Makam Syech Anom Sidakarsa merupakan Struktur Cagar Budaya tingkat kabupaten yang ditetapkan pada tanggal 8 Juli 2025 melalui Surat Keputusan Bupati Kebumen Nomor 400.6.1/194 Tahun 2025.
Halaman utama makam
credit to TACB Kab. Kebumen
Nisan Makam Syech Anom
credit to TACB Kab. Kebumen
Manuskrip milik Keturunan
Syech Anom
credit to TACB Kab. Kebumen
Halaman kedua Makam
credit to TACB Kab. Kebumen
NAMA OBJEK : MAKAM SYECH ANOM SIDAKARSA
JENIS : STRUKTUR CAGAR BUDAYA
ALAMAT : DESA GROGOLBENINGSARI, KECAMATAN PETANAHAN, KABUPATEN KEBUMEN
NO SK/TAHUN PENETAPAN : 400.6.1/194/2025
Makam terawat, namun ditutupi unur (rumah rayap) yang menutupi nisan sisi utara. Nisan bermotif tumpal dengan hiasan kembang awan di sisi kanan-kiri.
Pada nisan sisi selatan terdapat sisa bakaran kemenyan. Makam utama ditutupi kelambu hijau dan putih. Cungkup terbuat dari kayu jati bermotif flora dengan ukuran : lebar 205 cm, panjang 245 cm serta tinggi 215 cm
Di bagian utara makam utama terdapat petilasan seorang ulama. Menurut cerita tutur dari Bapak Ali (pengelola makam) petilasan tersebut bernama Syech Subakhir.
Deretan makam di ruang utama terdiri dari nama-nama:
Roro Medem (istri), ukuran kijing/jirat : panjang:135 cm, lebar:56 cm, tinggi: 35 cm.
Syech Nuqoya (putra), ukuran kijing/jirat : panjang:110 cm, lebar: 46 cm, tinggi:35 cm.
Nyai Dayat (putri): ukuran kijing/jirat : panjang:110 cm, lebar: 46 cm, tinggi:35 cm.
Anonim: ukuran kijing/jirat : panjang:110 cm , lebar: 46 cm, tinggi:35 cm.
Di area luar makam utama (ruang kedua) terdapat sejumlah makam atas nama :
Kiai Sudarmin
Nyai Sudarmin
Kiai Ardamustofa
Nyai Ardamustofa
Kiai Sumeri
Kiai Zaunudin Sumedi
Nyai Rumini
Nyai Sukilah
Kiai Suhadin
Kiai Dimyati
Mbah Jarwan
Kiai Hasan Abdullah
Kiai Bakri
Nyai Hasan
Kondisi nisan di sisi kanan kiri makam utama sudah dikeramik.
Ada yang dipasangi kijing/jirat dan ada yang posisinya rata dengan lantai hanya diberi ruang persegi panjang seukuran makam lainnya.
Disisi selatan komplek makam utama terdapat sumur dan masjid. Masjid dan sumur sudah mengalami renovasi namun keberadaan sumur sejaman dengan keberadaan makam utama. Air dari sumur ini dialirkan menuju kompleks makam Syech Anom yang jaraknya ± 200 m. Makam berada pada kawasan dataran aluvial yang tersusun oleh sedimen pasir-lempung.
Di rumah Kyai Muhyidin (pengelola makam), terdapat naskah Pegon tertulis angka tahun 1871, yang saat ini disimpan oleh keturunan Syech Anom.
Lokasi makam dan Desa Grogol Beningsari berada pada dataran alluvial, yang tersusun oleh endapan limpasan sungai berupa sedimen pasir lepas bercampur lempung (Ansori, C, et.al, 2023).
Menurut keterangan pengelola makam ( Abu Cholid ) sejak dahulu makam ini sudah ada dan terawat dengan baik. Pada awalnya hanya berupa cungkup sederhana, sampai pada tahun 1982 dilakukan pemugaran makam pertama kali. Pemugaran tersebut meliputi makam dan cungkup sampai teras tengah yang terdapat pilar berukir. Tahun 2019 dilanjutkan renovasi kedua, bagian depan dengan pembiayaan donatur
Dilansir dari laman aroeng-binang.blogspot.com, bapak Muhyidin merupakan keturunan ke-12 dari Syekh Anom Sida Karsa. Meneruskan kisah dari para orang tua bahwa Syekh Anom Sida Karsa adalah asli keturunan Raden Patah dari Demak. Silsilahnya adalah Brawijaya V - Raden Patah - Sultan Trenggono - Sunan Prawoto - Pangeran Kediri - Pangeran Sudarmo - Pangeran Anom atau Syekh Anom Sida Karsa.
Semasa hidupnya, Syekh Anom Sida Karsa terkenal memiliki kelebihan. Kabar tersebut sampai ke telinga gerombolan kecu di Ambal. Mereka datang menyatroni rumah Syekh Anom, dengan jumlah sekitar 200-an orang. Sampai di lokasi mereka melihat ada keanehan, yaitu meskipun rumah Syekh Anom miring ke arah utara, namun justru yang di sebelah selatan yang disangga kayu. Para berandal itu pun menganggap pemilik rumah sudah tak waras lagi.
Ketika Syekh Anom Sida Karsa mempersilahkan rombongan kecu masuk ke dalam rumah, lagi-lagi mereka menganggap tuan rumah tak waras. Bagaimana mungkin rumah sekecil itu sanggup menampung gerombolan yang berjumlah demikian banyak. Namun ketika akhirnya masuk, ternyata dalam rumah itu luas sekali. Seluruh gerombolan hanya memenuhi satu pojok rumah saja. Barulah para berandal itu sadar bahwa Syekh Anom bukan orang sembarangan.
Berandal itu dijamu makan oleh Syekh Anom, satu hal yang selalu dilakukannya pada setiap tamu yang datang ke rumahnya. Makanan selalu ada untuk berapapun tamu yang datang setiap harinya. Para gerombolan kecu dipesan agar tidak membuang tulang ayam ke lantai. Namun seorang di antara mereka dengan sengaja membuang tulang ayam ke lantai. Dalam sekejap tulang itu berubah menjadi ayam lagi. Akhirnya para berandal itu pun takluk kepada Syekh Anom.
Sementara itu dilansir dari laman santossalam.blogspot.com diperoleh keterangan mengenai sejarah yang bersifat fragmentaris dari Syaikh Anom Sidakarsa. Beliau diyakini sebagai salah seorang wali yang ikut berperan serta dalam penyebaran agama Islam di wilayah Kebumen. Nama aslinya adalah Dullah Sidiq dan hidup pada zaman Hamengku Buwono ke- IV (Jika benar keterangan ini, maka Syech Anom hidup di era tahun 1814-1822). Meskipun berdarah biru, beliau lebih memilih untuk menyebarkan Agama Islam daripada mementingkan jabatan.
Sebelum singgah di wilayah Petanahan, beliau pernah babad alas di daerah Demak. Selain itu beliau juga pernah singgah di daerah Sumpyuh - Banyumas, dan sempat kembali ke Demak. Namun kemudian beliau melanjutkan dakwahnya menyebarkan Islam hingga sampai wilayah Petanahan - Kebumen dan akhirnya menetap di tempat yang sekarang termasuk desa Grogol Beningsari sampai beliau wafat.
Semasa hidupnya, Syaikh Anom Sidakarsa pernah berguru kepada Syaikh Abdul Awal di Kebonsari. Sebagaimana gurunya, banyak kisah-kisah yang berkaitan dengan karomah dan kewalian Syaikh Anom Sidakarsa yang melegenda. Salah satunya adalah saat beliau menyusul gurunya pergi ke Makkah hanya dengan naik bekong (tempat beras) atau dalam kisah lain naik mancung kelapa seperti halnya gurunya.
Oleh karena cerita itulah kemudian menjadi dasar terciptanya nama Syekh Anom Sidakarsa yang mempunyai arti, kata sida berarti jadi dan karsa berarti kesampaian. Sumber lain menyebutkan bahwa nama Syeh Anom Sidakarsa tersebut diketahui dari seseorang yang selama dua tahun berturut-turut melakukan riyadloh di makam tersebut pada tahun 1935. Orang itu yakni almarhum Simbah Chamid dari Kajoran Magelang.
Jika melihat corak dan motif nisan yang mengikuti pola Hanyakrakusuman dengan keterangan sejarah di atas, nampak ada kesenjangan waktu. Tidak ada kepastian tarikh karena tidak dijumpai inskripsi apapun yang menerangkan tahun wafat Syech Anom.
Arti penting bagi Sejarah
Keberadaan makam Syech Anom yang bermotif tumpal, membuktikan bahwa telah ada sebaran agama Islam di daerah Petanahan pada Abad ke-18.
Arti penting bagi Ilmu Pengetahuan dan Pendidikan
Keberadaan Makam Syech Anom Sidakarsa dan adanya Manuskrip Sidakarsa (Aksara pegon) menjadi sarana edukasi mengenai penyebaran agama Islam di wilayah Kebumen.
Mengenalkan sebaran motif nisan tumpal di Kebumen.
Arti penting bagi Agama
Menjadi obyek wisata religi / spiritual.
Arti penting bagi Kebudayaan
Sebagai tokoh yang dihormati dalam tradisi masyarakat lokal. Keberadaan makam menjadi pusat kegiatan adat dan spiritual yang memperkuat identitas lokal.