BELAJAR IPA ITU, ASYIK.
Oleh Rahmasari
Minggu – minggu ini, pak guru IPA menjadi idola dikelas kami. Beberapa hari setelah perkenalan awal masuk sekolah dimulai, kembali ada kejutan baru yang menanti. Terdapat kebiasaaan dari guru kami ini yang menarik. Beliau selalu menceritakan sebuah cerita unik. Sepertinya tiada duanya dengan siaran Televisi milik dari Mario Teguh. Hal itulah yang menjadikan kami tidak berhenti menatapnya saat menceritakan di depan kelas. Bahkan murid laki-laki yang biasanya bergosip di belakang kelas, dapat duduk dengan rapi ditempat duduk masing-masing. Sungguh mengagumkan cara mengajarnya, hingga bisa “menyihir” seluruh teman-teman di kelas. Bahkan anak kelas lain juga ikut “tersihir” saat guru ini mulai mengajar.
Siapa lagi kalau bukan “pak Suhardin. Guru Sains yang menjadi idaman. Bukan hanya aku tetapi siswa kelas VIII maupun kelas IX juga tertarik. Setalah bercakap-cakap dengan beberapa kawan, rupanya hampir setiap kelas menginginkan untuk diajari oleh guru ini. Hal itu karena keunikan cara mengajarnya saat dikelas.
Pelajaran IPA sekarang menjadi idamanku disetiap minggunya. Banyak melihat hal berbeda dengan materi-materi yang disuguhkan di kelas.
Praktek awal untuk bab satu pun dimulai dengan tema “Gerak Pada Makhluk Hidup.” Pak Suhardin menjelaskan dengan baik semua langkah melakukan prakteknya, untuk apa praktek ini dilakukan, serta manfaat melakukan praktek pun diutarakan dengan sabar olehnya.
“Anak-anak, minggu depan kita praktek lagi ya? “ Kata Pak Suhardin.
“Tapi pak, apa yang harus kami bawa pak?” Tanya salah satu siswa.
“Untuk praktek ini, pak guru punya syarat. Kalian harus menyiapkan satu pohon tanaman “Putri Malu” dan harus dibawa pada saat praktek. Pindahkan di pot dan pelihara ya?” Jawabnya.
“Untuk apa itu Pak?” Tanya Kalvin.
“Hehe…, bawa saja! Kamu akan tahu nanti keunikannya.” Jawab Pak guru.
Kami pun membahas alat dan bahannya. Alatnya 2 botol Aqua plastik besar, termos, dan satu botol tempat air minum. Bahannya yaitu es batu, air panas yang dimasukkan di dalam termos.
Penjelasan praktek untuk minggu depan pun selesai. Tetapi kami pun mulai bertanya satu sama lain. Dimana akan mencari bunga putri malu. Bahan itu menjadi syarat praktek minggu depan.
“Ehh, dimana korang mau cari itu bunga?” Tanya Rasti.
“Kalu saya sa nda tau, karena nanti sa masih cari-cari dulu di dekat rumahku.” Jawab Niar.
“Yes, untung ada ji di kebun dekat rumahku, tinggal sa ambil baru sa tanam mi !” Kataku.
“Wih…, Rahma sa datang pi di rumahmu, sa minta juga bunga putri malu yang di kebunmu nah.” Pinta Rasti.
“Datang mi lah, nda papa ji.” Jawabku.
“Iyo nah, ko ada itu di rumahmu kalo sa datang” Kata Rasti.
Kini, hari kamis. Saatnya Pak Suhardin masuk dikelas kami kembali. Begitu pula dengan praktek yang dijanjikan. Seharusnya praktek itu di mulai minggu lalu, tetapi karena pak guru mempunyai urusa mendadak, akhirnnya dipindahkan pada hari ini.
Kepanikan melanda kelompokku. Yensi Lupa membawa tempat air panas. Kejadiannya terdeteksi setelah apel pagi. Kawanku ini terlambat, sehingga kami pun resah. Apalagi setelah bel berbenyi, Pak guru telah hadir di kelas. Yensi mencoba untuk bertanggung jawab. Dia meminta izin kepada guru untuk meminjam alat tersebut di kantin sekolah. Syukurlah, guru yang baik hati itu mengizinkannya.
Aku pun menemani Yensi, bergegas menuju kantin. Untung saja pemilik kantin mau meminjamkannya. Tanpa mengulur waktu lagi kami berlari kembali menuju ke kelas. Saat kemudian, akhirnya kami sudah berada di depan kelas VIII.3.
Kegiatan praktek hari itu menggunakan alat yang dirancang sendiri oleh Pak Guru. Namun harus ada pertisipasi dari kami untuk membawa bahan atau alat lain yang diperlukan. Salah satunya adalah tanaman putri malu.
Berganti judul, berbeda pula cara belajarnya. Pembelajaran berikutnya pak guru memperkenalkan berbagai jenis otot yang ada alam tubuh manusia. Bagaimana cara membedakan otot lurik, otot polos dan otot jantung? Pak guru memiliki cara yang unik. Beliau membawa mikroskop di ruang kelas. Wah, aku menjadi tertarik untuk belajar. Begitu pula dengan kawan-kawanku yang antusias melihat benda itu. Sungguh, aku baru pertama kali bisa menyentuh dan melihat secara langsung.
Sebelum praktek dimulai, pak guru menjelaskan cara menggunakan alat itu. Kini setiap kelompok diberikan kesempatan untuk maju memperagakan alat canggih itu. Akhirnya kami bisa menggunakannya. Bukan hanya itu, aku dan kawan-kawan bisa melihat dengan jelas bentuk otot yang diajarkan. Kami pun ditugaskan untuk menganalisa letak, cara kerja, dan cara berkontraksinya otot-ototnya dengan bantuan buku siswa.
Kebersamaan itu tidak hanya di dalam kelas. Disela-sela senggang, guruku ini sering bercerita atau sekedar menyapa dengan sindiran. Bukan hanya aku tetapi teman-teman sekelas juga demikian. Ada nasihat yang bertujuan agar kami bisa merubah diri ke hal yang lebih positif. Walaupun kata-kata itu cukup tajam dan menyentuh, tetapi dia adalah guru yang sangat menyenangkan. Mengerti dengan apa yang dirasakan oleh setiap anak muridnya. Dia adalah inspirator bagiku. Bukan hanya di dalam kelas, tetapi menjadi kawan di luar kelas.
Karya : Udin
BUTA WARNA
Pisang berbalut kulit
Keduanya saling melekat
Aku dan dia selalu lengket
Susah senang saling mengingat
Hijau biru tanda gunung dan langit
Menghampar dari Gunung Meluhu
Indahnya samar terlihat
Kawanku hanya duduk termangu
Langkah berburu waktu
Menurun menuju kota
Tanda warna jelas tertata
Dia hanya berdiri termangu
Siang berganti malam
Pagi datang menyapa
Lama kita bersama
Keadaanya baru dipaham
Beli lagsat makanan sehat
Belah sebiji lalu dijilat
Ambil warna untuk dilihat
Sayang sekali susah terlihat
Buka buku untuk dibaca
Warnanya sangat berbeda
Bisa lihat susah membeda
Rupanya kawanku buta warna