Didalam dunia sound system ada kalimat kutipan lama yang berbunyi, “Sebaik baiknya sistem kalian adalah sebaik komponen terlemah didalam rantai sinyal.” Hal ini sangat betul didalam sebuah sistem pengeras suara. Speaker adalah komponen terakhir didalam rangkaian sistem dan bertanggung jawab langsung terhadap semua hasil komunikasi antar perangkat mulai dari awal rantai sinyal.

Lebih dari hanya sekadar menyalurkan suara kedalam sebuah ruangan, mereka sebenarnya telah menjadi elemen fisik yang hidup, secara dinamis berinteraksi dengan sekelilingnya. Dengan kata lain, apa yang biasanya kalian dengar dari sebuah speaker itu lebih dari sekadar suara yang keluar dari sana, kalian juga mendengar apa yang terjadi disaat output suara itu merambat melalui ruang.

Memilih sistem sistem tata suara yang “tepat” bukan perkara mudah, dan bisa jadi ada lebih dari satu solusi yang tepat guna. Jenis fitur program yang dibutuhkan didalam layanan kebaktian gereja adalah satu hal; sifat alami dari akustik ruangan adalah hal lainnya. Maslaah anggaran hampir selalu menjadi faktor penting yang mempengaruhi pemilihan model pengeras suara. Estetika adalah pertimbangan lainnya.Satu hal yang pasti adalah setiap situasi pemakaian yang berbeda akan membutuhkan pendekatan sistem yang berbeda juga. Itulah mengapa jenis jenis dan opsi pemasangan speaker terus berkembang untuk aplikasi rumah ibadah khususnya gereja, termasuk :

Speaker Point Source. Sebuah sistem pengeras suara berdesain dua atau tiga arah. Model ini tipikalnya mampu menyediakan koherensi sebaran suara yang sangat baik dibanding dengan sistem multi kabinet (dengan asumsi dirancang dengan baik), dan menyediakan beragam jenis konfigurasi, level performa dan titik harga.

Speaker Column Array. Sebuah sistem pengeras suara yang tipikalnya terdiri dari beberapa komponen penggerak berukuran kecil yang disusun secara vertikal dalam satu buah kabinet. Speaker ini paling bagus digunakan untuk berbicara atau pidato dan memiliki faktor bentuk yang langsing dan tidak mengganggu pandangan. Beberapa model juga sudah memiliki kemampuan pemrosesan sinyal audio digital yang memungkinkan output suaranya untuk disetir atau arahnya difokuskan dengan lebih presisi pada area cakupan yang diinginkan.

Sistem Speaker Terdistribusi. Beberapa unit speaker (biasanya beruuran kecil) disebar diseluruh area cakupan. Biasanya pengeras suara jenis ini dipakai bersama sama dengan sebuah sistem speaker utama untuk menyediakan cakupan tambahan ke area area yang sulit dijangkau. Sistem speaker ini unggul sebagai solusi untuk ruangan yang sulit secara akustik atau yang bentuknya tidak biasa, namun bisa malah menambah kerumitan, membutuhkan pemrosesan sinyal digital dan proses tuning yang cukup banyak.

Sistem Speaker Cluster. Beberapa speaker point source yang digrup menjadi satu, terkadang menyertakan speaker corong atau kabinet subwoofer. Ini adalah opsi yang sangat fleksibel dalam mendapatkan cakupan suara yang diinginkan dan menyediakan daya output akustik yang tinggi. Namun , seringkali mereka membutuhkan perancang sistem yang ahli agar bisa tampil bagus, dan kadang tidak begitu enak dilihat. Alhasil, speaker cluster lebih sering disamarkan, yang bikin tambah rumit dan menambah biaya.

Speaker Line Array. Sistem pengeras suara multi arah yang dirancang spesifik untuk disusun secara vertikal. Selama lebih dari 20 tahun, line array telah menjadi pilihan yang sangat populer untuk aplikasi sound system gereja. Sistem ini menawarkan fleksibilitas yang baik dalam mencapai cakupan suara yang diinginkan, keluaran akustik yang sangat tinggi dan koherensi suara yang baik ketika diterapkan dengan tepat. Kekurangannya adlaah susunan speaker line array bisa menjadi sangat besar dan kurang menyatu dengan dekorasi ruangan, dan oleh karena banyak unit speaker yang dibutuhkan, biaya akan naik banyak.

Selain itu, model speaker line array yang sudah dilengkapi dengan power amplifier dan pemrosean DSP mereka sendiri (biasa disebut dengan aktif) telah bertambah banyak secara dramatis. Mereka mampu menyalurkan performa yang sangat bagus karena semua elemen dapat dioptimasi untuk bekerja bersama sama, dan karena mereka adalah sistem yang “tertutup”, kecil kemungkinan perubahan perubahan yang tidak disengaja akan merubah kinerja dari sistem.

Speaker aktif juga bisa mengurangi atau menghilangkan kebutuhan akan rak amplifier dan tarikan tarikan kabel yang panjang. Sebaliknya, daya listrik AC harus berada didekat lokasi speaker. Dengan perencanaan yang mumpuni hal ini mudah diatasi untuk konstruksi bangunan yang baru, tapi mungkin akan membutuhkan lebih banyak usaha untuk bangunan yang sudah lama.

Faktor Teknologi

Mari kita lihat spesifikasi spesifikasi utama dari speaker sound system, mulai dari yang paling sering disalah pahami : watt. Angka 5,000-watt tidak lebih dari kemampuan speaker dalam menangani daya audio sampai 5,000 watt.

Namun ini tidak bisa jadi acuan kalau dengan daya sebesar itu speaker akan menjadi sekencang apa. Disinilah fungsi dari spesifikasi nilai sensitivitas, yang tertera dalam decibel (dB) tentang berapa kencang sebuah transduser akan berbunyi ketika diberi sinyal masukan, biasanya direferensikan sebagai 1 watt dari sinyal masukan dan diukur pada jarak 1 meter dari komponen penggerak.

Sederhananya, semakin tinggi angkanya, semakin kencang keluaran suaranya. Dan, sebuah speaker dengan nilai watt yang lebih kecil tapi dengan sensitivitas yang lebih tinggi bisa bersuara lebih kencang dibanding speaker yang watt nya lebih besar namun sensitivitasnya rendah.

Perhatikan kalau pengukuran dB menggunakan sebuah skala logaritmik dimana setiap penanda pada skalanya adalah tanda sebelumnya yang dimultiplikasi oleh sebuah nilai atau angka. Dalam decibel, peningkatan sebesar 10 dB dalam level itu kira kira sama dengan “penggandaan” dari kekencangan suara yang dirasakan. Jadi, jika ada sebuah speaker yang mempunyai nilai SPL sebesar 80 dB dan yang lainnya 90 dB, speaker yang kedua akan terdengar dua kali lebih kencang saat didengar oleh telinga orang rata rata pada umumnya.

Spesifikasi penting yang berikutnya adalah pola cakupan, tercatat dalam sudut vertikal dan horisontal yang merujuk kepada garis tengah dari kabinet speaker. Kuncinya disini adalah untuk mengingat kalau karakteristik dispersi adalah tergantung frekuensi, yang artinya sebuah pengeras suara mengeluarkan pola pola yang berbeda pada frekuensi yang berbeda pula.

Contohnya, sebuah speaker 2 arah model biasa dengan sebuah komponen woofer 15 inci dan penggerak kompresi yang terpasang pada sebuah corong pemandu gelombang suara tercatat memiliki pola cakupan 90 derajat horisontal x 60 derajat vertikal (90° x 60°), namun frekuensi rendah yang dihasilkan oleh woofer pada dasarnya menyebar kesegala arah ( omnidireksional).

Hasilnya, pola cakupan yang tertera dalam spek mungkin tidak akan tercapai sebelum titik dimana frekuensi yang lebih tinggi memancar dari penggerak kompresi/corong, kontrol pola cakupan yang lebih ketat itu penting untuk dua alasan. Pertama, kalian ingin energi audio untuk menyebar kearah lokasi pendengar sementara menghindari dinding dan langit langit dimana suara yang keluar akan memantul kesana kemari. Energi pantulan suara ini akan banyak mengurangi tingkat kejelasan dan kejernihan suara.

Yang kedua, kalian mungkin perlu menempatkan beberapa unit speaker berdampingan satu sama lain (secara cluster) jadi mereka bisa mencakup area yang lebih lebar. Dengan mengetahui pola cakupan dari speaker akan membantu kalian dalam hal ini, dan semakin pola sebarannya terkontrol, semakin minimal masing masing speaker akan menganggu satu sama lainnya.

Dengan sinyal audio yang sama memancar dari dua transduser atau lebih (woofer dan penggerak kompresi) dalam sebuah pengeras suara yang tipikal, suara dari masing masing transduser yang sampai ke kuping pendengar akan memiliki sedikit perbedaan waktu. Tergantung pada frekuensi dan jarak antara komponen speaker, sinyal akan keluar dari fase satu sama lain, dengan acuan kepada pendengar.

Gangguan ini disebut dengan penyaringan sisir atau comb filtering, dan hal ini dapat membangun (additif) atau merusak (subtraktif), mengubah kualitas audio tergantung dari lokasi pendengar. Didalam ruangan indoor, dimana kita mendengar campuran dari suara langsung dan pantulan, comb filtering juga dapat terjadi karena suara pantulan mencapai kuping kita pada waktu yang berbeda dengan suara langsung. Hati hati untuk tidak meniban pola cakupan speaker dan jaga energi yang tidak diinginkan dari pembatas ruangan dapat meningkatkan kualitas audio kalian.

Dengan semua pilihan dan faktor faktor tersebut (dan banyak lagi) yang mempengaruhi, memilih sistem speaker untuk sebuah gereja bisa jadi sangat merepotkan. Saran saran berikut ini dimaksudkan untuk membantu kalian kearah yang benar, apapun jenis sound system yang kalian evaluasi.

Sangat disarankan untuk bekerjasama dengan konsultan / kontraktor atau integrator sound system yang berkualifikasi untuk menjamin hasil yang optimum, dalam kedua hal memilih dan instalasi yang aman.

Yang terakhir, ingat kalau pabrikan sound system yang berkualifikasi selalu menyediakan layanan teknikal dan purna jual baik. Salam