Hallo warga SMANSE.đ¤
Cerpen Karangan: Shendy Pratama Junianto
Kategori: Cerpen Misteri
Duduk di bangku SMA membuatku ingin segera menyelesaikan sekolah ini. Sangat tidak nyaman apalagi dengan matematikanya, membuatku ingin selalu tertidur dengan piyama dan bantal yang empuk. Meski begitu aku sekolah yang dibiayai harta peninggalan keluarga. Aku sudah tidak punya orangtua lagi, menjalani kehidupan yang kamu tidak tahu asal usulnya. Sebenarnya mudah bagiku untuk menghabiskan seluruh harta ini, tapi aku berpikir lagi bahwa lebih baik ku gunakan seperlunya saja. Pak Suman satu-satunya orang yang menjagaku, dia yang selalu ada dan merawatku dalam apa pun juga.
Akhir-akhir ini kepalaku sering sakit, muncul angka-angka yang tidak karuan setiap kali aku melamun bahkan intens ketika aku sedang belajar untuk ulangan. Angka pertama yang muncul dalam pikiranku adalah 0. Setelah beberapa kejadian munculnya angka dalam pikiranku, aku memutuskan untuk ke dokter. Hasil akhir dari dokter mengatakan bahwa tidak ada penyakit dalam diriku. Kalau ku hitung sudah ada 3 kali angka muncul, tetapi setiap angka berbeda pertama 0, kedua 1 dan ketiga 1 lagi. Ku pikir setelah angka 1 adalah 2 yang ke luar ternyata adalah 1 lagi. Dengan memanfaatkan perpustakaan di rumahku, aku mencari tahu apa yang terjadi. Pak Suman memberitahukan bahwa ada sebuah buku yang mungkin bisa saja membantu, tetapi buku ini adalah buku yang paling ku benci.
Matematika, itulah yang ku lihat dalam buku tua di perpustakaan. Sejenak aku berpikir kenapa harus tentang matematika. Tapi ilmu pengetahuan yang ada di buku ini masih belum cukup untuk mengetahui angka-angka tersebut, 0 1 1. Aku mulai membalikkan setiap deret angkanya tapi yang ku dapat nihil. Kembali aku mendapati angka yang muncul dan kali ini adalah 2. Setelah dua kali angka 1 akhirnya ke luar juga angka 2 untuk meneruskan deret angka yang umum. Sigap ku catat dan terus memikirkan apa sebenarnya arti dari angka-angka ini.
Ku letakkan tas dan buku di kamarku, sambil melihat langit-langit kamar aku tahu bahwa ini sulit. Selalu dihantui oleh angka yang terus bermunculan. Aku terbangun dari tidur pulasku lalu aku berjalan ke dapur, ternyata Pak Suman sudah menyiapkan teh. Lagi saat aku ingin meminum teh, muncul angka di atas air dan membuatku sontak terkejut hingga menumpahkan tehnya. Angka yang muncul adalah 3. Beristirahat sejenak untuk meringankan kepalaku dan juga jantungku, mencatatnya dalam buku saku kecilku.
Pagi ini adalah hari dimana aku harus menghadiri acara ulang tahun sahabatku. Pesta yang begitu meriah banyak sekali makanan dan minuman. Aku berjalan sambil melihat sekitar, dan kepalaku sangat sakit ada suara dengungan tiada henti. Ketika aku melihat orang-orang di pesta, aku melihat angkanya lagi, tapi ini berbeda dua angka sekaligus yang ke luar. Angka-angka itu adalah 5 dan 8. Setelah kejadian itu aku langsung ke rumah, ini aneh kenapa tidak ke luar angka 4, 6 dan 7. Sebagai angka yang umum dalam deret angka biasa. Hasilnya aku sudah mendapati 7 angka, 0112358.
Menulisnya dalam diary adalah satu-satunya caraku berbagi. Beberapa hari kemudian aku menemukan buku tua di perpustakaan, buku ini tidak bisa dibuka. Ku pikir aku simpan dulu buku ini, dan aku mulai mencari angin segar untuk memulihkan pikiranku. Ku dapati angka yang baru yaitu 13 di langit biru, apa ini kenapa angkanya 13. Sebelumnya adalah 5 dan 8 lalu sekarang 13 melewati beberapa angka. Kemunculan ini sudah terjadi 20 hari, ini sudah kelewatan. Aku pergi ke kamarku untuk mencatat kembali. Dan tiba-tiba suara misterius membisikkan ini adalah terakhir.
21 angka yang ke luar dari balik buku tua yang ku temukan kemarin. Aku langsung mengambil buku itu, ada kotak kotak kosong di luarnya. Ku pikir angka-angka ini adalah kode untuk membuka buku tua ini. Ku masukkan satu demi satu angka tersebut, dan angka terakhir 21 tidak memiliki tempat kosong dalam buku ini. Ini aneh kenapa harus berhenti di 21. Tiba-tiba buku tersebut terbuka. Aku melihat banyak sekali catatan dalam buku ini. Ini bukan buku biasa ini adalah diary seseorang. Tidak ini adalah diary orangtuaku. Aku terkejut diary ini menceritakan kisah mereka dan kelahiran seorang anak, matematika adalah kata yang paling banyak di dalam diary ini.
Ternyata kedua orangtuaku adalah Ilmuan dalam matematika. Dan aku masih bingung untuk apa angka 21 yang terakhir ke luar. Lembar demi lembar ku baca dan ada yang menarik. Ini 21 angka terakhir, matematika sangatlah unik mengajarkan bahwa angka itu bentuk dimana kamu harus berpikir. Aku menangis dan aku salah selama ini, 21 adalah angka perginya orangtuaku. Memang selama ini aku tidak mengetahuinya. Di angka 21 juga mereka menitipkan salam bahwa, âMatematika akan selalu membuatmu kuat dan mengingat kami.â
Selesai sudah angka-angka tersebut, aku mendapati semangat baru. Di hari yang 21 ini setelah aku mengalami kejadian tak terduga. Dari hal yang ku benci sekarang aku sangat menyukainya. Matematika deret angka adalah hal dimana aku bisa mengingat orangtuaku. Sungguh menyenangkan.
source: https://cerpenmu.com/cerpen.misteri/numbers.html
Halaman rumah Bu Resti terlihat asri dengan beberapa bunga mawar berbagai macam warnanya. Aku sering melihatnya dibalik pagar ketika berangkat ke sekolah. Yaa, antara rumahku dengan rumahnya hanya berjarak 500 meter, atau terhalang 2 rumah saja, yaitu rumah Pak Dibyo dan rumah Pak RT.
âMawar, tolong antarkan kue bolu caramel pesanan Bu Resti ya!â ujar ibu kepadaku.
âIya, BuâŚ,â ujarku dengan senang hati.
âJangan lupa bilang sama beliau, kembalian kue minggu lalu masih ada di ibu sekitar Rp. 20.000 lagi dan bolu caramel ini harganya Rp.55.000,â ujar ibu lagi. Aku menggangguk.
Segera aku bergegas pergi ke rumah Bu Resti, yang terbayang adalah bunga mawarnya yang indah bermekaran di halaman rumahnya. Apalagi tadi sore aku melihat mawar berwarna merah cabainya bermekaran indah sekali menambah semarak halaman rumahnya.
Ahh kebetulan sekali nampak Bu Resti sedang menyiram tanamannya. Mataku langsung berbinar melihat bunga-bunga mawar bermekaran.
âAssalamuaikumâŚ,â salamku di balik pagar rumah Bu Resti.
âWaalaikum salam, ohh Nak Mawar⌠ayok sini masuk, pasti bawa pesanan kue ibu yaa,â ujar Bu Resti ramah. Aku segera masuk ke halaman rumah Bu Resti dan memberikan kotak kue pesanannya.
âTunggu sebentar ya Nak Mawar,â pinta Bu Resti padaku. Aku mengangguk sambil tersenyum. Ini kesempatan bagiku menatap berlama-lama mawar Bu Resti. Ternyata ada mawar berwarna merah cabai, merah muda, putih dan ungu. Aku baru melihat mawar berwarna ungu. Cantik sekali. Bentuk kelopak mawarnya berbeda-beda ternyata, mungkin jenisnya juga berbeda walaupun masih satu varietas. Tetapi aku lebih tertarik pada mawar yang berwarna merah cabai. Terlihat ada 5 pohon mawar merah. 3 langsung di tanam pada tanah, yang dua ada di pot kecil.
âNak Mawar, ini uang kuenya,â ujar Bu Resti mengagetkanku.
âOh iya bu, kata mama uang kembalian ibu yang minggu kemarin masih ada Rp. 20.000 lagi, harga kue tadi Rp. 55.000, jadi Bu Resti hanya membayar Rp. 35.000 saja,â ujarku.
Nampak Bu Resti mengeluarkan uang pecahan Rp. 10.000 satu lembar, Rp. 20.000 satu lembar dan Rp. 5.000 satu lembar. Beliau memberikannya kepadaku.
âTrimakasih bu,â ujarku sambil menerima uang tersebut.
âSama-sama Nak Mawar,â ujar Bu Resti. Aku segera pamitan. Sebelumnya aku tatap mawar merah itu dengan mata berbinar, ahh esok pagi aku akan melihatmu lagi! Gumamku dalam hati.
âNak Mawar sebentar, tunggu!â ujar Bu Resti.
âAmbillah pot kecil mawar merah itu, hadiah buatmu anak manis,â ujar Bu Resti sambil mengambil pot kecil berisi bunga mawar merah cabai kesukaanku. Aku melompat kegirangan.
âTrimakasih buuu,â ujarku sambil menerima pot berisi bunga mawar tersebut. Aku segera bergegas pulang sambil menghitung bakal calon bunga mawar tersebut, ada 5 bakal calon bunga yang mungkin sekitar 3 hari ke depan sudah mulai mekar dengan sempurna.
Bu Resti melihatku berlalu dengan tersenyum.
source: https://www.gurusiana.id/read/susipurwanti/article/literasi-numerasi-melalui-cerpen-1-2608096