A. Kompetensi Dasar 4.9 Mengkonstruksi sebuah cerita pendek dengan memerhatikan unsur- unsur pembangun cerpen. B. Deskripsi Singkat Materi Pada kegiatan pembelajaran sebelumnya, kalian sudah menganalisis unsur pembangun dalan cerita pendek. Kegiatan pembelajaran 2 ini, kalian akan mengontruksi cerita pendek dengan memerhatikan unsur-unsur pembangunnya. Dengan demikian hasil konstruksi akan menjadi baik karena menyertakan semua unsur pembangun dala cerpennya. C. Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mampu:
menentukan topik tentang kehidupan dalam cerita pendek;
menyunting cerita pendek dengan memperhatikan unsurunsur pembangun.
D. Uraian Materi Menentukan Topik tentang Kehidupan dalam Cerita Pendek Topik cerpen dapat diambil dari kehidupan diri sendiri ataupun pengalaman orang lain. Tugas seorang penulis cerpen adala memperlakukan pengalaman itu sesuai dengan emosi dan nuraninya sendiri. Unsur emosi memang penting dalam menulis cerpen. Kata-kata yang tidak mampu membangkitkan suasana ”emosi”, sering membuat karangan itu terasa hambar dan tidak menarik. Namun demikian, katakata tersebut tidak harus dibuat-buat. Kata-kata atau ungkapan yang kita pilih adalah kata-kata yang mempribadi. Kata-kata itu dibiarkan mengalir apa adanya. Dengan cara demikian, akan terciptalah sebuah karya yang segar, menarik, dan alamiah. Memilih kata-kata memerlukan kemampuan yang apik dan kreatif. Pemilihan kata-kata yang biasa-biasa saja, tanpa ada sentuhan emosi, tidak akan begitu menarik bagi pembaca. Jika penulis melukiskan keadaan kota Jakarta, misalnya, tentang gedung-gedung yang tinggi, kesemerawutan lalu lintas, dan keramaian kotanya, berarti dalam karangan itu tidak ada yang baru. Akan tetapi, ketika seorang penulis melukiskan keadaan kota Jakarta dengan mengaitkannya dengan suasana hati tokoh ceritanya, maka penggambaran itu menjadi begitu menarik. Perhatikan contoh berikut! ”Lampu-lampu yang berkilau terasa menusuk-nusuk matanya, sedangkan kebisingan kota menyayat-nyayat hatinya. Samar-samar dia sadari bahwa dia telah kehilangan adiknya: Paijo tercinta! Pak Pong yang malang menatap kota dengan dendam di dalam hati. Jakarta, kesibukannya, Bina Graha, gedung-gedung itu....” (Sumber: “Jakarta”, Totilawati Tj.) Perhatikan pula cuplikan berikut! Lelaki berkacamata itu membuka kancing baju kemejanya bagian atas. Ia kelihatan gelisah, berkeringat, meski ia sedang berada di dalam ruangan yang berpendingin. Akan tetapi, ketika seorang perempuan cantik muncul dari balik koridor menuju tempat lelaki berkacamata itu menunggu, wajahnya berubah menjadi berseri-seri. Seakan lelaki itu begitu pandai menyimpan kegelisahannya. “Sudah lama?” tanya perempuan cantik itu sambil melempar senyum “Baru setengah jam,” jawabnya setengah bergurau. Gerak-gerik tokoh, identitasnya (berkacamata), serta situasi kejiwaannya jelas tergambar dalam cuplikan di atas. Karakter tokoh benarbenar hidup sesuai dengan kondisi dan keadaan cerita yang dialaminya. Penulis mewakilkan situasi kejiwaan tokoh yang gelisah melalui kata-kata membuka kancing baju kemejanya, berkeringat, berubah menjadi berseriseri. Menyunting Teks Cerita Pendek dengan Memperhatikan Unsur-Unsur Menulis karangan, baik itu berupa cerita ataupun jenis karangan yang lain jarang yang bisa sekali jadi. Akan ada saja kesalahan atau kekeliruan yang harus diperbaiki. Mungkin hal itu berkaitan dengan isi tulisan, sistematikanya, keefektifan kalimat, kebakuan kata, ataupun ejaan/tanda bacanya. Oleh karena itu, peninjauan ulang atau langkah penyuntingan atas karangan yang telah kita buat, merupakan sesuatu yang penting dilakukan. Berikut beberapa persoalan yang perlu diperhatikan berkenaan dengan penyempurnaan karangan.
Apakah ide yang dikemukakan dalam karangan itu sudah tepat atau
tidak, dan sudah padu atau belum?
Apakah sistematika penulisannya sudah benar atau perlu perbaikan?Uraian yang bolak-balik dan banyaknya pengulangan tentu akan menjadikan karangan itu tidak menarik.
Apakah karangan itu bertele-tele atau terlalu sederhana? Karangan yang bertele-tele, haruslah disederhanakan. Namun, sebaliknya apabila karangan itu terlalu sederhana, perlulah dikembangkan lagi.
Apakah penggunaan bahasanya cukup baik atau tidak? Perhatikan keefektifan kalimat dan kejelasan makna kata-katanya!
Buku ejaan, tata bahasa, dan kamus, perlu dijadikan pendamping. Buku-buku tersebut dapat dijadikan rujukan, terutama ketika ingin memastikan kebenaran atau ketepatan penggunaan bahasa.
Menulis Cerita Pendek dengan Memerhatikan Unsur-unsur PembangunKegiatan menulis sangat memerlukan latihan. Setiap penulis akan menulis cerpen baik yang berupa pengalaman sendiri maupun orang lain. Dengan adanya pengalaman tersebut penulis akan memanfaatkan pengalaman tersebut untuk menginterpretasikan atau menafsirkan kehidupan berdasarkan sudut pandangannya sendiri. Kegiatan yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:
Buatlah cerita pendek berdasarkan pengalaman hidup (pengalaman sendiri atau orang lain)
Tentukanlah topiknya yang menarik dan dianggap khas atau langka.
Catatlah kata-kata kunci yang berkaitan dengan topik
Susunlah menjadi kerangka cerpen secara kronologis.
Kembangkanlah kerangka itu menjadi cerpen yang utuh dengan menggunakan kekuataan emosi.
Ciri-Ciri CerpenCerpen memiliki beberapa ciri-ciri. Di antaranya yaitu: 1. Terfokus pada 1 tokoh2. Ceritanya tidak lebih dari 10.000 kata3. Memiliki puncak masalah4. Terdapat solusi atau penyelesaian masalah5. Ceritanya padat dan langsung tertuju pada tujuan6. Alur yang singkat membuat cerpen tidak memiliki tokoh yang banyak7. Latar ceritanya terbatas Fungsi CerpenCerpen juga punya fungsi, lho! Apa aja sih, fungsi cerpen? Coba perhatikan infografik berikut! 1. Fungsi RekreatifCerpen berfungsi untuk memberikan rasa senang, gembira, dan menghibur bagi seluruh pembacanya. 2. Fungsi EstetisCerpen memiliki fungsi untuk memberikan keindahan bagi pembaca karya sastra. 3. Fungsi MoralitasCerpen dapat memberikan nilai-nilai moral kepada pembaca, sehingga mendapat pengetahuan tentang hal-hal yang baik dan hal-hal yang buruk. 4. Fungsi DidaktifCerpen dapat mengarahkan dan mendidik para pembaca dengan nilai-nilai kebenaran dan kebaikan di dalam cerita. 5. Fungsi RelegiusitasCerpen mengandung nilai-nilai yang terdapat pada ajaran agama yang bisa dijadikan teladan bagi para pembacanya. Selain kelima fungsi tersebut, cerpen juga memiliki fungsi-fungsi lainnya, tergantung dari maksud dan tujuan pengarang ketika menulis cerpen.