Writings

PENA KARTINI 

Kartini namanya. 

Tercerahkan pada usia belia.

Dikurung akibat senyapnya budaya lama.

Pena menjadi teman setia. 

Bisikan-bisikan yang tidak bisa menerima kemajuan, mendayu-dayu di telinganya.

Mengapa perempuan harus menjadi pintar salah satunya.

Bisikan tak menggangunya, namun ancaman mengamputasi kedua kakinya ketika berada di altar pengetahuan yang megah.

Pikirannya terkubur dalam kecemasan.

Mimpinya terlelap hingga tidak sanggup bangkit.

Kenyataan menjadi pagar yang terlalu kokoh utuk dihadapi..

Kartini meninggal diusia belia.

Para pembisik yang merasa kehilangan

mulai mengumpulkan surat-suratnya yang berserakan.

Disatu padu berakhir menjadi buku.

Berisi pembebasan, bagi perempuan yang berlumuran stigma patriarki Dan perjuangan gender equality.

Mengapa kartini yang menjadi pahlawan perjuangan feminisme Indonesia?

Karena namanya abadi berkat sebuah pena.

Meruntuhkan Definisi Sukses 

Guys,

Udah baca/ denger mengenai stoicism kan akhir-akhir ini? buku bahasan itu salah satunya filosofi Teras.

Aphateia salah satu ajaran stoic memaparkan mengenai hidup pasrah dan tawakal. Cuma bukan pasrah dan tawakal aja. Sejatinya manusia kudu memfokuskan hidup dari apa yang ada di kendalinya. Di luar itu kalo ga kecapai yaudah... Gausah galau, pusing, stress apalagi kena mental health


Nah buat lo yang lagi berkarir. Pasti pernah mikir apa definisi sukses. Sukses bagi kebanyakan orang itu ya flexing rumah, pakaian, mobil, harta kekayaan dan lainnya. Penyebab mentalitas ini adalah algoritma media digital yang manipulatif. Semua orang terjebak dalam "gelembung". Gelembung atau bubble adalah istilah dimana kita tidak bisa memperluas alternatif pilihan kita, karena sudah disediakan berdasarkan aktivitas sosial media dan kebiasaan-biasaan kita, atau kita sudah disajikan pilihan berdasarkan pilihan orang banyak. 


Ini menjadi isu penting, karena para pemilik teknologi yang punya akses informasi dan data lah yang bisa mengontrol pikiran masyarakat. Kalo kata Harari sekarang eranya diktatoriat digital karena masyarakat dirampas hak asasi manusianya dan dimanipulasi pikirannya untuk memilih.


Manusia jadi susah buat ngenalin dirinya sendiri. Manusia mencontoh manusia lainnya dari  gemerlap sosial media.


Ada buku bagus mengenai reorientasi definisi sukses. Buku dari Eric Barker- Mendaki Tangga yang Salah. Menyatakan definisi sukses adalah kebahagian.  Menurutnya kesuksesan karir tidak selalu membuat kita bahagia, tetapi bahagialah yang menentukan kesuksesan. 

George Valiant memimpin penelitian Grant selama puluhan tahun mengikuti sekelompok pria seumur hidupnya hingga meninggal. Penemuan penelitian setelah dirangkum selama puluhan tahun itu memotret hal yang benar-benar penting dalam hidup adalah relasi anda dengan orang lain. 

Apakah dengan berelasi saja bisa sukses? jadi berelasi bukan hanya berelasi saja namun juga sebagai penyeimbang diri kita, kadang kita selalu percaya diri akan diri kita sendiri untuk melakukan segala hal, kadang masukan atau umpan balik dari relasi kita sendiri tidak kita dengar dan menganggap kebenaran adalah milik kita seorang.

Akibatnya diri kita tidak mau belajar sehingga sulit untuk berkembang. Rasa percaya diri yang tinggi membuat kita merasa nyaman, memberi keteguhan, dan mengesankan orang lain, tapi juga bisa membuat kita menjadi pribadi yang angkuh, yang menolak orang lain, tidak mengalami peningkatan diri, dan mungkin akan kehilangan segalanya akibat pengingkaran.

Kamu bisa sukses sendirian, tapi kamu tidak bahagia

atau kebahagian menjadi bagian dari kesuksesan kalian ? 

mari berempati dan memperluas relasi. 

Pareto Laws 80/20 Bagi Para Mahasiswa Masa Pandemi

Mereka yang salah memanfaatkan waktu adalah yang paling banyak mengeluh mengenai keterbatasan waktu - La Bruyére.


 

Mahasiswa di Era Pandemi ini sebagian besar mendapatkan pengajaran pendidikan yang kurang berkualitas. Hal tersebut bisa dari internal mahasiswa seperti akses internet yang kurang baik, alat teknologi yang jadul, dan juga faktor kemalasan mahasiswa sendiri. Secara eksternal misalnya ketidakpiawaiannya dosen dalam menyelenggarakan pembelajaran jarak jauh dengan sistem daring, dan juga learning management system yang belum dioptimalkan oleh Universitas sebagai akses belajar bagi mahasiswa.



 

Selama kurang lebih dua tahun lamanya mahasiswa sebagai kaum elit[1] yang mengenyam pendidikan tinggi, namun saya rasa mereka tidak mendapatkan apa-apa selain tugas yang menumpuk dan bill pembayaran semesteran yang muncul pada saat masuk pada situs akademik. Jika menyesuaikan durasi perkuliahan normal, mahasiswa dapat menyelesaikan pendidikannya selama 4 tahun dengan mengikuti sebanyak 8 semester perkuliahan. Jika saya asumsikan mahasiswa pada tahun akademik 2020, 2 tahun yang lalu adalah masa adaptasi selama pandemi, kalian mempunyai waktu sebanyak 2 tahun lagi untuk merasakan pembelajaran yang optimal di bangku perkuliahan.

 



Ibu dan Ayah kalian pasti berharap besar, dengan menguliahkan kalian berharap kelak kalian bisa menjadi "orang". Beberapa mahasiswa yang membaca tulisan ini juga pasti melihat atau merasakan bagaimana orang tua kalian dalam menguliahkan melakukan pekerjaan yang bisa dibilang kaki jadi kepala, kepala jadi kaki tetep dilakoni agar anaknya mendapatkan masa depan yang lebih baik. Pertanyaannya, sanggupkah kalian memenuhi ekspetasi dari orang tua kalian?  Sudah taukah jalan kalian selesai dari bangku perkuliahan? apakah kelak kalian akan jadi pengangguran yang terdidik[2]?

 



Formula yang saya tawarkan adalah Pareto Laws (Hukum Pareto) yang ditulis dalam buku Living The Way 80/20 karya Richard Koch. Koch menceritakan bahwa untuk menggapai 80% hasil, usaha yang kita butuhkan adalah 20%.  Singkatnya adalah kita tidak perlu melakukan hal-hal yang berlebihan untuk menggapai kesuksesan kita.  Loh kok gitu kak, bukannya kalo sukses itu harus kerja keras? mari membaca penjelasannya pada paragraf selanjutnya.

        


Pareto Laws menginginkan, manusia sebagai seorang individu harus fokus terhadap apa yang diraihnya, tidak perlu terdistraksi dengan hal-hal yang remeh, yang kadang meliputi kehidupan kita. Sebagai contoh, saat kita menyukai seseorang,mana yang akan kalian lakukan; 1) membuat pujaan hati memperhatikan anda; 2) mengambil hati orang tuanya; 3) berangan-angan saja tanpa melakukan apapun, 4) tersenyum dan mengajaknya untuk berkencan. Pada ilustrasi di atas nomer 1, dan 2 menggambarkan energi yang dilakukan lebih banyak dibanding dengan nomer 3, dan 4, namun manakah yang sekiranya langsung dapat menggambarkan hasil? Tentu nomer 4. Inti dari Parreto Laws adalah usaha 20% mendapatkan hasil 80% jika kita mengetahui hasil apa yang ingin kita dapatkan, kita bisa mencari cara super produktif untuk menggapainya dan mengabaikan cara-cara remeh yang memakan waktu dalam mengetahui hasilnya.

 



Siapkan Bekal, Targetkan Pelabuhan, dan Cari Rute Sebelum Melakukan Pelayaran


 

Keraguan kita adalah penghianat.

dan membuat kita kehilangan sesuatu yang baik yang mungkin kita dapatkan.

karena takut mencoba. - Shakespeare (Measure for Measure)


 

Koch dalam bukunya membuat beberapa langkah dalam peningkatan diri menggunakan prinsip 80/20. Langkah pertamanya adalah dimana anda ingin berada? pertanyaan ini adalah hal yang paling fundamental dalam melaksanakan prinsip 80/20, kalian perlu untuk mengetahui ingin berlabuh dimana ketika kalian menyelesaikan perkuliahan. Selanjutnya apakah dengan tempat yang kalian pilih dapat membuat kalian bahagia.

 



Tempat dimana yang kalian pilih adalah tempat dimana kalian mempunyai kompetensi. Sebelum kalian menargetkan pelabuhan kalian, kalian harus mengetahui siapakah saya?, saya punya kemampuan apa? dan apakah saya akan bahagia jika memilih pelabuhan ini?

 



Langkah kedua adalah temukan rute 80/20 nya. Selalu banyak jalan dalam menempuh tujuan, namun pilihlah jalan yang kamu anggap paling efisien dan efektif dalam mewujudkannya. Beberapa orang menempuh tujuannya dengan menggunakan sumber daya yang terlalu besar. Saatnya kalian mencari jalan pintas untuk menuju tujuan tersebut sesuai dengan prinsip 80/20 yaitu yang lebih baik dan lebih mudah.

 



Sebagai ilustrasi pernahkah kalian mendengar cerita Archimedes menemukan sebuah teori ketika ia berendam di dalam bak mandinya hanya dikarenakan melubernya air ketika ia mandi. Seketika itu ia berteriak Eureka - yang berarti saya menemukannya dalam bahasa Yunani sambil bertelanjang. Ilmuan sebelum Archimedes mungkin melalui jalan panjang nan sukar, melalui pembuktian rumus-rumus di papan tulis dan riset yang panjang. Archimedes menemukan rute terbaik untuk menemukannya yaitu dengan berendam.

 



Langkah ketiga lakukan 80/20. Melakukan 80/20 pada prinsipnya adalah apa yang kamu lakukan sebanyak 20% akan mempengaruhi hasil sebanyak 80%. Langkah yang diambil harus dipilih yang paling mengeluarkan sedikit usaha namun efektif dalam hasil yang didapat dari kemungkinan-kemungkinan langkah kerja yang telah kita list.

 



Sebagai ilustrasi Will Smith dalam Film MIB (Men in Black) ada sebuah scene tes yang dilakukan untuk menjadi seorang agen MIB, Dia ditempatkan dalam sebuah tempat duduk berbentuk kapsul. Dia dan beberapa calon anggota yang mengikuti tes sangat kesulitan untuk mengisi soal karena tidak ada alas kertas soal dan jawaban saat mengerjakan tes tersebut. Akhirnya Will Smith yang merasa kesulitan menarik meja yang berada di tengah peserta tes, dengan begitu hanya ia yang dapat dengan mudah mengisi jawaban pada tes yang diberikan. Will Smith secara tidak langsung menerapkan langkah ketiga, yaitu lakukan 80/20.

 



Tentu tidak mudah untuk melakukannya namun inilah realita untuk menghidupi kehidupan. Mahasiswa masa pandemi jangan jadi pengangguran terdidik!


[1] Elit diartikan penulis sebagai orang yang mampu mengenyam pendidikan tinggi. Indonesia hanya 8,5% yang mengenyam pendidikan tinggi dari jumlah total manusia Indonesia yang berumur 14 tahun keatas berdasarkan data dari Susesnas 2017 sumber

[2] Pengangguran terdidik adalah istilah yang diberikan bagi para pengangguran yang mengenyam pendidikan SMA ke atas.



Sekolah yang Tak Dirindukan

Ditulis pada 2 Februari 2017


Indonesia sebagai bangsa yang timbul atas komitmen persatuan mulai dilupakan.


Arus deras globalisasi menyebabkan gegar budaya, manusia meneropong dalam kegelapan. Manusia bisa dikatakan tidak manusia pada hari ini.


Kuntowijoyo sudah meramalkan ini sehingga beliau berpikir bahwa kita yang sudah tercerabut dari akar sejarah, harus merenung kembali. solusi yang beliau tawarkan adalah buatlah kebaikan dan cegahlah kejahatan dibumikan dalam konsep profetik.


Pemaknaaan profetik berawal dari bahasa inggris prophet (nabi) sedangkan prophetic bermakna (kenabian). Yaitu sifat nabi yang mempunyai ciri sebagai manusia yang ideal secara spiritual-individual, tetapi juga menjadi pelopor perubahan, membimbing masyarakat ke arah perbaikan dan melakukan perjuangan tanpa henti melawan penindasan.


Generasi Milenial merasa liyan terhadap diri dan asal-usul hidup dan kehidupannya. 


Mereka asing, penuh dengan pertanyaan . kemudian informasi menghabisi dia. Tak punya filter ia mulai kehilangan arah.


Energi habis untuk hal yang tidak visioner- memahami sebuah konsep yang belum tentu benar, lalu diurai dalam epistemologi yang tidak kritis, mempercayai isu di banding fakta itulah diskontinuitas.


tempat peradaban (sekolah) tak ia kunjungi, ia lebih baik turun menikmati situasi politik, anak itu berbicara bak politikus yang punya hak imunitas 


Pendidikan harus hal yang tak hanya ditulis dalam buku paket, pendidikan yaitu menyadarkan realitas kehidupannya.


Peserta didik diajak memahami makna dalam setiap peristiwa dengan dialog.


Guru adalah center of knowledge, ia harus memberikan virus positif merasakan dan  mencintai ilmu pengetahuan itu sendiri yang berorientasi pada tujuan pada peserta didiknya. Tujuannya yaitu memperbaiki hal-hal yang tak beres pada saat ini.


Kebekuan guru yaitu menyampaikan materi secara formalis! Menyampaikan A saja, sebab dari A tak dibahas. Kemungkinan A berkorelasi dengan B,C,D pun tak dibahas.


Anak diajar untuk tujuan nilai yang tinggi. hukum motivasi terhadap pendidikan berorientasi Nilai telah habis dibahas David Yun Dai bahwa itu tidak menambahkan kemampuan kognitif siswa !


Oleh karena itu siswa yang lebih mengunjungi panggung politik jalanan mungkin diajarkan orientasi nilai. Kebenaran diukur kuantitas. Paling banyak adalah yang paling benar! 


Tak mengherankan sekolah sudah tak ia rindukan kembali.

AMPAS KOPI

Ditulis Pada 15 Februari 2017


Trump memulai.

Geert mulai mencontoh.

Membuat orang terbuai.

Dalam tindakan yang bodoh.


Ada apa dengan situasi kini.

Islam mereka musuhi.

Agama dipandang sebagai komoditas.

Untuk mencapai posisi teratas.


Indonesia pun sudah mulai.

Ada garis demarkasi antara manusia.

Yaitu mayoritas dan minoritas.

Cukupkanlah, duduk dan sejenak santai.

Buatlah jarak dari kegiatan sia-sia

Hidu kopimu, minum hingga tuntas.


Kami ibaratkan ampas kopimu

berada di bawah siap menjadi rasa pahit.

Menggetarkan mulutmu.

Mulut yang asal bercuit.


Mencintai Membaca

Ditulis 17 Februari 2017

Jikalau Najwa Shihab bilang hanya perlu satu buku, untuk mencintai membaca. Saya sepakat. Buku- buku ini yang mengantarkan saya mencintai buku.


Buku awal mula yang membuat saya jatuh cinta adalah sebuah novel yang menceritakan filsafat eropa dari klasik hingga kontemporer dalam bentuk narasi desktiptif yang Indah yaitu Dunia Sophie


Dari buku ini pula kemudian saya menjelajah mengenal pemikir besar Islam seperti Al-Ghazali, Rumi, Nadim, Sidi Gazalba.


Mengenal pemikiran Pendiri bangsa kita seperti Soekarno, Tan Malaka, Hatta, Moh Yamin, Tjokroaminoto..


menjelajahi juga pemikir besar filsafat seperti Plato, Aristoteles,Nietzche,Camus, Derrida, Marx, Engels, Paulo Freire dll.


Atau juga pemikir Indonesia seperti Habibie, HAMKA, Yudi Latief, Rendra, Franz Magniz, Martin Surya, Gusdur, Pram...


Dari buku, saya tahu bahwa saya tidak tahu. Bersikap skeptis, menggali apa yang dibicarakan mereka.


Indonesia Krisis budaya membaca, namun berbanding terbalik dengan budaya komentar yang tinggi. Itulah cikal bakal hoax.


Ditengah arus globalisasi ini framing kritis memang harus dilatih salah satunya temukan buku yang kamu bisa cintai.

Tuhan, Harmoni, dan Irisan

Ditulis pada 5 Maret 2017


Pernahkah kamu berfikir kuasa Tuhanmu

Menciptakan sesuatu berpasang-pasang.


Lihatlah bagaimana terang dan siang bergantian.

Lihatlah bagaimana hidup dan kematian memainkan peran,

dan yang terakhir bagaimana Wanita dan Pria diciptakan.


Logika menamai dirinya sebagai sebab suatu keberadaan. Estetika menamai dirinya sebagai wujud dari keberadaan.


Ada, dalam tafsiran idealisme dan materialisme mengakui wujud ekstensial.


yang eksis itu nyata. Ide dalam kepala pun juga nyata. Karena punya wujud dalam konteks yang masing2 berbeda.


Bagaimana dulu plato dengan ketermenungannya menghasilkan konsep "kuda ideal".

Bagaimana Marx mengakui wujud dua sisi koin. menafikan sisi Tuhan dan agama dari konsep Tuhan dan agama yang dibangunnya sendiri dalam kepalanya.


Keduanya berbicara sesuatu yang eksis.


Lalu mengapa Tuhan dengan segenap kuasanya membuat konsep berpasangan itu? 

Hingga hari akhir pun Neraka dan Surga, 2 tempat yang selama ini dibahas di dalam Bumi tetap kedua hal yang tak bisa dipisahkan. 


Pria berfikiran dengan logika sebagai sebab.Wanita berfikiran dengan hati, karena dengannya menghendaki keindahan.


Pria dengan ketidakberaturan menuruti ilmu logika dalam pikirannya, bisa dipastikan ia berada dalam kekeliruan dalam menafsirkan sifat estetis. 


Begitu pula wanita dengan konsep pikiran hatinya. Ia akan dibutakan dengan konsep estetis dipermukaan. 


Asumsi saya, Tuhan ingin keterpaduan pikiran untuk menafsirkan karya seni yang indah ini dimuka bumi yang telah diciptakannya, dan memikirkan secara logis siapa pencipta, dan untuk apa dunia ini diciptakan..


وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ ۖ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا ۚ أُولَٰئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ  

.

Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (7:179)


Firman Allah dalam ayat diatas menekankan sikap kritis. Tidak sebatas mengakui keadaan ini karena memang ada dan tanpa penyebab. Jika menggunakan pendekatan epistemik, manusia sesungguhnya mempunyai kehendak untuk bebas karena berakal. Akal adalah alat mencapai kehendak diri dalam mencapai tujuan. Sedangkan hati adalah perangkat untuk memahami tujuan tersebut agar kehendak bebas dapat diredam.


Oleh karena itu akal dan hati itu sebenarnya berpasangan, ia harus saling bertemu dalam ruang "dialog"


Jadi apabila konsep feminisme (wanita di atas pria) dan Patriarki (pria diatas wanita) yang ramai pada masa postmodern itu keduanya adalah kekeliruan. tidak terciptanya harmoni, dan keteraturan seperti malam dan siang yang "berdialog" pada waktu subuh maupun senja, hidup dan kematian "berdialog" pada waktu sakit dsb.


Ada sebuah irisan diantara apa yang di Ciptakan oleh Nya. Irisan itulah di namakan The God Hand istilah pakar science barat. Karena tidak dapat ditinjau dari sisi keilmuan saat menjelaskan tentang bigbang theory (acak menjadi keteraturan) Jadi masih mau menghendaki kemutlakan kebenaran hanya punya mu sendiri? apabila tidak dituntun oleh Tuhanmu dalam ruang irisanNya engkau hanya binatang berakal-



ANGIN BERNYANYI

Ditulis Pada  21 Maret 2017


Iya tak menjelma.

Tak berwujud, namun dapat dirasa.

Ia ada dalam siklus hidup manusia.

Masuk dalam detak jantung menyatu dalam darah.


Angin itu merdeka.

Ia bergerak bebas dan berubah dengan apa yang ia mau.

Memasuki ruangan dari sudut ventilasi.

Membelai layar perahu nelayan.

Atau pengering keringat peluh kita.


Angin adalah peneman setia 

Kita tidak benar sendirian saat sendiri.

Angin mendekapmu, mengiringimu hingga engkau berdamai dengan kalbu.


Angin dapat bernyanyi.

Bila ia dipadu.

Angin itu harmoni.

Bagi pendengar lirih.


21.03.17

#SelamatHariPuisi


Kritik Atas Pendidikan

Ditulis pada 27 Maret 2017

Dalam suatu sistem pendidikan, kurikulum itu sifatnya dinamis serta harus selalu dilakukan perubahan dan pengembangan, agar dapat mengikuti perkembangan dan tantangan zaman.


Perlunya perubahan dan pengembangan kurikulum 2013 didorong oleh beberapa studi internasional seperti studi PISA (Programme for International Students Assessment.) tentang penilaian studi siswa internasional. Dari  hasil tes dan evaluasi PISA 2015 performa siswa-siswi Indonesia masih tergolong rendah. Berturut-turut rata-rata skor pencapaian siswa-siswi Indonesia untuk sains, membaca, dan matematika berada di peringkat 62, 61, dan 63 dari 69 negara yang dievaluasi.


Selain itu Berdasarkan studi "Most Littered Nation In the World" yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity pada Maret 2016 lalu, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca.


Indonesia masih dalam stagnan dalam pengembangan kualitas pendidikan. Sekolah Dasar sebagai pondasi dalam pengembangan manusia menjadi hal urgensi dalam pengembangan karakter. 


Karena karakter hanya akan bisa dibentuk dalam proses habituasi (kebiasaan).jika seluruh stake holder tidak saling bahu-membahu dalam proses pembenahan ini generasi emas 2045 saat seratus tahun indonesia merdeka hanya akan menjadi utopia belaka. 


Implementasi kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi; pendidikan karakter bukan hanya tanggung jawab sekolah semata, tetapi merupakan tanggung jawab semua pihak, orang tua, pemerintah, dan masyarakat.

Oleh karena itu untuk mengefektifkan program pendidikan karakter dan meningkatkan kompetensi dalam kurikulum 2013 di perlukan koordinasi, komunikasi dan jalinan kerja sama antara sekolah, orang tua, masyarakat dan pemerintah. Baik dalam perencanaan pelaksanaan, maupun evaluasi dan pengawasaanya sehingga kurikulum menjadi link and match dalam membentuk karakter siswa dan memperbaiki kualitas pendidikan sekolah dasar. 


Demikianlah latar belakang masalah yang diangkat, sehingga kami sebagai civitas akademika UNJ perlu menyikapi dan mencari solusi dengan membuat forum ilmiah, seminar Orientasi Baru Pengembangan Kurikulum 2013 sebagai upaya peningkatan kualitas pendidikan sekolah dasar yang nantinya hasil diskusi ini akan diterbitkan secara mandiri dan distribusikan kepada stake holder yang bertanggung jawab dalam pengembangan kurikulum 2013 . 


DIK.

Ditulis pada 28 Maret 2017

Dik..

Kelak engkau akan tahu bagaimana ditinggal dalam barisan yang berbicara perjuangan.


Bacalah bukumu, bagaimana peristiwa besar diperankan oleh mahasiswa.


Peluh keringatmu tak hanya dilapangan tapi juga di jalanan.


Isi otakmu adalah perjuangan demokrasi dalam membebaskan akses informasi yang ketat dan "mengganggu stabilitas nasional"


Sayang kepastian ilmu pasti tak berkelindan dengan kepastian identitasmu.


Cakrawalamu terkungkung dalam debat dan diskusi tak ada aksi. 


Engkau harus membebaskan dirimu dari belenggu zonasi.


Berkawan, berdialog, berbicara pada orang-orang yang tak pernah kau jumpai. 


Bahwa benar, kebenaran tak bisa diakuisi sendiri. Iya harus terakumulasi dari dialog-dialog kritis ditemani secangkir kopi. 


Kartini

Ditulis pada 21 April 2017

Kartini mengajarkan:


Wanita bukan hanya saja paras menawan 

Tapi juga keanggunan peran.


Wanita bukab sekedar besar gengsi

Tapi otak juga perlu di isi.


Wanita juga bukan gila harta 

Tapi meneguhkan iman yang tertata


Selamat Hari Kartini! 


Kampus Nirfungsi

Ditulis pada 27 September 2017

Pimpinan kampus yang menurut RMOL berjumlah 4000, menyuarakan anti deradikalisasi di Bali pada tanggal 25-26 September. 


Hal yang membuat saya gelisah adalah angka 4000. Mengapa ? Karena terlalu banyak Universitas di Negeri ini. Sebut saja di China hanya ada 2.824 Universitas dengan jumlah penduduk 1,5 milyar. 


Banyaknya kampus juga tidak menunjang kualifikasi para lulusannya. Jumlah pengangguran terdidik sarjana dan diploma terus naik (infografis di slide selanjutnya). Universitas tidak berbenah, membaca peta SDM yang di butuhkan Indonesia beserta indikatornya. padahal banyak orang dari kalangan menengah kebawah rela menjual segala asetnya demi pendidikan tinggi untuk anaknya. Jika hal ini berlanjut investasi pendidikan ini adalah bodong! Hanya memiskinkan orang-orang yang menaruh harapan pada pendidikan tinggi 


Kemeristekdikti sebagai lembaga yang harusnya membuat visi Universitas kedepan tersandera dengan evaluasi kinerja Universitas yang berjubel tersebut. Belum lama di UNJ terdapat plagiarisasi desertasi, dan ketentuan prosedur perkuliahan S3 yang malaadministrasi (data Tempo). Jikalau hal ini tidak di benahi. Marwah instansi pendidikan hanya berkutat pada proses menguntungkan diri sendiri, berwatak instant.serta menjadikan universitas hanya sebuah komoditas ekonomi untuk mengejar keuntungan semata. Jadi jangan berharap nantinya mahasiswa mu rajin membaca, rajin riset, mencintai proses, mencintai ilmu pengetahuan. 


Deklarasi anti radikalisasi kemarin adalah kegagalan metodologi pengajaran Universitas dalam mengejewantahkan nilai-nilai pancasila yang luhur dalam kegiatan praktik. 

Ilmu bukan hanya himpunan fakta dan data, bukan hanya pemecahan hipotesis menjadi bukti. Lebih dari itu, ilmu adalah dimana nilai kepekaan akan kemanusiaan menjadi lebih besar. Peduli terhadap kemanusian. Tidak menjaga jarak dari ketidakadilan dan sistem yang memiskinkan di bumi manusia.


Ilmu universitas yang kering dan instant tidak bisa menjadi “nilai” , tidak bisa menjadi solusi dari permalasahan-permasalahan dewasa ini.


Akhir kata tolong pak menristekdikti untuk

 #moratoriumizinpendirianuniversitas, karena #UniversitasKitaNirFungsi


Perspektif Baru Perpu Ormas dan Aksi 299

Ditulis pada 27 September 2017


Sejati Al-Quran adalah firman Allah yang di dalamnya terdapat larangan dan Anjuran, hukum kehidupan antara mahluk dan Sang Penciptanya. 


Didalamnya terdapat ketegasan akan firmanNya bila melakukan larangannya tegas ia akan di masukan kedalam neraka, sebaliknya apabila melakukan anjurannya ia bisa di masukan ke surga. 


Dalil Pembuatan Perppu Ormas adalah kegelisahan, 

Gelisah ada duri dalam daging yang nantinya membengkak dan akan teramputasi. Sebelum bengkak lebih baik diambil durinya. Agar daging tersebut dapat melangkah “bebas”. 


sumber hukum di kangkangi yaitu kebebasan berserikat dan berkumpul, serta berpendapat yang termaktub dalam UUD 1945. 


Peserta aksi yang notabene mungkin banyak dari ormas muslim harus tegas seperti dalam anjuran kitab sucinya, bila memang menyatakan hal itu benar. Tetapi yang saya sesalkan apabila umat muslim nantinya dijadikan alat politik. Ketegasan tanpa kecerdasan berujung kepada tindakan brutal. Kecerdasan tanpa ketegasan berujung pada ketidak konsistenan.  

Maka apa yang di dahulukan ? Yaitu kecerdasan.



Dengan kecerdasan kita tak bisa di bohongi, dengan kecerdasan kita akan konsisten mengkritik sekaligus memberi rekomendasi. Melihat peristiwa apa saja yang seharusnya di perjuangkan 

Dengan kecerdasan kita tau mana yang harus di lakukan sesuai anjuran-Nya.


Jadi jangan hanya dengar dan patuh, 


Tetapi Bacalah dengan nama tuhan mu yang maha menciptakan, dengar, analisa dan patuh .


Pahlawan Ku Adalah 'Teknologi'

Ditulis pada 10 November 2017 


Jangan warisi abunya, tapi warisi apinya- Soekarno 


Selamat hari pahlawan nasional. Pahlawan pada masanya berjuang dengan angkat senjata atau di meja perundingan. Satu tujuan untuk Indonesia merdeka. 


Banyak pendapat mengatakan pahlawan hari ini adalah yang berguna bagi kemashalatan umat. Bidangnya pun beragam, misal ada sebuah jasa keungan ptp- yang membantu ekonomi masyarakat pedesaan, khusunya wanita yang dalam struktur hirarkis patriakal menjadi sub termarjinal dan dimiskinkan. Adapula yang berjuang diranah pendidikan untuk membantu pendidikan masyarakat yang terdalam. 


Keduanya mempunyai tujuan -kebaikan- bagi negeri ini. Tapi sungguh bias bila memahami tentang kebaikan itu karena tidak ada platform indikator mengukur kebaikan dan mengevaluasi kebaikan dalam geraknya. Bisa saja kebaikan dalam ekonomi yang saya sebutkan hanya murni bisnis, dengan sedikit aksi sosial sebagai gincu. Atau memang pendidikan masyarakat dalam, adalah satu faktor untuk meluntur wawasan tentang nilai suku adat, dan sengaja meminggirkannya agar dengan mudah mendapatkan lahannya. Karena dewasa ini kebaikan adalah sebuah citra! 


Di era medsos ini kita dapat berargumen, mensupply atau mendapat informasi seperti peluru, cepat, meledak-ledak. Sehingga kita lupa jarak untuk meditasi atau merenung tentang kebenaran yang sebenarnya adalah kebetulan sementara (Popper) . Berjarak dan berpikir itu baik, kita harus belajar menghargai kelambanan. Karena cepat tidak berkelindan dengan nilai estetik, begitupun peluru. Ia tak punya nilai,dan menyengsarakan. 


Kita menjadi mimesis (pengikut) terbaik karena tak punya pisau untuk merobek bungkus persepsi ideal yang di tawarkan. 


Padahal perjalanan panjang dunia ini hanya ada dua masa, kemasa lalu atau kemasa depan. 


Pada akhir-akhir ini di era keterbukaan informasi menjadikan diri stagnan dalam memproduksi budaya. Sehingga kita merindukan masa silam. Banyak sekali slogan2 back to 70s, 80s, 90s dll. Masa silam dirindukan karena ketakutan menyongsong masa depan. Padahal dahulu pahlawan sangat siap menyongsong masa depan dengan cita2 visionernya dari era penjajahan menjadi era kemerdekaan. 

 

Era Disruption adalah masa depan kita. kita akan digantikan oleh teknologi/mesin karena masa depan menginginkan kecepatan dan keluasan akses. Teknologi tak punya argumen bantahan kepada majikannya,teknologi tak bisa menjeda, karena dengan adanya jeda ia siap dibuang dan di gantikan. 


Teknologi bisa dikatakan sebagai “pahlawan” karena teknologi yang mampu menatap dan siap akan datangnya masa depan. 


Apakah pencipta teknologi bisa disebut pahlawan juga ? Tidak saya rasa karena teknologi sudah melampaui manusia itu sendiri dan menghantui dengan bayang2 kecemasan masa depan. Manusia menjadi Liyan- 




Membumikan Kebijaksanaan

Ditulis pada 22 Desember 2017

Didalam tubuh lebih banyak kebijaksanaan dari pada filosofi terdalam mu -Nietzsche


Bila diurai pemikiran Nietzsche menurut hemat saya, bahwa kebijaksanaan adalah daya dan upaya membumikan kata sifat bijaksana. Dalam KBBI pengertian bijaksana adalah penggunaan akal budi (pikiran dan pengalaman) 


Kebijaksanaan adalah penggunaan akal budi untuk mencermati hidup, dan kehidupannya. Hidup dari dalam dirinya dan kehidupan dari luar dirinya. 


Kemudian bila mencermati Filosofi (phylo-sophia) mencintai kebijaksanauan adalah semacam daya terus menerus dalam mencoba mencintai penggunaan akal dan budi dalam setiap hal. 


Berarti filsafat hanya mengeluarkan kebijaksanaan yang memang sudah ada pada dasarnya dalam tubuh.


Bila bicara tentang tubuh ada dua perbedaan signifikan antara wanita dan pria. Baik fisik ataupun psikologis . 


Wanita dengan femininnya

Pria dengan maskulinnya. 

Rasa ketertarikan diantara jenis kelamin tersebut wajar 


Saya sedikit terganggu dengan apa yang telah beberapa hari terjadi tentang sebuah headline suatu surat kabar tentang persentase jumlah Gay di Kota Hujan yang merupakan kampung halaman saya. 


Isu internasional juga banyak membahas anggota dewan di suatu negara juga melamar kekasihnya yang sejenis untuk menikah, di suatu negara juga memperluas perkawinan sesama jenis ke 50 wilayah negara bagian. 


Baru juga kemarin di MK ada sebuah permohonan untuk menguji pasal KUHP oleh seorang guru Besar tapi di batalkan karena “katanya” bukan wewenang MK. (Negative/positive legislator) 


Hukum menimbang Values of Religion (norma agama), living law (norma yang berkembang di masyarakat, kemudian Pancasila dalam memutus. 


Norma di masyarakat menjadi celah serius untuk membuat situasi menjadi “biasa” karena sudah sering terjadi. 


Beginilah Hukum warisan Kincir Angin yang dulu sejarahnya ada perdebatan pihak kerajaan dan parlemen yang “belok” dan akhirnya di menangkan parlemen. 


Saya tidak lagi menemukan kebijaksanaan dalam tubuh2 orang yang bijak. 



Perempuan Di Sudut Kelas 


Di tulis pada 27 Desember 2017


Kerut dahi dan peluh keringat

Tegas menampilkan rona merah alami di wajah.

Engkau berjalan sambil menyeka ponimu sesekali.

Gaung lorong karena sepatu kecilmu terdengar seperti keteraturan bunyi detik jam.


Tanganmu yang mungil mulai mengepal.

Dipukulnya pintu sambil melontarkan salam.

Ia masuk mengamati rupa wajah mana yang kembar pikirannya dengan ku.


Duduklah ia dengan kursi kayu yang berselimut ratapan mahasiswa sebelum dirinya dengan tinta putih maupun hitam. Meratapi betapa menyesalnya ia tidak hidup bebas. 

Namun, hal itu tidak memusingkannya karena ia berniat berpikir untuk tidak berpikir.


Dosen dengan gelar jemak 

Mulai datang memperhatikan mahasiswa dari pikiran maupun lekuk tubuh. 

Sesekali ia memandang wanita di sudut kelas menyepi, menyendiri tanpa koloni..


Ia melihat ada dua tumpukan buku di mejanya. 

Pertama Norwegian Wood karya Murakami...

Dan kedua Metamorphosis karya Kafka..


Wanita ini diam, penuh teka- teki. 

Nampaknya ia paham, maksudku berdiri hari ini..


Kenalkan namanya Florence, ibunya mengambil dari bahasa latin yang berarti Yang Sedang Mekar...


Tertawa

Ditulis pada 21 Januari 2018

Kita bisa membaca apapun buku yang kita mau,tapi belum tentu kita bisa memahaminya. 


Kita bisa mengutip utuh pemikiran tanpa melibatkan logika sebuah premis yang  ditulis penulis. Hal tersebut seperti memperkosa akal pikiran kita.


Kita bisa memilih diksi yang rumit agar terlihat intelek, namun nyatanya kata-katanya kemungkinan akan kehilangan makna di kuping pendengar


Kita bisa meyakini suatu kebenaran, saat hati menyatakan ketertarikan. Itu tidak bisa, Karena sifat Kebenaran akan selalu menyakitkan akhirnya.


Kita bisa membeli apapun untuk status sosial, namun kita lupa membeli kepedulian. 


Pada akhirnya kehidupan ini adalah sebuah lelucon, cukup dengan menjalaninya dan menjeda untuk menarik nafas, pertama untuk menghirup oksigen dan kedua untuk ancang-ancang menertawainya dengan kesungguhan. 







Dua Kisah Menyenangi Buku

Ditulis pada tahun 2018


ada dua hukum menurut saya mengenai kegemaran membaca berdasarkan pengalaman saya. hal yang pertama adalah kagum dengan retorika seseorang. 


gaya bicara seseorang dipengaruhi oleh isi kepalanya. bila dalam berbicara seseorang  terstruktur, koherensi kalimat yang di ucapkan, serta argumentasi yang disusun dengan logika dan data dapat dipastikan seseorang tersebut menyukai buku. 


perhatikan sejenak bagaimana dia bicara, tanyakan bagaimana berbicara itu. terutama buku apa yang dia baca. 



Pmeaengalaman kedua adalah motivasi jatuh ketika dalam debat. dalam sebuah perdebatan ilmiah ada dua hal yang diuji yaitu konsistensi pernyataan dan relevansi teori. pada masa itu saya belum menjadi pembaca yang baik (sampai sekarang) ketika forum tersebut berjalan data dan argumen saya habis "ditelanjangi" pertama karena teori itu sudah usang, dan tidak konsisten dalam pernyataan2. hal ini yang menyebabkan saya harus sering2 membaca, sering-sering untuk menyikapi persoalan, dan lebih bijak dalam menelaah persoalan-persoalan yang diangkat seseorang.

Marxis dan 0 Resultante

Ditulis 21 Mei 2018

Banyak muda-mudi belajar filsafat. 

ia mulai meragukan tuhan karena fikiran yang radikal. 

belajar filsafat memang menyentuh hal esensial. 

Tetapi filsafat hanyalah alat membedah fenomena secara kritis. 


Para Mahasiswa, Kaum intelektual banyak yang belajar Marxisme. baginya basis - basis materil yang bisa ditelaah sebagai objek fikirnya itulah hal yang utama, selain dari pada itu seperti hal-hal trasendental dipinggirkan sekalipun itu bertemali dengan alam sosialnya. 


contoh fenomena sosial beragama. yang dianggap bahwa agama adalah candu. padahal dalil itu adalah paradox pengetahuan.


pengetahuan akan menjadi paradox, objek yang diamati akan resisten 


Belajar saat Marx berpendapat bahwa akan ada revolusi ploretaliat di wilayah inggris, amerika, dan Jerman. hal itu tak terjadi sama sekali. karena negara2 tersebut belajar pada teori tersebut dan mempelajari interkorelasi antar hubungan2 sebuah revolusi ploletariat. 


akhirnya pengetahuan itu resultantenya 0 karena tak terbukti. 


Kelindan Buku dan Guru 

Ditulis pada 14 April 2018

Ketika coba meng-scroll web penjual buku ternama,saya melihat kembali susunan buku komik yang saya suka dahulu. tokoh dalam cerita tersebut adalah seorang remaja yang berada di dalam tubuh anak kecil akibat sebuah pil. Ia mencoba untuk menemukan penawarnya dan siapa organisasi dibalik obat tersebut. tapi ini bukan bercerita tentang itu. 


sebagai anak dari sepasang guru di masa saya kecil dan sekarang sungguh berbeda. di masa itu saya perengek yang handal bila diajak pergi oleh orang tua di pusat perbelanjaan. dimasa itu saya selalu merengek untuk minta di belikan apapun. pernah suatu ketika saya meminta suatu mainan tidak dituruti sampai menangis. hal itu berubah ketika saya meminta buku. saat ini orang tua saya membelikan buku sambil harap-harap cemas menengok dompetnya sebelum membelinya. 


mereka akan selalu berubah karena buku, sehingga pada masa itu bila saya tidak di belikan mainan asal di belikan buku cukup sebagai alasan berhenti menangis. 😄


ketika saya cukup dewasa kembali saya menanyakan kenangan tersebut jawabannya adalah "perut yang lapar, harus diisi makanan, kepala yang bebal harus diasupi ilmu pengetahuan"


di ruang ibu saya terdapat buku yang lumayan banyak ia kerap membaca ketika saya sekedar berkunjung ke sekolahnya di temani musik klasik. 


saya berada di dunia pendidikan sekarang di lingkungan pendidikan yang saya lihat memang kegemaran akan buku bisa terukur bila saya lihat dari lingkungan kerja saya.


Terkecoh Oleh Pendidikan

Ditulis tahun 2018

Terjadi mistifikasi/pengecohan dalam dunia pendidikan sehingga kita disajikan kesadaran yang artifisial. Kita diajarkan untuk menghemat SDA untuk keseimbangan alam, tapi dilain pihak eksplotiasi di perbolehkan. Atau misalnya kita diajarkan 5 sila dalam pancasila namun hanya sila pertama, dan ketiga yang selalu di pertontonkan sehingga saya pikir negara ini enggan untuk kemanusiaan, menjadi pemimpin yang bijak, dan keadilan sosial.


Guru tidak boleh mendistorsi pembelajaran. Guru harus senantiasa di didik agar nalar kritisnya terjaga . Proses mengajar dan belajar juga tidak boleh dikotomikan. Jangan jadi guru mahatau dengan hanya mengajar, beri kesempatan murid mempertanyakan hidupnya dengan belajar. 




Duta Baca Di Bungkam?

 Ditulis pada tahun 2017


Bisakah tidur mu nyenyak bila masyarakat dibuat bodoh secara sistemik dan bila kesadaran kolektif masyarakat akhirnya direnggut.


Media adalah alat untuk konstruksi realitas sosial.  bukan menjadi mitos dari pilar ke 4 demokrasi 


Pelik masalah di negeri ini bila elit terus berpikir bahwa membungkam adalah solusi. Rezim ini mulai melunturkan citra populistiknya. 


media telah membuat fakta menjadi lebih asing daripada fiksi, sehingga fiksi lebih enak dilihat dan didengar. 


Karena rakyat tidak diajarkan pelajaran logika di sekolah dalam menginternalisasi makna dan mengkonstruk ide! 

Kami di biarkan mengamini sesuatu. 

Imajinasi fiksi itu bak kenyataan ideal yang anti kritik !


Media tak punya teman setia dan tidak pernah punya teman ! Tenggelam dari bisikan- bisikan apa yang harus di produksi. Sehingga mereka menampilkan fakta mengenai citra diri demi kuasa di ibu pertiwi 


Terima kasih Najwa 

mudah-mudahan kami tak kembali bodoh !