FIQIH ORGANISASI

IMG-LOGO

NASIONAL

MAJMA' BUHUTS AN-NAHDLIYAH

Dorong Fiqih Organisasi, Gus Mus Identifikasi 3 Masalah Pokok di NU

Sabtu 12 Desember 2015 20:20 WIB

Dorong Fiqih Organisasi, Gus Mus Identifikasi 3 Masalah Pokok di NU
Sudahkah Masjid Memenuhi Hak Beribadah Kelompok Difabel?

Bali, NU Online

Di balik besarnya jam'iyyah Nahdlatul Ulama, terdapat pula banyak masalah. Termasuk masalah besar. Warga maupun pengurus NU sudah membahas semua masalah organisasinya itu dalam Muktamar maupun Muasyawarah Nasional (Munas) dan Konferensi Besar (Konbes) NU. Juga dalam musyawarah di tiap tingkatan kepengurusan NU, serta dalam forum-forum non stuktural.<>

Dalam forum-forum besar organisasi itu, yang selesai dibahas baru masalah-masalah besar umat dan kenegaraan. Seperti problem fiqhiyah, soal keharaman membayar pajak apabila dikorupsi, hingga soal ideologi negara. Namun pembahasan masalah internal NU sendiri belum tuntas. Masih banyak sisa masalah yang mengganggu pergerakan NU, bahkan telah membuat NU terhambat untuk menjalankan khidmahnya.

Mustasyar PBNU, KH Ahmad Mustofa Bisri mengidentifikasi, setidaknya ada tiga masalah pokok dalam jam'iyyah NU. Pertama, NU belum menjadi organisasi yang sebenar-benar organisasi. Yakni NU belum punya sistem kerja yang efektif sebagai sebuah organisasi.

Kedua, kata dia, pengurus NU belum standar. Ada pengurus NU yang tidak mengerti NU, ada pula yang tidak membuat baik NU. Ketiga dan merupakan akibat dari pertama dan kedua, warga NU tidak tahu apa gunanya ber-NU.

Kiai yang akrab disapa Gus Mus ini menguraikan, pengelolaan organisasi NU belum efektif. Buktinya, keputusan yang diambil PBNU, tak mesti berjalan sampai bawah. Bahkan beberapa kali terjadi kebijakan PBNU ditolak oleh struktur di bawahnya. Pernah pula PBNU tidak diakui keabsahannya, bahkan digugat. Ada pula model mufaroqoh, yakni menyatakan tidak lagi menjadikan PBNU sebagai panyautan. Semacam sholat berjamaah lalu menyatakan tidak lagi mengikuti imam.

"Ini artinya, NU perlu ditata agar rapi organisasinya," ujarnya dalam Halaqah Nasional Fiqih Organisasi yang digelar oleh Majma' Buhuts An-Nahdliyah (MBN) di Hotel Lor In kawasan Pecatu Indah Resort, Bali, Sabtu (11/12). Halaqah diikuti lima puluhan anggota MBN dan para kiai se-Pulau Bali.

Berikutnya, lanjut dia, perlu ada aturan main yang baku mengenai siapa saja yang boleh menjadi pengurus NU. Harus ada standar kompetensi dan moralnya. Di Muktamar Ke-33 NU di Jombang Agustus lalu, telah ada pasal perubahan di PD/PRT NU, bahwa calon ketua NU harus punya sertifikat pengkaderan. Kata Gus Mus, itu perlu dilengkapi dengan standar akhlak dan kompetensi, serta pedoman perilaku sebagai pengurus NU.

"Aturan syarat menjadi pengurus dan pedoman perilaku pengurus NU juga diatur di dalam Fiqih Organisasi itu," jelasnya.

Soal problem warga NU, Gus Mus memaparkan, di masa kepemimpinan KH Abdul Wahab Chasbullah, beliau bersama KH Wahid Hasyim dan KH Mahfud Shidiq mengatur dalam dua kategori, anggota Setia NU dan Warga NU. Anggota setia adalah anggota yang secara sadar berniat mengabdi kepada umat melalui NU, dan sanggup menjalankan kewajiban keanggotaan. Yaitu iuran setiap bulan dan setiap tahun, mengikuti kegiatan NU, dan taat pada aturan organisasi.

Gus mus meminta buku fiqih organisasi harus segera dibuat. Dicetak. Nanti setiap ada calon pemimpin, terlebih pemimpin NU, ditanya dulu, Anda sudah baca buku Fiqih Organisasi apa belum? Sudah mengerti dan memahami isinya atau tidak? Calon ketua ranting saja sudah harus khatam fiqih organisasi.

Pentingnya ideologi

Dalam halaqah ini, peserta aktif menyampaikan usulan maupun gagasan. Dimoderatori oleh KH Dian Nafi Surakarta, Halaqah berlangsung dinamis. Masing-masing peserta diberi waktu maksimal 5 menit untuk berbicara, ada seorang panitia yang bertugas mengawasi jarum waktu.

Salah satu peserta, Gus Zahrul Azhar Asumta menyampaikan, NU itu secara tradisi mirip Katolik, tapi secara organisasi mirip Protestan. Yakni melestarikan budaya lokal, tetapi sistem komandonya tidak efektif. Mestinya, kata dia, NU total seperti Katholik. Yakni selain menjaga tradisi, juga fatwanya ditaati sampai ke tingkat paling bawah.

"Paus sebagai pemimpin umat Katholik, itu powerfull. Segala ucapannya ditaati. Organisasi Katholik sangat efektif. Syarat menjadi pemimpin Katholik juga berat. Tidak sembarang orang," ujar pengasuh Pondok Pesantren Darul Ulum Rejoso Jombang yang akrab dipanggil Gus Hans ini.

Peserta lain, wakil Rais Syuriyah PWNU Bali, KH Fathurrahim mengatakan, yang paling pokok dari Fiqih Organisasi adalah membangun ideologi di tubuh NU. Pengurus maupun warga NU harus diupayakan memiliki ideologi yang kuat.

Menurut keturunan KH Sholeh Darat Semarang ini, tidak cukup santri atau orang pesantren dijadikan anggota setia atau pengurus NU. Harus dididik ideologi dahulu. Sebab jika tanpa ideologi, jangankan mau diajak berjuang di NU, masuk menjadi anggota NU saja orang tidak mau.

"Apabila memiliki ideologi kuat, jangankan harta dan tenaga, nyawa pun diberikan untuk NU. Ini yang harus dirumuskan dalam Fiqih Organisasi," papar pengasuh Pesantren di Jembrana, Bali ini. (Ichwan/Fathoni)

IMG
IMG

Terpopular

IMG
IMG

Warta Foto

1 / 6

❮❯

Seminar Internasional Bersama Ulama Lebanon

Seminar Internasional Bersama Ulama Lebanon
Rapat Pleno PBNU 2018
Imam Besar Masjidil Haram Kunjungi PBNU
Kunjungan Grand Syekh Al-Azhar ke PBNU
Peresmian Perluasan Gedung II PBNU
Peresmian Bank Wakaf Mikro di Banten Oleh Presiden RI
IMG
IMG

Bagikan:

SABTU 12 DESEMBER 2015 22:0 WIB

KESEHATAN

Perawatan Gigi dengan Ortodonti Baik Dilakukan Sejak Dini

Perawatan Gigi dengan Ortodonti Baik Dilakukan Sejak Dini

Sidoarjo, NU Online

Umumnya, orang berpikir bahwa perawatan gigi dengan ortodonti (kawat gigi) hanyalah untuk remaja atau orang dewasa. Padahal waktu yang paling baik untuk memulai perawatan ortodonti/kawat gigi ketika anak usia 9 tahun. American Association of Orthodontists (AAO) merekomendasikan pada anak-anak usia 7 tahun sudah memulai kontrol ke dokter gigi ortodontis (dokter gigi spesialis ortodonti/kawat gigi).<>

Dokter gigi Rumah Sakit Islam (RSI) Siti Hajar Sidoarjo, Jawa Timur, drg Irvanda Mulyaningsih menyatakan, dokter gigi spesialis ortodonti akan mendeteksi kelainan pada susunan gigi dan bentuk rahang sedini mungkin sehingga dapat menentukan waktu yang tepat untuk memulai perawatan kawat gigi, apakah perlu segera ataukah menunggu hingga geligi permanen tumbuh semua.

"Perawatan kawat gigi apabila dimulai pada waktu yang tepat atau sedini mungkin akan mempermudah perawatan dan menghasilkan prognosa yang lebih bagus, dikarenakan di usia yang masih anak-anak masih terdapat pertumbuhan dan perkembangan tulang. Sehingga diharapkan dapat memanipulasi perawatan melalui alat ortho lepasan, alat fungsional dan cekat," kata drg Irvanda, Sabtu (12/12).

Menurut Irvanda, Gigi sulung yang tanggal sebelum waktunya biasanya akan menyebabkan ruangan yang ditinggalkannya mengalami penyempitan, sehingga benih gigi tetap yang ada di bawahnya akan kesulitan untuk erupsi dan cenderung untuk erupsi di luar lengkung gigi yang seharusnya dan berakhir pada geligi permanen yang berdesakan.

Normalnya gigi sulung tanggal akibat desakan gigi tetap yang ada di bawahnya. Gigi sulung dapat tanggal sebelum waktunya akibat berlubang yang mengharuskannya untuk dicabut, trauma, dan lain sebagainya.

"Untuk mencegah hal tersebut, dokter gigi orthodontis dapat membuatkan alat ortho beruoa space regainer. Space regainer merupakan alat yang digunakan untuk melebarkan kembali ruangan yang telah menyempit sehingga gigi tetap dapat erupsi dengan baik pada tempat seharusnya," jelasnya.

Setelah anak mempunyai gigi, lanjut Irvanda, maka harus dijaga agar gigi ini tetap sehat sampai pada saatnya akan digantikan oleh gigi permanen. Kebersihan mulut pun harus dijaga, harus diajarkan cara-cara menggosok gigi yang benar, tiga kali sehari setiap selesai makan dan menjelang tidur.

Secara teratur anak dapat diperiksakan ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali untuk melihat keadaan gigi-giginya. Jika terdapat karies harus segera ditambal. Dilakukan tindakan preventif agar gigi-giginya tidak mudah terserang karies, sehingga dapat mencegah kehilangan gigi terlalu awal (premature loss), ataupun mencegah terlambat dicabut sehingga gigi permanen penggantinya telah tumbuh (persistensi).

Jika gigi susu harus dicabut jauh sebelum waktu tanggalnya, harus dibuatkan space maintainer(alat ortho lepasan) untuk menjaga agar ruangan bekas pencabutan tadi tidak menutup.

"Kebiasaan menghisap ibu jari (thumb sucking), menggigit bibir (lips biting), meletakkan lidah diantara gigi (tongue biting), mendorong lidah pada gigi-gigi depannya (tongue thrusting), cara berbicara yang salah, cara penelanan yang salah, adalah merupakan kebiasaan jelek yang apabila dilakukan dalam waktu cukup lama dan dilakukan pada masa pertumbuhan aktif, akan mengakibatkan timbulnya anomali pada gigi-giginya," ujar dokter yang bertugas di rumah sakit NU ini.

Lebih lanjut Irvanda mengatakan, tindakan menghilangkan kebiasaan jelek sedini mungkin merupakan suatu tindakan preventif terhadap timbulnya maloklusi. Anak yang mempunyai tonsil yang membesar akan mengalami gangguan dalam pernafasannya sehingga anak tersebut akan bernafas melalui mulutnya. Kebiasaan ini juga akan menimbulkan kelainan pada lengkung rahang dan giginya.

Perawatan ortodonti anak lebih bertujuan untuk mencegah terjadinya keparahan di masa dewasa, bisa karena posisi gigi yang salah atau adanya kebiasaan buruk pada anak seperti menghisap jempol, pola penelanan yang salah, pola pengucapan yang salah, dan lain-lain.

"Pada pasien usia 8 atau 9 tahun yang memiliki keluhan gigi bagian depan yang berjejal. Bila tidak segera dirawat susunan gigi yang tidak teratur tersebut akan bertambah parah nantinya. Kondisi ini dapat dihindari dengan perawatan serial ekstraksi, yang merupakan perawatan dengan cara mencabut gigi sulung secara berkala pada saat-saat tertentu sesuai dengan keperluan. Hal itu perlu diperhatikan bagi para orangtua," pungkas Irvanda. (Moh Kholidun/Fathoni)

SABTU 12 DESEMBER 2015 20:2 WIB

IPNU Pekalongan Raih Tiga Besar OKP Berprestasi 2015

IPNU Pekalongan Raih Tiga Besar OKP Berprestasi 2015

Boyolali, NU Online

Pimpinan Cabang Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Kabupaten Pekalongan berhasil meraih peringkat tiga besar dalam ajang Pemilihan Organisasi Kepemudaan Berprestasi tingkat Nasional tahun 2015 yang diselenggarakan Kemenpora RI. IPNU Pekalongan berhasil masuk pada putara bergengsi Soegondo Djojopoespito Award kategori kepelajaran.

<>

Prestasi ini diraih setelah mengikuti presentasi 4 besar organisasi yang terpilih di hadapan tim penilai, Jumat-Sabtu (11-12/12). Proses presentasi sendiri diselenggarakan di salah satu hotel di Jakarta.

Salah satu perwakilan pengurus IPNU Pekalongan Hafidz Ahmad yang hadir dalam presentasi itu mengatakan, proses penilaian sudah berlangsung sejak lama.

“Hari ini, kami diundang untuk mempresentasikan profil dan kegiatan IPNU Pekalongan. Alhamdulillah, kami meraih peringkat ketiga,” terang Wakil Sekretaris IPNU Pekalongan itu saat dihubungi NU Online, Sabtu (12/12).

Kriteria OKP yang dinilai berprestasi antara lain memiliki dan melakukan program yang berdampak bagi masyarakat khususnya membantu permasalahan masyarakat. OKP itu juga memiliki dan melakukan program organisasi yang bisa menjadi contoh bagi organisasi kepemudaan lainnya.

Atas prestasi ini Ketua Umum PP IPNU Asep Irfan Mujahid menyatakan apresiasinya. “Ini menunjukkan kesungguhan komitmen rekan-rekan dalam mengelola organisasi,” kata Asep melalui pesan singkatnya.

Pelajar asal Ciamis ini berharap pengurus IPNU cabang lainnya meniru keseriusan IPNU Pekalongan. (Ajie Najmuddin/Alhafiz K)

SABTU 12 DESEMBER 2015 17:3 WIB

Fathul Mujib-KH Afifuddin Muhajir Terima Penghargaan Nasional

Fathul Mujib-KH Afifuddin Muhajir Terima Penghargaan Nasional

Jakarta, NU Online

Direktorat Pendidikan Islam Kementerian Agama RI memberikan penghargaan kepada KH Afifuddin Muhajir atas karyanya yang berjudul Fathul Mujibil Qarib. Penyerahan anugerah ini diterima oleh santrinya, KH Abdul Muqsith Ghazali yang mewakili Kiai Afif.

<>

Kiai Afif berhalangan hadir pada malam Apresiasi Pendis Kemenag RI di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Jumat (11/12) malam. Pada malam penyerahan anugerah itu, Kiai Afif masuk dalam daftar nama mereka yang berhak menerima apresiasi Pendis Kemenag RI.

“Kiai Afif termasuk yang mendapatkan hadiah dalam kategori Kiai Berpestasi karena karyanya Fathul Mujibil Qarib,” kata Kiai Muqsith dalam akun fesbuknya, Sabtu (12/12).

Menurut Wakil Ketua LBM PBNU ini, Kiai Afif sangat layak mendapatkan apresiasi. Muqsith berharap agar Kiai Afif selalu sehat dan bisa terus berkarya.

Fathul Mujibil Qarib merupakan karya wakil pengasuh pesantren Salafiyah Syafi’iyah Situbondo KH Afifuddin Muhajir. Kitab ini sempat diberi catatan pengantar oleh seorang pakar fikih terkemuka Syekh Wahbah Az-Zuhaili.

Hingga kini kitab yang memuat penjelasan atas kitab Ghoyatut Taqrib itu sudah memasuki cetak dua kali. Kiai Afif merupakan Katib Syuriyah PBNU masa khidmat 2010-2015. (Alhafiz K)

IMG

Copyright © 2019 | All rights reserved | NU Online