A. Kompetensi Dasar3.3 Mengidentifikasi informasi, yang mencakup orientasi, rangkaian kejadian yang saling berkaitan, komplikasi dan resolusi, dalam cerita sejarah lisan atau tulis.
B. Tujuan PembelajaranSetelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mampu:(1) mendata informasi penting dalam teks sejarah (novel);(2) mengidentifikasi struktur teks cerita sejarah (novel); dan(3) membedakan teks cerita sejarah (novel sejarah) dengan teks sejarah.C. Uraian Materi Pernahkah kamu membaca novel yang berlatar belakang sejarah? Misalnya, novel Arus Balik dan Mangir karya Pramoedya Ananta Toer atau novel-novel sejarah lain yang berlatar belakang sejarah Kerajaan Majapahit berjudul Kemelut Majapahit karya SH. Mintarja. Membaca novel (termasuk novel sejarah) dapat dilakukan dengan cepat. Perlu diusahakan agar membaca novel selesai dalam satu kurun waktu tertentu. Misalnya, satu jam selesai sebagai tahap pengenalan dengan membaca cepat. Perlu ditumbuhkan kesadaran terhadap diri sendiri bahwa membaca pada mulanya berat, tetapi jika sudah terbiasa akan menjadi ringan. Orang-orang yang sudah terbiasa membaca akan dengan mudah membaca novel dengan cepat. Novel sejarah dapat dikategorikan sebagai novel ulang (rekon). Supaya tidak terjadi kesalahpahaman atas frasa “novel ulang”, berikut ini penjelasan tentang jenis-jenis novel ulang. Berdasarkan jenisnya, novel ulang terdiri atas tiga jenis, yakni rekon pribadi, rekon faktual, dan rekon imajinatif.- Rekon pribadi adalah novel yang memuat kejadian dan penulisnya terlibat secara langsung.
- Rekon faktual (informasional) adalah novel yang memuat kejadian faktual seperti eksperimen ilmiah, laporan polisi, dan lain-lain.
- Rekon imajinatif adalah novel yang memuat kisah faktual yang dikhayalkan dan diceritakan secara lebih rinci.
Berdasarkan penjelasan di atas, novel sejarah tergolong ke dalam rekon imajinatif. Artinya, novel tersebut didasarkan atas fakta-fakta sejarah yang kemudian dikisahkan kembali dengan sudut pandang lain yang tidak muncul dalam fakta sejarah. Misalnya, kegemaran, emosi, dan keluarga. Dalam menikmati novel sejarah, mula-mula kamu membacanya secara cepat. Dalam hal ini kamu dapat mengamati bagian tokoh sejarah yang dikisahkan, karakter yang digambarkan, dan kejadiannya. Misalnya, setelah membaca novel Kuantar ke Gerbang karya Ramadhan K.H. terbitan Sinar Harapan tahun 1981, kamu mampu mengenali bahwa novel ini sangat dekat dengan sejarah. Data-data faktual, seperti tempat kejadian dan tokohnya, benar adanya. Ramadhan K.H. kemudian merekonstruksinya menjadi novel. Novel ini mengisahkan cerita romantis Ibu Inggit dengan Soekarno (Bapak Proklamator Indonesia). Imajinasi pengarang muncul saat ingin memberikan makna tentang peran Ibu Inggit dalam pembentukan seorang pribadi yang kelak akan menjadi presiden pertama negeri ini. Ibu Inggit-lah yang mengayomi, memelihara, dan mengantar Soekarno ke dalam kedudukannya sebagai tokoh nasional. Peran ini bukanlah sebagai “kawan politik”, tetapi sebagai dua sosok yang saling memahami. Inggit Garnasih yang usianya 12 tahun lebih tua dari Soekarno berperan sebagai istri, kawan, dan ibu yang menginginkan setiap suami, sahabat, dan anaknya sukses dalam kehidupannya. Peran ini dapat dijalankan secara simpatik oleh Inggit. Soekarno di dalam asuhan kejiwaan ibu Inggit dapat diantarkan ke pintu gerbang pucuk pimpinan nasional. Secara simbolis mengandung makna bahwa Ibu Inggit benar-benar mendampingi suaminya selama masa terberatnya dalam perjuangan. Soekarno dibentuk oleh Ibu Inggit menjelma menjadi pimpinan bangsa. Inilah yang diimajinasikan oleh pengarang, yang secara historis, simbolisasi ini tidak muncul dalam buku-buku sejarah tentang Soekarno dan tentang Inggit Garnasih: bahwa Ibu Inggit memegang peranan besar dalam riwayat pembentukan negeri ini. Hanya perannya tidak muncul ke publik karena lebih banyak di belakang layar, “bagai seorang ibu yang hanya memberi, tetapi tak pernah meminta”. Ibu Inggit adalah Ibu Indonesia dalam menjelmakan seseorang menjadi pemimpin besar. Plot penceritaan novel sangat bergantung pada tokoh Soekarno selama perjuangannya untuk menjadi tokoh politik penting Indonesia. Tokoh Inggit menjadi “saksi mata” atas semua novel. Teknik orang pertama (aku) yang digunakan hanya untuk mengisahkan kejadian di sekitar Soekarno dan bukan tentang dirinya sendiri. Melalui teknik ini, pengarang lebih dapat mengungkapkan perasaan dan pikiran seorang istri pejuang nasional yang kurang dikenal secara publik.StrukturTeks cerita sejarah, seperti cerita lainnya (novel, cerpen, dll) termasuk dalam kategori cerita ulang. Sehingga, baik teks cerita sejarah ataupun novel sejarah memiliki struktur teks yang sama, yakni: orientasi, pengungkapan peristiwa, konflik, komplikasi, evaluasi, dan koda. Berikut adalah struktur teks cerita sejarah menurut Kemdikbud (2017, hlm. 43).- Pengenalan situasi cerita (orientasi, exposition)
Pada bagian ini, penulis mulai memperkenalkan latar belakang baik waktu, tempat, maupun lokasi dan awal mula kejadian atau peristiwa. Tokoh dan hubungan antartokoh juga mulai diperkenalkan dengan cara yang sesuai dengan kebutuhannya.- Pengungkapan peristiwa
Bagian ini mengungkapkan peristiwa atau kejadian awal yang berpotensi menimbulkan berbagai masalah, pertentangan, atau kesukaran yang menghadang tokoh, terutama tokoh utama (protagonis).- Konflik (rising action)
Disini terjadi peningkatan masalah, pertikaian atau peristiwa lainnya yang menyebabkan kesukaran tokoh ikut meningkat pula.- Puncak Konflik (komplikasi)
Merupakan bagian yang paling mendebarkan, menghebohkan dan memuncak dari masalah, pertikaian atau peristiwa lainnya yang dihadapi oleh para tokohnya.- Penyelesaian (resolusi)
Jika tidak diikuti oleh koda, biasanya bagian ini adalah akhir dari cerita (ending) yang berisi pengungkapan bagaimana tokoh utama dan tokoh lainnya menyelesaikan berbagai permasalahan yang menimpanya. Terkadang dapat melalui penjelasan maupun penilaian terhadap nasih dan sikap yang dialami oleh tokoh-tokoh yang terlibat dalam peristiwa.- Koda
Merupakan komentar yang membahas kembali isi semua peristiwa dan perilaku tokoh yang terlibat. Terkadang bagian ini memberikan interpretasi amanat, tetapi tidak disarankan. Lebih baik biarkan pembaca menyimpulkannya sendiri. Bagian ini adalah opsional, terkadang koda digunakan untuk membuat semacam teaser untuk buku lanjutannya, dsb.