Heidegger Dalam Sengkarut Teknologi


Aku berpikir maka, kopi aku ada. - Reszky Fajar


Kutipan tersebut merupakan sebuah pengembangan dari kutipan asli Cogito Ergo Sum (Aku Berpikir Maka Aku Ada)  dari Rene Descartes, saya tambahkan bumbu sedikit agak terlihat bahwa ada kelindan antara kegiatan berpikir dan ngopi yang tak bisa dipisahkan. 


Dalam dunia kini, terdapat pula kelindan antara kehidupan manusia dengan teknologi. Sistem teknologi dibuat untuk memudahkan pekerjaan manusia. Dewasa ini mulai dari mengurus perbankan, data kependudukan, urusan pekerjaan dan komunikasi dengan pasangan melalui perangkat digital yang didalamnya terdapat aplikasi yang bisa kita install untuk penunjangan kebutuhan hidup kita. 


Pertanyaan saya hari ini benarkah sistem teknologi yang menunjang urusan kehidupan kita terdapat dampak negatif? 


Menjawab hal demikian saya menggunakan pemikiran dari Heidegger, saya memulai dengan kutipannya,


“Dalam pesona teknologi modern, manusia lupa bahwa ia adalah makhluk yang bebas” 


Saat kita menggunakan perangkat teknologi, terdapat ilusi bahwa kita adalah tuan yang mengoperasikan sistem teknologi sesuai dengan kehendak kita, hal ini bisa dikatakan keliru. Manusia menerapkan sains dan teknologi terhadap dirinya sendiri, alhasil ia akan mereduksi dirinya sendiri menjadi serangkaian rumusan mode teknologis.


Sebagai contoh, Media sosial menggunakan algoritma untuk menampilkan konten yang dipersonalisasi berdasarkan perilaku dan preferensi kita. Seiring waktu, algoritma ini belajar tentang kita dan menghasilkan lebih banyak konten yang akan membuat kita terus berada di platform tersebut. Akibatnya, kita mungkin merasa bahwa kita mengoperasikan sistem teknologi tersebut, padahal sebenarnya sistem teknologi tersebut mengoperasikan kita.


Hal ini juga bisa mengarah pada efek buruk seperti ketergantungan pada media sosial dan pengaruh negatif pada kesehatan mental kita. Kita mungkin merasa terjebak dalam serangkaian rumusan mode teknologis yang mengurangi kebebasan dan kontrol kita terhadap penggunaan media sosial tersebut.


Manusia menjadi objek guna dari sistem teknologi tersebut, dan tentu saja pada akhirnya ia akan merasa tidak memiliki kontrol apa pun terhadap dirinya sendiri. Terdikte dengan keluaran yang dihasilkan oleh sistem teknologi tersebut. Heidegger menyebut bahwa teknologi digital menghantui (umtreiben) dan  mengepung kita dari segala sisi (umtreiben), ia memonopoli perhatian kita, kita pun sibuk dengannya.


Heidegger dengan sinisnya menyebut manusia merupakan budak teknologi modern, manusia kehilangan kebebasannya. Apa arti kebebasan menurut Heidegger, menurutnya kebebasan mencakup sikap keberjarakan diri, manusia berjarak dari sains dan teknologi bukan dengan cara melawannya, namun dengan cara membebaskan diri kita dari sikap memuja, Ia mempromosikan sikap kontemplatif terhadap sains dan teknologi modern yaitu Gelassenheit


Gelassenheit menurutnya menjadi disiplin untuk menajamkan kepekaan kita untuk bersikap membiarkan objek-objek teknologis masuk kedalam diri kita sehari-hari, sekaligus pula membiarkan mereka di luar. Hal ini menjadikan Gelassenheit merupakan sikap berjarak pasif aktif terhadap mode teknologis. Ia tidak menolak teknologi, seperti kaum mistikus dan juga tidak menolak keterandalan sains dan teknologi modern. Ia hanya menolak eksklusivitas mode teknologis yang pada akhirnya manusia menjadi terdikte karenanya. 


Nah, sampai sini bisa disimpulkan bahwa Heiddeger mengatakan ‘ya’ sekaligus ‘tidak’ terhadap teknologi. Hal tersebut mengundang pertanyaan kembali, seperti apa batasan-batasan manusia dalam mengakses teknologi? 


Dari sini saya menemukan bahwa Heidegger menjawab batasan-batasan penggunaan Galesainheist dengan penyingkapan diri  ‘Ada’ (sein).  ‘Ada’ menurut Heidegger bukanlah tuhan, melainkan berupa entitas. ‘Ada’ tidak didefinisikan dengan jelas oleh Heidegger, melalui sebuah kuliahnya di Freiburg Tahun 1941 Ia merumuskan "Ada adalah yang paling kosong dan paling umum, Ada adalah yang paling dapat dipahami dan paling usang. Ada adalah yang paling dapat diandalkan dan yang paling dapat dikatakan. Ada adalah yang paling dilupakan dan yang paling membatasi. Namun, pada saat yang bersamaan: Ada adalah kemelimpahan dan keunikan. Ada adalah jurang tanpa batas dan penyembunyian. Ada adalah pengingat dan pembebasan."


Heidegger mempunyai konsep ‘Ada’ yang diketahui olehnya, namun tesisnya tentang mode teknologis yang membuat manusia seperti budak modern, terasa relevan hingga hari ini. Batas-batas penggunaan teknologi saya serahkan kepada pembaca, untuk mendefinisikan ‘Ada’ sebagai keberjarakan yang dapat dipahami dengan mudah oleh pembaca. Seperti kutipan Immanuel Kant, Sapere Aude (Gunakan Pemahamanmu Sendiri) mulai harus dilakukan untuk telaah-telaah definisi yang tidak terdefinisikan oleh diri kita.