A. Tujuan Pembelajaran Memahami dan menguraikan peran tokoh dalam cerita beralur kompleks dan menghubungkannya dengan unsur parateks. B. Uraian Materi Kalian tentu telah memahami bahwa cerita fiksi dibangun oleh unsurunsuryang disebut unsur instrinsik. Unsur instrinsik terdiri atas tema, tokoh dan penokohan/perwatakan, latar (setting), alur/plot (jalan cerita), dan sudut pandang.
Pada pembelajaran di awal Bab 4 ini kalian akan dikenalkan dengan sebuah novel bertema perundungan. Novel ini tergolong beralur kompleks yang menyajikan beberapa tokoh dan perwatakannya masing-masing.
Perwatakan ialah cara penulis/pengarang menggambarkan tokohtokoh di dalam cerita. Semua peristiwa di dalam cerita terjadi karena aksi atau peran dari tokoh-tokohnya. Karena itu, perwatakan berfungsi menggerakkan alur/plot cerita.
C. Mengungkap Perwatakan Tokoh dalam Cerita a. Tokoh dan Watak Tokoh dalam Cerita Menurut Abram (1981:20) yang dikutip Nurgiyantoro (2000:165) tokoh cerita adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu, seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Adapun istilah penokohan memiliki pengertian yang lebih luas. Penokohan meliputi siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan, dan bagaimana memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca. Penokohan sekaligus menyaran pada teknik perwujudan dan pengembangan tokoh dalam sebuah cerita.Tokoh-tokoh dalam cerita fiksi dapat dibedakan ke dalam beberapa sebutan bergantung sudut pandangnya. Dilihat dari segi peranan atau tingkat pentingnya tokoh, ada yang disebut tokoh utama (central character/ main character) dan tokoh tambahan (peripheral character).Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam cerita yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Sementara itu, tokoh tambahan adalah tokoh yang pemunculannya sedikit, tidak dipentingkan, dan kehadirannya hanya jika ada keterkaitannya dengan tokoh utama, secara langsung atau tidak langsung. b. Teknik Penggambaran Watak TokohKarakter atau perwatakan tokoh di dalam cerita dapat digambarkan melalui dua cara, yakni 1) Teknik AnalitikTeknik analitik disebut juga teknik ekspositori. Melalui teknik ini pengarang melukiskan tokoh cerita dengan memberikan deskripsi, uraian, atau penjelasan secara langsung. 2) Teknik DramatikTeknik dramatik adalah pengambaran watak tokoh secara tidak langsung. Pengarang tidak mendeskripsikan secara eksplisit sifat, sikap, dan tingkah laku tokoh. Watak tokoh digambarkan melalui dialog antartokoh, tanggapan tokoh lain, perbuatan tokoh, pikiran tokoh, atau melalui peristiwa yang terjadi. Teknik dramatik ini dapat diidentifikasi melalui penggambaran berikut.
Senandika adalah pembicaraan tokoh dengan dirinya sendiri. Hal ini biasa terdapat pada cerita yang menggunakan sudut pandang orang pertama atau gaya akuan.
Dialog tokoh adalah pembicaraan antartokoh di dalam cerita yang dapat menggambarkan pikiran dan perasaan setiap tokoh cerita.
Tindakan atau perilaku tokoh adalah penggambaran keputusan-keputusan yang diambil tokoh ketika menghadapi suatu konflik di dalam cerita.
Penggambaran fisik dan watak tokoh oleh penulis/ pengarang sendiri melalui deskripsi.
Tokoh dalam cerita haru mampu memikat pembaca. Pemikatantersebut dapat dibangun mulai dari pemberian nama tokoh dan pembentukan karakter yang kuat. Sebab, tokoh dalam cerita mengemban suatu tugas, yakni menyampaikan pesan tersirat yang ingin diungkapkan pengarang (Nurgiyantoro, 2000: 165).
c. ParateksParateks merupakan verbal material atau material-material lain yang mendampingi sebuah teks dan penyajiannya (Genette, 1997). Ini tentu saja biasa muncul dan menjadi penting dalam penyajian sebuah karya sastra. Genette membedakan antara epiteks dan periteks; yang pertama merupakan unsur yang berjarak di luar karya sastra seperti wawancara dan kritik karya sementara yang kedua mewujud dalam karya seperi ilustrasi, sampul, glosari, kata pengantar, pengantar penerjemah, blurb (uraian singkat, testimoni) dan lainnya (Sahin, 2014: 55).
Untuk menganalisis sebuah karya sastra dengan pendekatan parateks, tentu saja pengumpulan verbal material atau material lainnya yang mendampingi sebuah karya menjadi langkah pertama. Bila sebuah karya sastra merupakan hasil dari terjemahan, maka sangat penting untuk membandingkan verbal material teks asal dengan terjemahannya.Â
Langkahkedua bisa dilakukan dengan membandingkan setiap penerbitan karya sastra dari cetakan pertama hingga terakhir. Dengan ini, peneliti bisa menemukan perbedaan pada setiap penerbitan. Menurut Genette, parateks dapat berubah bergantung pada periode, genre, dan budaya (Genette, 32).
Langkah ketiga baru kemudian menganalisis perbedaan-perbedaan yang ada pada elemen material parateks tadi. Bisa juga dengan menganalisis satu karya sastra dengan melihat konteks kesejarahan, sosial, ideologi, dan konteks politik dalam penerbitan karya. Tentu saja ini membutuhkan alat bantu baru di luar parateks itu sendiri karena pada dasarnya parateks terkonsentrasi pada analisis verbal material atau material lain dalam karya.
Pembelajaran 2: Menulis Tanggapan tentang Perundungan Secara Kreatif a. Pengertian ResensiMenurut Hudzaifah (2008:1) resensi (review, recentie) adalah tulisan yang berisi penilaian tentang kelebihan atau kekurangan sebuah karya tulis (buku), karya sastra (novel), atau karya seni (film, sinema). Biasanya mengandung penilaian tentang tema dan isi, kritikan, dan dorongan kepada publik tentang perlu tidaknya membaca atau menonton karya tersebut. Langkah pertama menulis resensi adalah dengan membaca dan memahami isinya secara kritis. Pembahasan mengenai baik buruk buku tersebut akan dapat diketahui jika kita telah membaca dan memahaminya secara baik. b. Tujuan ResensiMenurut Samad (1997:2) resensi buku memiliki tujuan:
Memberikan informasi atau pemahaman yang komprehensif tentang apa yang terungkap dalam sebuah buku.
Mengajak pembaca untuk memikirkan, merenungkan, dan mendiskusikan lebih jauh fenomena atau problema yang muncul dalam sebuah buku.
Memberikan pertimbangan kepada pembaca apakah sebuah buku pantas mendapat sambutan dari masyarakat atau tidak.
Menjawab pertanyaan yang timbul jika seseorang melihat buku baru terbit.
Untuk yang membaca resensi, pembaca akan mendapatkan bimbingan dalam memilih buku-buku atau jika tidak ada waktu untuk membaca buku maka dapat membaca resensi.