karena operasi tersebut akan melemahkan usus, rahim, dan yang selainnya.
- Banyak wanita yang menempuh operasi caesar tidak bisa lagi menjalani persalinan secara alami di masa berikutnya dan dikhawatirkan juga akan merobek luka operasi sebelumnya.
- Melakukan operasi caesar berpotensi membuat keturunan menjadi sedikit, karena jika seorang perempuan dioperasi 3 kali dari berbagai sisi dan melemahkan didirnya, maka kehamilan berikutnya bisa berbahaya.
- Cara ini adalah cara yang mewah. Bermewah-mewahan dapat menyebabkan kehancuran sebagaimana firman Allah QS. Al Waqi’ah: 45.
Kewajiban bagi seorang wanita adalah hendaknya ia bersabar dan mengharapkan pahala dari sisi Allah. Ia juga hendaknya menempuh proses persalinan yang alami, karena itu lebih baik baginya ditinjau dari sisi kesahatan dan finansial.
Bagi para suami, hendaknya mereka memperhatikan hal ini. Kita tidak tahu bisa jadi orang-orang yang tidak suka, menjadikan jalan ini sebagai penghalang kita memperoleh kebaikan dan mendapat kerugian.
Beliau juga menyampaikan: Pada kesempatan kali ini perlu kami sampaikan tentang sebuah fenomena yang disampaikan kepada kami, yaitu banyak para dokter di berbagai rumah sakit bersemangat agar proses kelahiran dilakukan dengan operasi caesar. Saya khawatir ini adalah salah satu tipu daya bagi kaum muslimin. Sebab, apabila proses melahirkan sering ditempuh dengan operasi caesar, maka kulit perut wanita akan melemah dan wanita tidak akan kuat hamil lagi. Ada sebagian dokter di sebuah rumah sakit menceritakan kepadaku, bahwa banyak wanita yang jika pergi ke berbagai rumah sakit selalu divonis dengan operasi caesar, lalu mereka datang ke rumah sakit lainnya ternyata dapat dilakukan proses persalinan dengan normal. Orang yang menceritakan kepadaku tadi mengatakan, hal itu terjadi sampai kepada 80 wanita dalam waktu 1 bulan! Kalau demikian, berarti ini sangat berbahaya dan wajib untuk diperingatkan.
Hendaknya wanita juga mengetahui bahwa yang namanya melahirkan pasti merasakan sakit dan susah. Allah Ta’ala berfirman,
وَوَصَّيْنَا اْلإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَانًا حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهًا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلاَثُونَ شَهْرًا
“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan…” (QS. Al Ahqaaf: 15)
Maka tidak boleh bagi wanita dengan sekadar tidak mau merasakan sakitnya kontraksi saat melahirkan, lalu pergi ke dokter unutk operasi, karena persalinan secara alami lebih baik dibandingkan operasi caesar.
Sumber: Majalah Al Mawaddah Vol. 47 Desember 2011 – Januari 2012
Artikel www.KonsultasiSyariah.com
KonsultasiSyariah.com adalah situs rujukan untuk Fatwa dan Tanya Jawab seputar Pendidikan Islam dan Keluarga berbahasa Indonesia. KonsultasiSyariah.com diasuh oleh tim ahli syariah. Silakan lihat halaman "Tentang Kami" untuk info selengkapnya.
Read more about Halal Haram by www.konsultasisyariah.com
06 Feb, 2012
Hasil Bahts Masail FMPP 2008 di PP. Nurul Cholil Bangkalan
1. Deskripsi Masalah
Suhu udara yang panas serta cuaca kawasan Arab yang kurang menguntungkan, menyebabkan sebagian jamaah haji meyiasatinya dengan sejumlah langkah antisipasi demi kelancaran dan kenyamanan ibadah hajinya. Mereka pada umumnya mengenakan kacamata hitam, entah karena sakit atau sekedar mengurangi sengatan terik matahari. Demikian pula masker, lazim dipakai untuk menghindari debu-debu yang beterbangan atau sekedar mengurangi hawa dingin, terutama saat malam hari. Padahal, menutup wajah bagi perempuan adalah satu di antara larangan-larangan dalam ihram. Dalam sebuah referensi dinyatakan:
فصل : في محرمات الإحرام (ويحرم على المحرم) (عشرة أشياء) إلخ (و) تغطية (الوجه) أو بعضه (من المرأة) بما يعد ساترا.
Di sisi lain, permasalahan nafar awal juga menjadi persoalan tersendiri. Entah karena jadwal dari pemerintah atau karena urusan lain, banyak disaksikan sebagian jamaah bertolak dari Mina sebelum waktu Dhuhur dan bahkan ada yang bertolak dari Mina setelah tengah malam tanggal 12 Dzulhijjah. Padahal, diantara persyaratan nafar awal adalah harus setelah melempar jumrah hari kedua (12 Dzulhijjah) dan dilaksanakan setelah masuk waktu Dhuhur.
Pengurus FMPP
Pertanyaan :
a. Bolehkah jamaah perempuan berkacamata hitam (atau warna lain) atau memakai masker anti flu dan juga menutup kening dengan jilbab sebagaimana kebiasaan mereka selama ini?
Jawaban :
v Memakai kacamata adalah boleh. Menurut Imam Syafi’i, wajib membayar fidyah, sedangkan menurut Imam Ahmad bin Hambal, tidak wajib membayar fidyah.
v Memakai masker anti flu diperbolehkan jika terdapat hajat (kebutuhan), tetapi wajib membayar fidyah menurut Imam Syafi’i, sedangkan menurut Hambali tidak wajib.
Catatan : Bentuk fidyah dalam permasalahan ini adalah menyembelih kambing kurban, atau puasa tiga hari atau bershodaqoh 3 sho’ pada 6 orang miskin.
v Menutup sebagian kening dengan jilbab diperbolehkan, selama tidak melebihi batas penyempurna kewajiban menutup aurat kepala.
Referensi :
1. Al-Yaqût al-Nafîs hlm. 340-341
2. Al-Fiqh ‘alâ al-Madzâhib al-Arba’ah juz I hlm. 645
3. Al-Bayân juz IV hlm. 144-145
4. Tuhfah al-Muhtâj juz IV 160
5. Fath al-Jawwad juz I hlm. 344
6. Kifayah al-Akhyar juz I hlm. 228
7. Fiqh Sunnah juz I hlm. 578
8. Kasysyaf al-Qanna’ juz II hlm. 447
9. Bughyah al-Mustarsyidin hlm. 118
10. I’anah al-Thalibîn juz II hlm. 365
11. Hasyiyah Idlâh hlm. 89 dan 174-175
12. Qawâid al-Ahkâm juz II hlm. 11 dan 16
13. Al-Bujairimi ‘ala al-Khathîb juz II hlm. 466
Ibarat :
1. الياقوت النفيس ص: 340-341
ويحرم على المرأة ستر الوجه والكفبن ويجوز لها لبس المحيظ ومن هنا نشأ الخلاف بين العلماء في حكم وجه المرأة وكيفيها هل هما عورة؟ فلو كان عورة لما أمرها الله بكشفهما هنا لكن المعتمد عند أكثر أهل العلم أنهما عورة علي غير محارمها ويجت سترهما بالإتفاق إذا لم تأمن الفتنة وقد ردوا على القائلين بأنهما ليسا بعورة بحجج كثيرة منها قول سيدتنا عائشة إذا كان الركبان يمرون بنا ونحن مع رسول الله صلى الله عليه وسلم محرمات فإذا حاذوا بنا سدلت احدانا جلبابها على وجهها فإذا جاوزوا بناكشفنا رواه ابن داوود وابن ماجةز قالوا يجب عليه الستر إذا خشيت الفتنة أما إذا أمنت الفتنة فلا تستره ومما لا شك فيه أن الفتنة في هذا الزمان غير مأمؤنة ويجوز لها لبس النظارة (kacamata) والإمام الشافعي شدد عليها ويلزمها بالفدية إذا سترت وجهها خوفا من الفتنة لكن يحملها قول الإمام أحمد بعدم الفدية.
2. الفقه على المذاهب الأربعة الجزء الأول صـ 645
ستر وجه المرأة المحرمة ورأسها ويجوز للمرأة أن تستر وجهها ويديها وهي محرمة إذا قصدت الستر عن الأجانب بشرط أن تسدل على وجهها ساترا لا يمس وجهها عند الحنفية والشافعية وخالف الحنابلة والمالكية فانظر مذهبيهما تحت الخط.
الحنابلة قالوا للمرأة أن تستر وجهها لحاجة كمرور الأجانب بقربها ولا يضر النصاق الساتر بوجهها وفي هذا سعة ترفع المشقة والحرج والمالكية قالوا إذا قصدت المرأة بستر يديها أو وجهها التستر عن أعين الناس فلها ذلك إذا تحققت أن هناك من ينظر اليها بالفعل أو كانت بارعة الجمال لأنها مظنه نظر الرجال وهى محرمة يشرط الساتر لا غرز فيه ولا ربط وإلا كان محرما وعليها الفدية في ستر الوجه كما يأتي فإذا لم يتحقق هذان الشرطان فإنه يحرم عليها ستر وجهها ويديها بشيئ يحيط بهما كالقفاز وهو لباس يعمل على قدر اليدين لاتقاء البرد ويحرم سترهما بشيئ فيه خياطة أو ربط وأما إدخالهما في قميصها فلا يحرم كما لا يحرم عليها ستر جزء من وجهها يتوقف عليه ستر رأسها ومقاصيصها.
3. البيان الجزء الرابع صـ 144-145
فإن أرادت المرأة أن تستر وجهها عن الناس عقدت الثوب على رأسها وسدلته على وجهها وجافته عن الوجه بعود حتى لا يقع على وجهها لما روي عن عائشة رضي الله عنها أنها قالت خرجنا مع رسول الله صلى الله عليه وسلم ونحن محرمات فكان إذا مر بنا الركبان وحاذوا بنا سدلت احدانا جلبابها من فوق رأسها على وجهها فإذا جاوزنا رفعته فإن وقع الثوب على وجهها بغير احتيارها فإن رفعته في الحال فلا شيئ عليها وإن أقرته مع القدرة على رفعه وهي ذاكرة عالمة بالتحريم وجبت عليها الفدية -إلى أن قال- وثبت في الحاشية (ب)فالطريق أن تجمع طرف مقنعتها على ناحيتها وترسل سلكا من جهتي أذنيها ثم ترسل طرف نقابها أو طرف ثوب بحيث يصير حجابا ولا يرى الناس وجهها ولا تتعدى بحر ولا برد ولا يلاقي الثوب بشرة وجهها فيكون كالمظلة
4. تحفة المحتاج الجزء الرابع صــ160
(أحدهما ستر) ومنه استدامة الساتر وفارق استدامة الطيب بندب ابتداء هذا قبل الإحرام بخلاف ذاك ومن ثم كان التلبيد بما له جرم كالطيب في حل استدامته لأنه مندوب مثله (بعض رأس الرجل) وإن قل ومنه البياض المحاذي لا الطيب على الأذن كما مر.
(بما يعد) هنا (ساترا) عرفا وإن حكى البشرة كثوب رقيق لأنه يعد ساترا هنا بخلاف الصلاة ولو غير مخيط كعصابة عريضة وطين أو جناء ثخين للنهي الصحيح عن تغطية رأس المحرم الميت ورواية مسلم الناهية عن ستر وجهه أيضا قال البيهقي وهم من بعض الرواة وغيره أنها محمولة على ما لا بد من كشفه من الوجه ليتحقق كشف جميع الرأس أما ما لا يعد ساترا فلا يضر كخيط رقيق وتوسد نحو عمامة ووضع يد لم يقصد بها الستر بخلاف ما إذا قصده على نزاع فيه وانغماس بماء ولو كدرا وحمل نحو زنبيل لم يقصد به ذلك أيضا أو استظلال بمحمل وإن مس رأسه بل وإن قصد به الستر ويظهر في شعر خرج عن حد الرأس أنه لا شيء يستره كما لا يجزئ مسحه في الوضوء بجامع أن البشرة في كل هي المقصودة بالحكم وإنما أجزأ تقصيره لأنه منوط بالشعر لا البشرة فلم يشبه ما نحن فيه (إلا لحاجة) ويظهر ضبطها في هذا الباب بما لا يطاق الصبر عليه عادة وإن لم يبح التيمم كحر أو برد فيجوز مع الفدية قياسا على وجوبها في الحلق مع العذر بالنص وذكر هذا في الرأس لغلبته فيه وإلا فهو لا يختص به بل يأتي في نحو ستر البدن وغيره كالتطيب
5. فتح الجواد الجزء الأول ص 244
وإنما يحرم ستر ما مر من الرجل والمرأة والخنثى بملاق له يعد في العرف ساترا وإن لم يحط به ولا اعتيد الستر به كطين ومرهم وحناء ثخين وكذا يده أو يد غيره إن قصد به الستر كما هو ظاهر لاستره بنحو خيط شده به بأن لم يكن عريضا كالعصابة – إلى أن قال – وإنما عد نحو ماء كدر ساترا في الصلاة لأن المعتبر ثم منع إدراك لون البشرة وهنا الساتر العرفي وإن لم يمكنه كزجاج وساتر رقيق يحكي البشرة ومن قال لايضر هذا هنا فقد وهم إهــ
6. كفاية الأخيار الجزء الأول ص: 228
وأما المرأة فالوجه في حقها كرأس الرجل وتستر جميع رأسها وبدنها بالمخيط ولها أن تستر وجهها بثوب أو خرقة بشرط ألا يمس وجهها سواء كان لحاجة أو لغير حاجة من حر أو برد أو خوف فتنة، ونحو ذلك فلو أصاب الساتر وجهها باختيارها لزمها الفدية وإن كان بغير اختيارها فإن أزالته في الحال فلا فدية وإلا جبت الفدية. ثم هذ ا كله حيث لا عذر أما المعذور كمن احتاج إلى ستر رأسه أو لبس ثيابه لحر أو برد أو مداواة ستر وجبت الفدية والله أعلم.
7. فقه السنة الجزء الأول ص: 478 (دار الفتح)
أما المرأة فلا تلحق به ولها أن تلبس جميع ذلك ولا يحرم عليها إلا الثوب الذي مسه الطيب والنقاب والقفازان – إلى أن قال – وعند البخاري وأحمد عنه أن النبي صلى الله عليه وسلم قال “لا تنتقب المرأة ولا تلبس القفازن”, وفي هذا دليل على أن إحرام المرأة في وجهها وكفيها قال العلماء فإن سترت وجهها بشيء فلا بأس (1)
(1) اشتراط المجافاة عن الوجه ضعيف لا أصل له أفاده ابن القيم كذلك حديث إحرام الرجل في رأسه وإحرام المرأة في وجهها .
8. كشاف القناع الجزء الثاني ص: 447
فصل ( والمرأة إحرامها في وجهها فيحرم عليها تغطيته ببرقع أو نقاب أو غيره ) لحديث ابن عمر ” لا تتنقب المرأة ولا تلبس القفازين رواه البخاري . وقال ابن عمر إحرام المرأة في وجهها وإحرام الرجل في رأسه رواه الدارقطني بإسناد جيد ( فإن غطته ) أي : الوجه ( لغير حاجة فدت ) كما لو غطى الرجل رأسه ( والحاجة : كمرور رجال قريبا منها تسدل الثوب من فوق رأسها على وجهها ) لفعل عائشة رواه أحمد وأبو داود وغيرهما . ( ولو مس ) الثوب ( وجهها ) وشرط القاضي في الساتر أن لا يصيب بشرتها فإن أصابها ثم ارتفع بسرعة فلا شيء عليها وإلا فدت لاستدامة الستر ورده الموفق بأن هذا الشرط ليس هو عن أحمد ولا هو في الخبر بل الظاهر منه خلافه فإنه لا يكاد يسلم المسدول من إصابة البشرة فلو كان شرطا لبين .
9. بغية المسترشدين ص: 118
[فائدة]: محرمات الإحرام على أربعة أقسام – إلى أن قال – ثالثها : ما فيه الفدية ولا إثم وهو عشرة: احتياج الرجل إلى ستر رأسه أو لبس المحيط في بدنه لحر أو برد أو مرض أو مداواة أو فجأة حرب ولم يجد ما يدفع به العدوّ ونحو ذلك واحتياج المرأة إلى ستر وجهها ولو لنظر أجنبي – إلى أن قال – والحاصل في هذا القسم أن كل ما فعله للحاجة المبيحة لفعله وهي المشقة الشديدة، وإن لم تبح التيمم ففيه الفدية ولا إثم. رابعها: سائر المحرمات غير ما مر اهـ كردي.
10. إعانة الطالبين الجزء الثاني ص 365
وسئل السيوطي رحمه الله تعالى عن المحرم هل يجوز له الستر أو اللبس إذا ظن الضرر قبل وجوده أو لا يجوز إلا بعد وجوده نظما ؟ (فأجاب) كذلك بالجواز وصورة ذلك
ما قولكم في محرم يلبي # كاشف رأس راجيا للرب________فهل له اللبس قبيل العذر # بغالب الظن بدون الوزر ؟
أم بعد أن يحصل عذر ظاهر # يجوز لبس وغطاء ساتر ؟_____ولو طرا عذر وزال عنه # هل يجب النزع ببرء منه ؟
(أجاب رحمه الله)
ومحرم قبل طرو العذر # أجز له اللبس بغير وزر_________بغالب الظن ولا توقف # على حصوله وهذا الارأف
نظيره من ظن من غسل بما # حصول سقم جوزوا التيمما____ومن تزل أعذاره فليقلع # مبادرا وليعص إن لم ينزع
11. حاشية ابن حجر على شرح الإيضاح ص: 174-177س
وأما المرأة فالوجه في حقها كرأس الرجل فتستر رأسها وسائر بدنها سوى الوجه بالمحيط وجميع ما كان لها الستر به قبل الإحرام كالقميص والسراويل والخف وتستر من وجهها القدر اليسير الذي يلي الرأس إذلايمكن ستر جميع الرأس إلا به والرأس عورة تجب المحافظة على ستره .
12. قواعد الأحكام الجزء الثاني ص: 11
وكذلك المشاق في الحج ثلاثة أقسام : منها ما يعظم فيمنع وجوب الحج , ومنها ما يخف ولا يمنع الوجوب , ومنها ما يتوسط فيتردد فيه , وما قرب منه إلى المشقة العليا كان أولى بمنع الوجوب , وما قرب منه إلى المشقة الدنيا كان أولى بألا يمنع الوجوب .
13. قواعد الأحكام الجزء الثاني ص: 16
فكيف تعرف المشاق المتوسطة المبيحة التي لا ضابط لها مع أن الشرع قد ربط التخفيفات بالشديد والأشد والشاق والأشق مع أن معرفة الشديد والشاق متعذرة لعدم الضابط قلنا لا وجه لضبط هذا وأمثاله إلا بالتقريب فإن ما لا يحد ضابطه لا يجوز تعطيله , ويجب تقريبه , فالأولى في ضابط مشاق العبادات أن تضبط مشقة كل عبادة بأدنى المشاق المعتبرة في تلك العبادة , فإن كانت مثلها أو أزيد ثبتت الرخصة بها , ولن يعلم التماثل إلا بالزيادة , إذ ليس في قدرة البشر الوقوف على تساوي المشاق , فإذا زادت إحدى المشقتين على الأخرى علمنا أنهما قد استويا فما اشتملت عليه المشقة الدنيا منهما وكان ثبوت التخفيف والترخيص بسبب الزيادة أو ; لأمثال ذلك . أن التأذي بالقمل مبيح للحلق في حق الناسك فينبغي أن يعتبر تأذيه بالأمراض بمثل مشقة القمل , كذلك سائر المشاق المبيحة للبس والطيب والدهن وغير ذلك من المحظورات
14. البجيرمي على الخطيب الجزء الثاني ص: 466
( والثاني الدم الواجب بالحلق والترفه ) كالقلم من اليد أو الرجل – إلى أن قال – ( وهو ) أي الدم الواجب بما ذكر هنا ( على التخيير ) والتقدير فتجب ( شاة ) مجزئة في الأضحية أو ما يقوم مقامها من سبع بدنة أو سبع بقرة ( أو صوم ثلاثة أيام ) ولو متفرقة ( أو التصدق بثلاثة آصع ) بمد الهمزة وضم المهملة جمع صاع ( على ستة مساكين ) لكل مسكين نصف صاع وتقدم في زكاة الفطر بيان الصاع وذلك لقوله تعالى “فمن كان منكم مريضا أو به أذى من رأسه” أي فحلق “ففدية من صيام أو صدقة أو نسك” .
15. حاشية الإيضاح ص: 89
وأما المرأة فالوجه في حقها كرأس الرجل فتستر رأسها وسائر بدنها سوى الوجه بالمحيط وجميع ما كان لها الستر به قبل الإحرام كالقميص والسراويل والخف وتستر من وجهها القدر اليسير الذي يلي الرأس إذلايمكن ستر جميع الرأس إلا به والرأس عورة تجب المحافظة على ستره .
Pertanyaan :
b. Adakah pendapat yang memperbolehkan nafar awal dilakukan setelah tengah malam tanggal 12 atau dilakukan setelah terbit fajar dan sebelum Dhuhur?
Jawaban :
Untuk nafar awal yang dilakukan setelah tengah malam tanggal 12 belum ditemukan pendapat yang memperbolehkan. Sedangkan untuk yang dilakukan setelah terbit fajar dan sebelum Dhuhur diperbolehkan menurut Imam Thowus.
Referensi
1. Al-Bayân juz IV hlm. 331
2. Al-Mughni (li Ibn Qudâmah) juz III hlm. 223
3. Syarh al-Bahjah juz II hlm. 332
4. Fatâwi al-Hindiyyah juz I hlm. 232
5. Al-Inshâf juz IV hlm. 27
6. Al-’Inâyah Syarh al-Hidâyah II hlm.500
Ibarat :
1. البيان الجزء الرابع ص 331
فرع ولا يجوز الرمي في هذه الأيام الثلاثة إلا بعد الزوال وقال عطاء إن جهل فرمى قبل الزوال أجزأه وقال طاوس إن شاء رمى أول النهار ونفر وقال عكرمة إن شاء رمى أول النهار ولكن لا ينفر إلا بعد الزوال استحبابا وحكي عنه أيضا أنه قال يجوز أن يرمى في يوم الأول والثاني قبل الزوال أيضا والمشهور عنه هو الأول دليلنا ما روي جلبر أن النبي e رمى جمرة العقبة يوم النحر ضحى ورمى سائر الأيام بعد ما زالت الشمس إذا ثبت هذا فإن الشافعي قال في الإملاء يرمى عقيب الزوال قبل الصلاة لأن عائشة رضي الله عنها قالت رمى رسول الله صلى الله عليه وسلم حين زلت الشمس ويرمى في يوم الآخر راكبا وفي اليومين الأولين ماشيا لأن في اليوم الأخير يتعقب الرمى النفرفإذا كان راكبا مضى عقيب الرمى كما يرمى جمرة العقبة يوم النحر راكبا لأنه يوافي من المزدلفة راكبا وفي اليومين الأولين هو مقيم بمنى فلم يسن له الركوب.
2. المغني لابن قدامة الجزء الثالث صـ 223
فصل ولا يرمي في أيام التشريق إلا بعد الزوال فإن رمى قبل الزوال أعاد نص عليه وروي ذلك عن ابن عم وبه قال مالك والثوري والشافعي وإسحاق وأصحاب الرأي وروي عن الحسن وعطاء إلا أن إسحاق وأصحاب الرأي رخصوا في الرمي يوم النفر قبل الزوال ولا ينفر إلا بعد الزوال وعن أحمد مثله ورخص عكرمة في ذلك أيضا وقال طاوس يرمي قبل الزوال وينفر قبله ولنا أن النبي صلى الله عليه وسلم إنما رمى بعد الزوال لقول عائشة يرمي الجمرة إذا زالت الشمس وقول جابر في صفة حج النبي صلى الله عليه وسلم رأيت رسول الله صلى الله عليه وسلم يرمي الجمرة ضحى يوم النحر ورمى بعد ذلك بعد زوال الشمس وقد قال النبي صلى الله عليه وسلم” خذوا عني مناسككم “وقال ابن عمركنا نتحين إذا زالت الشمس رمينا وأي وقت رمى بعد الزوال أجزأه إلا أن المستحب المبادرة إليها حين الزوال كما قال ابن عمر” وقال ابن عباس إن رسول الله صلى الله عليه وسلم كان يرمي الجمار إذا زالت الشمس قدر ما إذا فرغ من رميه صلى الظهر “ رواه ابن ماجه.
3. شرح البهجة الجزء الثاني صـ 332
(قوله من قبل غروبه نفر) أي بعد الزوال والرمي أما إذا نفر قبل الزوال سواء أنفر في يوم النفر الأول أو فيما قبله فإن عاد وزالت الشمس يوم النفر الأول وهو بمنى لم يؤثر خروجه أو بعد الغروب لزمه دم ولا أثر لعوده أو بين الزوال والغروب رمى وأجزأه وله النفر قبل الغروب وبقي لذلك تتمة في الأصل ا هـ شرح الإرشاد الصغير وقوله يوم النفر الأول يفيد أن غروبها قبله لا يضر في عوده وهو ما في شرح العباب لحجر حيث قال ولا خلاف أن من نفر يوم النحر أو ثانيه فعاد قبل الغروب رمى إذ لا حكم للنفر فيهما وكذا لو عاد بعد الغروب ا هـ فتدبر وقوله أو بعد الغروب لزمه دم ظاهره أن مبيت الليلة كاف وظاهر كلام غيره أنه يلزمه مد لها ولا يفيده البيان فليراجع (قوله من قبل غروبه نفر) قال المدني لجواز النفر الأول ثمانية شروط لكنها تعود لخمسة لدخول بعضها في بعض أن ينفر في اليوم الثاني من أيام التشريق وأن يكون بعد الزوال وأن يكون بعد جميع الرمي وأن يكون قد بات الليلتين قبله بمنى أو تركهما لعذر وأن ينوي النفر وأن يكون نية النفر مقارنة له وإلا لم يعتد بخروجه فيلزمه العود وهذا داخل في نية النفر لأن حقيقة النية القصد المقارن وأن يكون نفره قبل غروب الشمس وهذا يغني عنه ذكر اليوم وأن لا يكون في عزمه العود إلى المبيت وهذا يغني عنه ذكر النفر لأنه مع العزم على العود لا يسمى نفرا وأخذ ابن الجمال في شرح الإيضاح من الشرط الثالث والسادس أن من بات الليلتين ورمى الأولين ووصل إلى جمرة العقبة ليرميها فهو حينئذ خارج منى إذ ليست هي ولا عقبتها من منى كما تقدم فإذا رماها تعين عليه الرجوع إلى حد منى ليكون نفره بعد استكمال الرمي فتنبه له فإنه كثيرا ما يغفل عنه ولا يعكر عليه قولهم أنه إذا رمى جمرة العقبة انصرف راكبا كما هو لحمله على ما إذا نفر في اليوم الثالث.
4. الفتاوي الهندية الجزء الأول صـ 232
(والكلام في الرمي في مواضع) (الأول) في أوقات الرمي وله أوقات ثلاثة يوم النحر وثلاثة من أيام التشريق أولها يوم النحر ووقت الرمي فيه ثلاثة أنواع مكروه ومسنون ومباح فما بعد طلوع الفجر إلى وقت الطلوع مكروه وما بعد طلوع الشمس إلى زوالها وقت مسنون وما بعد زوال الشمس إلى غروب الشمس وقت مباح والليل وقت مكروه كذا في محيط السرخسي ولو رمى قبل طلوع الفجر لم يصح اتفاقا كذا في البحر الرائق وأما وقت الرمي في اليوم الثاني والثالث فهو ما بعد الزوال إلى طلوع الشمس من الغد حتى لا يجوز الرمي فيهما قبل الزوال إلا أن ما بعد الزوال إلى غروب الشمس وقت مسنون وما بعد الغروب إلى طلوع الفجر وقت مكروه هكذا روي في ظاهر الرواية وأما وقته في اليوم الرابع فعند أبي حنيفة رحمه الله تعالى من طلوع الفجر إلى غروب الشمس إلا أن ما قبل الزوال وقت مكروه وما بعده مسنون كذا في محيط السرخسي إهـ
5. الإنصاف الجزء الرابع ص 27 (حنابلة)
قوله ( ويرمي الجمرات بها في أيام التشريق بعد الزوال ) هذا الصحيح من المذهب وعليه جماهير الأصحاب وقطع به كثير منهم ونص عليه قال ابن الجوزي في المذهب ، ومسبوك الذهب : إذا رمى في اليومين الأولين من أيام منى قبل الزوال : لم يجزه رواية واحدة فأما في اليوم الأخير : فيجوز في إحدى الروايتين انتهى قال في الفروع : وجوز ابن الجوزي الرمي قبل الزوال وقال في الواضح : ويجوز الرمي بطلوع الشمس إلا ثالث يوم وأطلق في منسكه أيضا : أن له الرمي من أول يوم وأنه يرمي في اليوم الثالث كاليومين قبله ثم ينفر وعنه : يجوز رمي متعجل قبل الزوال وينفر بعده ، ونقل ابن منصور : إن رمى عند طلوعها متعجلا ، ثم نفر كأنه لم ير عليه دما وجزم به الزركشي فائدة : آخر وقت رمي كل يوم : المغرب ويستحب الرمي قبل صلاة الظهر بعد الزوال .
6. العناية شرح الهداية الجزء الثاني ص: 500
قال ( فإذا كان من الغد رمى الجمار الثلاث بعد زوال الشمس كذلك , وإن أراد أن يتعجل النفر إلى مكة نفر , وإن أراد أن يقيم رمى الجمار الثلاث في اليوم الرابع بعد زوال الشمس ) لقوله تعالى : { فمن تعجل في يومين فلا إثم عليه , ومن تأخر فلا إثم عليه لمن اتقى } والأفضل أن يقيم لما روي { أن النبي عليه الصلاة والسلام صبر حتى رمى الجمار الثلاث في اليوم الرابع } . وله أن ينفر ما لم يطلع الفجر من اليوم الرابع , فإذا طلع الفجر لم يكن له أن ينفر لدخول وقت الرمي , وفيه خلاف الشافعي رحمه الله ( وإن قدم الرمي في هذا اليوم ) يعني اليوم الرابع ( قبل الزوال بعد طلوع الفجر جاز عند أبي حنيفة رحمه الله ) وهذا استحسان , وقالا لا يجوز اعتبارا بسائر الأيام , وإنما التفاوت في رخصة النفر , فإذ لم يترخص التحق بها , ومذهبه مروي عن ابن عباس رضي الله عنهما , ولأنه لما ظهر أثر التخفيف في هذا اليوم في حق الترك فلأن يظهر في جوازه في الأوقات كلها أولى , بخلاف اليوم الأول والثاني حيث لا يجوز الرمي فيهما إلا بعد الزوال في المشهور من الرواية , لأنه لا يجوز تركه فيهما فبقي على أصل المروي .
وقوله ( بخلاف اليوم الأول والثاني ) يعني الأول والثاني مما يرمى فيه الجمار الثلاث , لا الأول والثاني من أيام النحر . وقوله ( في المشهور من الرواية ) احتزاز عما روى الحسن عن أبي حنيفة أنه إن كان من قصده أن يتعجل في النفر الأول فلا بأس بأن يرمي في اليوم الثالث قبل الزوال , وإن رمى بعده فهو أفضل , وإن لم يكن ذلك من قصده لا يجوز أن يرمي إلا بعد الزوال وذلك لدفع الحرج لأنه إذا نفر بعد الزوال لا يصل إلى مكة إلا بالليل فيحرج في تحصيل موضع النزول . ووجه الظاهر أنه عليه الصلاة والسلام لم يرم فيه إلا بعد الزوال .