Makam Tumenggung Kolopaking merupakan Struktur Cagar Budaya tingkat kabupaten yang ditetapkan pada tanggal 23 Agustus 2024 melalui Surat Keputusan Bupati Kebumen Nomor 400.6.1/765 Tahun 2024.
Kompleks Makam
credit to @potretlawaskebumen on instagram
Nisan Makam Kolopaking I
credit to TACB Kab. Kebumen
Nisan Makam Kolopaking I dan Kolopakng IV
credit to TACB Kab. Kebumen
Pintu Masuk Kompleks Makam
credit to @potretlawaskebumen on instagram
NAMA OBJEK : MAKAM TUMENGGUNG KOLOPAKING
JENIS : STRUKTUR CAGAR BUDAYA
ALAMAT : KELURAHAN PANJER, KECAMATAN KEBUMEN, KABUPATEN KEBUMEN
NO SK/TAHUN PENETAPAN : 400.6.1/765/2024
Di ruang dalam bangunan Makam Tumenggung Kolopaking terdiri dari makam 5 buah makam, meliputi makam Kolopaking 1, Kolopaking 2, Kolopaking 3, Kolopaking 4, dan istri Kolopaking 1.
Di ruang utama yang berkelambu tertulis R.T. Kolopaking 1, berupa jirat batuan andesit solid yang diukir, terbagi menjadi 3 bagian, kaki tertulis nama Raden Toemenggoeng Kolopaking 1, kaki polos. Pada bagian tengah/badan, motif geometris/lingkaran timbul, sisi depan dan belakang 2, sisi samping kiri dan kanan 9 buah. Bagian atas motif sulur/flora, atasnya motif sisir kebalik. Nisan motif pelipit. Ukuran panjang 17 cm, tebal 8 cm, tinggi 30 cm. Selain itu juga terdapat Makam Kolopaking 4 (dalam 1 cungkup berdampingan), ukuran panjang 120 cm, 40 cm, dan lebar tinggi 90 cm. Makam Kolopaking 2, ukuran panjang 120 cm, 40 cm, dan lebar tinggi 90 cm. Makam Kolopaking 3 yang berada di luar cungkup namun masih dalam 1 bangunan, ukuran panjang 120 cm, 40 cm, dan lebar tinggi 90 cm.
Di dalam bangunan pada teras 1. terdapat makam keluarga Kolopaking lainnya berjumlah 14 buah (istri, anak, wayah), Pada Teras 2, ada 5 makam keluarga lainnya. Cungkup berukuran lebar 180 cm, panjang 230 cm, tinggi 245 cm, polos, tanpa hiasan. Material cungkup terbuat dari kayu nangka bercat coklat.
Bangunan berbentuk persegi panjang, terbuat dari bata, atap genteng, dinding bata dan kayu. Panjang bangunan teras 1: 10,44 m, lebar 4,93 m, Teras 2 : lebar 2,6 m, panjang 10,44 m
Batas sebelah timur merupakan bangunan makam Trah Wongsonegoro, panjang bangunan 11 m, lebar teras I, 4,93 m dan teras II, 2.6 m. Tetapi pada bangunan komplek makam Wongsonegoro menggunakan gaya tiang era kolonial, struktur dinding tembok timur tebal 57 cm. Di luar kedua komplek makam tersebut terdapat makam umum untuk warga sekitar.
Sebelum Kebumen ditetapkan sebagai administrasi baru pasca Perang Jawa berakhir (1830), Panjer adalah nama wilayah yang berada dalam kekuasaan Mataram. Tumenggung Kolopaking I-IV berkuasa di Panjer sampai pecah Perang Jawa. Kolopaking adalah perubahan nama dari “kalapa aking”. Saat terjadi pemberontakan Trunajaya (1677), Sunan Amangkurat menyingkir dari Plered dan tiba di Panjer.
Sunan Amangkurat menjadi segar badannya setelah meminum air kelapa aking (versi lain menyebutkan terkena racun) yang disuguhkan Ngabehi Kertawangsa. Jadilah julukan baru Ngabehi Kalapaking I alias Ki Gede Panjer Roma III. Dalam babad versi Banyumas, Kiai Kertawangsa (Kolopaking I) turut terlibat aktif dalam pencarian tanah peristirahatan bagi Sunan Amangkurat I yaitu di tegal arum atau Tegal
Kertawangsa berputra Bagus Mandangin (Mandingen) dan bergelar Kalapaking II alias Ki Gede Panjer Roma IV. Bagus Mandangin berputra Kertawangsa Sulaiman dan bergelar Kalapaking III alias Ki Gede Panjer Roma V (Tirtowenang Kolopaking, Sejarah Silsilah Wiraseba Banyumas: Kiai Ageng Mangir, Kolopaking, Arung Binang, Jakarta: Yayasan Trah Kolopaking, 2006)
Tokoh Kertawangsa Sulaiman yang bergelar Kalapaking III alias Ki Gede Panjer Roma V dalam Serat Sujarah Banyumas tidak disebut Kolopaking III melainkan Kertawangsa III. Yang berjuluk Kolopaking III adalah justru Kertawangsa IV.
Di masa Kertawangsa Sulaiman alias Kalapaking III (versi Kebumen) terjadilah Geger Pacina dan Kertawangsa Sulaiman terlibat membantu Pangeran Garendi yang bersekutu dengan pasukan Tionghoa. Dalam versi Kebumen yang ditulis oleh Alm. Tirtowenang Kalapaking beliau ini beristrikan wanita Tionghoa yang pernah menyamar sebagai prajurit Tionghoa lelaki. Namanya Tan Peng Nio (Teguh Hindarto, Dari Panjer Menjadi Kebumen: Sebuah Kronik Singkat - historyandlegacy - kebumen.blogspot.com).
Arti penting bagi Sejarah
Makam Tumenggung Kolopaking memiliki nilai penting sejarah terkait peristiwa dan tokoh Tumenggung Kolopaking dalam mengobati Raja Amangkurat I yang keracunan dengan menggunakan air kelapa aking ketika melarikan diri ke Batavia.
Arti penting bagi Ilmu Pengetahuan dan Pendidikan
Makam Tumenggung Kolopaking berkaitan dengan perkembangan sejarah Kabupaten Panjer dan motif ragam hias yang menjadi bahan pengembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan.
Arti penting bagi Agama
Makam Tumenggung Kolopaking menjadi lokasi ziarah/ wisata religi.
Arti penting bagi Kebudayaan
Makam Tumenggung Kolopaking berkaitan dengan pemerintahan tradisional pra pemerintahan Kabupaten Kebumen.