AWAL NIATAN
OLEH : Abu Fathan
Awal niatan hati terpendam
Lama tak jua beta ungkapkan
Menanti sa’at layak dibuka
Agar manfua’at dan berkah smua
Niatan hati kerana Alloh
Yang Maha kasih dan bijaksana
Bukan beta hendak berceramah
Apatah lagi bertitah raja
Inilah syair siar merendah
Beta tunjukkan akhlak mulia
Sebagai bandrolan derajat mulia
Bukan turunan raja di raja
Akhlak mulia jadi ukuran
Alim ulama yang penuh hikmah
Bukan yang banyak kitab rujukan
Atau jamaah banyak ribuan
bangau terbang ke awang-awang
tinggalkan pungguk merindukan bulan
janganlah engkau tinggalkan sembahyang
agar selamat badan dari adzab Tuhan
Kursi rotan didorong orang
orang beradab lagi bersopan
sholat itu bagaikan tiang
penegak Agama tanda beriman
asam gandis asam gelugur
ketika masam dibuang orang
menangis mayat di dalam kubur
teringat badan tidak sembahyng
mayat menangis di dalam kubur
meminta teman untuk berkumpul
Alloh datangkan ular kaya spur
menyiksanya akibat sholatnya diundur undur
Posted February 12, 2010 by icanxkecil in Budaya, Sajak / Puisi, Tokoh. 1 Comment
[ Minggu, 03 Januari 2010 ]
ODE BUAT GUS DUR
I
Aku tak tahu, kata apa yang pantas kami ucapkan
untuk melepaskan, setelah engkau bulat
menjadi arwah
Setiap daun kering pasti terlepas dari tangkai
bersama takdir Tuhan
Untuk itu kami resapi Al-Ghazali
bahwa tak ada yang lebih baik
daripada yang telah ditakdirkan Allah
Karena itu kami rela
mesti tak sepenuhnya mengerti
karena yang terindah adalah rahasia
II
Bendera dinaikkan setengah tiang
Tapi angin seakan enggan menyentuhnya
apalagi mengibarkannya
Biarkan bendera itu merenung
menafakkuri kehilangan ini
yang bukan sekadar kepergian
Bendera itu diam-diam meneteskan juga
air mata, yang didahului tetesan embun di ujung daunan
Semua membisikkan doa
seperti yang kucapkan setelah kau dikuburkan
Bendera itu seperti tak punya alasan
untuk berkibar, seperti kami yang tak punya alasan
untuk meragukan cintamu
kepada buruh pencangkul yang tak punya tanah
atau kepada nelayan yang tidak kebagian ikan
Cintamu akan terus merayap
ke seluruh penjuru angin
dan tak mengenal kata selesai
III
Di antara kami ada yang mengenalmu
sebagai pemain akrobat yang piawai
sehingga kami kadang bersedih
dan yang lain tersenyum
Yang kadang terluput kulihat
adalah kelebat mutiara
yang membias sangat sebentar
Hanya gerimis dan sesekali hujan
yang menangisi momentum-momentum yang hilang
padahal kami tahu
momentum tak kan kembali
dan tidak akan pernah kembali
IV
Matahari besok akan terbit
mengembangkan senyummu
lalu dilanjutkan
oleh bibir bayi-bayi yang baru lahir
Merekalah nanti yang akan bangkit
membetulkan arah sejarah
V
Selamat jalan, Gus Dur!
Selamat berjumpa dengan orang-orang suci
Selamat berkumpul dengan para pahlawan
Karena engkau sendiri
memang pahlawan
*) D. Zawawi Imron, penyair, tinggal di Sumenep, Madura
PUISI UNTUK MAMA
APA YANG KU BERIKAN UNTUK MAMA TERSAYANG
TAK KU MILIKI SESUATU BERHARGA UNTUK MAMA TERCINTA
HANYA SEBUAH PUISI SEDERHANA
SENANDUNG DARI HATI KU UNTUK MAMA
PERCAYALAH HANYA DIRIKU PALING MENGERTI
INDAH SANUBARIMU MAMA
ENGKAU ADALAH WANITA YANG KU CINTA SELAMA HIDUP KU
MAAFKAN ANAKMU BILA ADA SALAH
PENGORBANANMU TAK PERNAH KU LUPAKAN
MAMA YAKINLAH HANYA KU YANG PALING MEMAHAMI BESAR ARTI KEJUJURAN
MAMA ENGKAULAH IDOLAKU............................
TERIMAKASIH MAMA.................
by : SANTYLIDYA IX