Rumah Kayu Minahasa telah berabad lamanya digunakan sebagai rumah tinggal. Konstruksi bangunan rumah ini telah teruji tahan gempa sebagai antisipasi terhadap lingkungan daerah Sulawesi Utara yang kerap kali digoncang gempa bumi karena terletak pada lempeng vulkanik aktif.
Karakteristik yang menjadi ciri khas rumah kayu Minahasa adalah dua buah tangga kembar di bagian depan rumah. Selain itu, ornamen dekoratif dan penataan ruangan juga membuat rumah adat Minahasa ini menjadi sangat menarik dan indah. Seiring perkembangan waktu dan teknologi, banyak perusahaan baik yang berskala besar maupun kecil dan menengah mengembangkan rangkaian produk Rumah Kayu Minahasa yang didesain dan dibangun secara teknik modern tanpa menghilangkan unsur tradisional dari rumah-rumah ini. Rumah-rumah tersebut dibangun dengan sistem bongkar pasang (knock down).
Rumah tradisional Minahasa ini terbuat dari 3 jenis kayu Sulawesi yakni kayu Besi untuk semua rangka, kayu Cempaka untuk dinding, pintu, dan jendela, serta kayu Nyato untuk lantai, ventilasi, plafon dan rangka atap. Sebagian besar bahan baku kayu ini didatangkan dari daerah lain seperti Maluku Utara dan Gorontalo.
Harga rumah ini per meter di Jakarta Rp 1.250.000. Permintaan terhadap rumah Woloan di pasar domestik maupun mancanegara semakin meningkat. Di satu sisi, ini merupakan suatu prestasi yang baik, namun disisi lain ini merupakan suatu tantangan. Tantangan yang perlu disikapi serius adalah penyediaan pasokan bahan baku terutama Kayu Cempaka sebagai penyusun terbesar Rumah Minahasa ini.
Dalam perdagangan kayu, kayu cempaka digolongkan dalam kelompok kayu campuran dengan kelas kuat kayu III keatas yang tidak perlu diawetkan dengan berat jenis rata-rata 0,41. Kegunaan kayu cempaka pada konstruksi perumahan antara lain untuk tiang pancang, kusen pintu dan jendela, daun pintu dan jendela, ambang, lantai biasa , papan dinding dan kayu profil (moulding). Kayu cempaka bisa digunakan untuk tiang pancang pada tanah di bawah muka air atau tanah terkena pengaruh air asin. Jika digunakan sebagai tiang pancang pada tanah di atas muka air, kayu harus diawetkan secara khusus.
Pohon kayu cempaka sebenarnya merupakan sebutan untuk beberapa jenis tumbuhan dari Suku Magnoliaceae yang mencakup jenis-jenis dari Genus Elmerrillia dan Magnolia. Jenis cempaka yang paling banyak ditemukan pasar kayu di Minahasa adalah: Magnolia tsiampacca, Elmerrillia ovalis, dan Elmerrillia celebica. Bahkan, ada dua macam Magnolia tsiampacca yakni varietas glaberrima dan sub-species mollis. Jika ditelisik secara sistematika, ada 6 taxa yang sering disebut pohon kayu cempaka yakni:
o Magnolia tsiampacca (L.) Figlar & Noot. (=Elmerrillia tsiampacca (L.) Dandy, Michelia tsiampacca L.)
o Magnolia tsiampacca var. glaberrima (Dandy) Figlar & Noot. (=Elmerrillia papuana var. glaberrima Dandy)
o Magnolia tsiampacca subsp. mollis (Dandy) Figlar & Noot (=Elmerrillia mollis Dandy)
o Elmerrillia ovalis Dandy (=Talauma ovalis Miq.)
o Elmerrillia celebica Dandy (=Michelia celebica Koord.)
o Elmerrillia pubescens Dandy (=Talauma pubescens Merr.)
Dua jenis pohon lain yang kayunya juga sering diperdagangkan dengan nama cempaka adalah Elmerrillia papuana Dandy (=Talauma papuana Schltr.) dan Elmerrillia sericea C.T.White.
Kayu cempaka sering dikacaukan dengan pohon bunga cempaka, Magnolia champaca (L.) Figlar (=Magnolia champaca (L.) Baill. ex Pierre, =Michelia champaca L.). Magnolia champaca disebut joy perfume tree memiliki bunga yang berbau harum berwarna kuning atau kemerahan. Mahkota bunganya berbentuk tepal karena petal dan sepalnya tidak bisa dibedakan. Buah cempaka ini berbentuk seperti jantung, mempunyai rasa yang sedap dn boleh dimakan tapi bijinya agak pahit. Cempaka menghasilkan minyak cempaka dari ekstrak bunga, daun dan kayunya.
Kayu cempaka di Sulawei Utara secara tradisionil mengacu pada wasian (Elmerrillia celebica). Namun demikian pedagang dan pengguna kayu sering tidak mampu membedakanya dengan dengan kayu perdagangan jenis lain yakni wau (Elmerrillia ovalis) dan cempaka (Magnolia tsiampacca). Wasian, wau dan cempaka selalu dicampuradukkan. Wau juga dikenal dengan sebutan Cempaka Hutan atau Wau Beech.
Wasian merupakan pohon yang bisa mencapai tinggi 60 m dengan diameter 200 cm, tidak berbanir tidak, tidak berduri, dan tidak ada akar tunjang. Kulit berwarna putih, krem, abu-abu; tidak terkelupas dalam jalur. Sayatan kulit berwarna kuning, oranye atau merah, tidak berlapis, tidak berbau dan tidak bergetah. Ujung kuncup tidak tertutup oleh kuncup daun. Bulu komplek tidak ada. Bulu bersengat tidak ada. Bulu pada cabang tua ada atau tidak ada; rapat atau jarang. Daun berseling; tidak seperti sisik; tunggal; semua daun bentuknya seragam; daun tidak seperti duri; umum; berkelenjar minyak; simetris; tidak terbelah; halus atau rata. Kulit daun berlilin/tidak berlilin. Pertulangan tulang daun menjulur dari tulang tengah. Tulang daun kedua jauh; jelas. Tulang daun yang paling kecil jelas; seperti jala. Pertulangan tepi daun ada. Tangkai daun pendek sampai panjang; tidak bersayap; menempel di bawah daun; ujung tidak membengkak. Daun penumpu ada; bebas satu dengan yang lainnya; sendiri dan di sebelah tangkai daun; mengelilingi ranting; seperti daun; tidak dipotong; besar; tidak tetap atau mudah jatuh. Domatia tidak ada. Dua buah kelenjar pada dasar helaian tidak ada. Bulu pada daun yang tua tidak ada. Pembungaan sendiri; di ujung ranting. Bunga berkelamin dua; bertangkai; kecil sampai besar; beraturan; tidak ada bagian yang tegak diatas tangkai. Hypanthium tidak ada. Cakram tidak ada. Perhiasan bunga ada; tenda bunga. Tenda bunga 9-15. Benang sari 100 (many); ada tangkai; tidak berkelompok; tidak melekat pada perhiasan bunga; ukuran sama; banyak. Kepala sari 2 rongga; tidak bertangkai di atas; berbekas oleh celah yang panjang. Kelamin betina di atas. Daun buah terpisah, atau sebagian bersatu, oleh dasar; 100 (many). 1 rongga. Tangkai putik sendiri. Putik 1 cuping; tidak ada ukuran khas. Buah follicle; berdaging; majemuk; terpecah; tidak bersayap. Biji 100 biji per buah; kecil; tidak bersayap; tidak ada garis di dalam; aril tidak ada; ada endosperma.
Wau adalah pohon berkayu yang bisa mencapai tinggi 45 m, dengan diameter hingga 200 cm. Cabang-cabangnya serta tangkai daun dan stipulanya gundul atau ditutupi bulu halus kekuningan yang kemudian menjadi gundul setelah menua. Daunnya lonjong, dengan bulu halus di permukaan bawahnya atau gundul. Wau tersebar di sebagian besar Pulau Sulawesi dan di kawasan Maluku terutama di Pulau Morotai dan Pulau Ambon. Jenis pohon ini banyak tumbuh di hutan hujan mulai dari dataran rendah hingga ke pegunungan yang mencapai ketinggian sampai 1000 m dari permukaan laut. Wau umumnya dibudidayakan dengan bijinya. Perhatian khusus perlu diberikan pada biji-biji yang dikumpulkan dari hutan karena sifat rekalsitrannya. Daya kecambah biji cempaka hutan mudah hilang dan tidak tahan kering. Biji yang dikumpulkan dari hutan harus ditanam sesegera mungkin. Cempaka hutan sangat bermanfaat bagi masyarakat Sulawesi. Di Toraja, kayu cempaka hutan digunakan untuk ukiran pada rumah tradisional dan lumbung padi. Kayunya sangat awet dan banyak digunakan juga untuk membuat kandang kuda. Di Minahasa banyak digunakan sebagai bahan bagunan terutama untuk rumah tempat tinggal.
Cempaka adalah pohon berkayu yang berdaun sepanjang tahun. Daun alternate, sederhana, memiliki petiolus. Stipula gugur pada awalnya mengelilingi batang terletak secara adnate pada sisi adaxial dari petiolus dan meninggalkan bekas sekeliling buku. Helai daun bertulang daun pinatus dan tidak berlekuk dengan sisi rata. Kelompok bunga terminal, solitari, pedunculate. Brachtea berbentuk spatha berjumlah dua. Bunga: periantium hipogenous, segmen imbrikata; tepal gugur berjumlah 6-18 dalam 3 kelompok atau lebih masing-masing kelompok berjumlah 3, tepal bagian luar dan dalam berbentuk serupa; stamen banyak, hypogynous, bebas, tersusun berspiral; filamentum sangat pendek dibanding anthera; anthera introse, latrose atau extrose, dehiscent secara longitudinal; placenta marginal berjumlah 1; ovula 1-2; stilus 1, pendek dan melengkung, Buah syncarpus berbentuk seperti kerucut tersusun oleh agregat coalescent dengan follicelus yang berkayu. Biji berjumlah 1-2 per pistil, memiliki arril, endosperm berminyak.
Kajian ilmiah menyangkut aspek konservasi, silvikultur dan rekayasa sosial sangat diperlukan dalam rangka mempertahankan dan menyelamatkan keberadaan kayu cempaka dan hutan di Sulawesi Utara khususnya di daerah Tomohon dan Minahasa. Semua jenis ini dipolinasi oleh serangga Magnoliaceae are pollinated by beetles. Subjek kajian yang juga sangat penting untuk cempaka adalah kepastian dan konsistensi nama, deskripsi, taxonomi dan sistematika dari setiap jenis yang dimanfaatkan sebagai kayu cempaka. Materi herbarium dari kelompok Magnolia umumnya tidak lengkap dan tidak cukup untuk studi yang lebih mendalam. Untuk memfasilitasi identifikasi yang menyeluruh dan akurat, spesimen koleksi harus mencakup stipula, brachtea, stamen, dan semua segen periantium.
Semua jenis Cempaka di Sulawesi bisa diambil kayunya untk bahan bangunan dan pertukangan. Cempaka banyak di gunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan Rumah Kayu Woloan. Untuk mendapatkan kepastian kekayaan jenis cempaka dan kesesuaian nama daerah dan dnama ilmiah, sangat perlu dilakukan identifikasi taxonomi yang menyeluruh. Kaian perlu dilakukan untuk memastikan taxa (genus, spesies, sub-species, varietas) apa yang ada di daerah ini. Kajian juga diperlukan untuk mengidentifikasi jenis yang ditemukan di pasar kayu, yang banyak digunakan, atau yang memiliki potensi sebagai bahan baku industri rumah tradisional Minahasa. Informasi ini sangat penting sebagai awal untuk pengembangan teknologi pemanfaatan yang lebih lanjut. Kegiatan ini dilakukan dengan menginventarisasi semua jenis kayu cempaka di semua kawasan hutan kunci di Sulawesi Utara dan Gorontalo. Pengambilan sampel diusahakan berupa spesimen lengkap dengan bunga dan buah untuk menjamin keakuratan identifikasi taxonnya. Selain pengambilan spesimen, data yang perlu diambil adalah potensi dan penyebarannya. Semua ini sangat dibutuhkan untuk merumuskan strategi pengembangan dan konservasi di masa depan.
Data taxonomi cempaka ini sangat diperlukan untuk mempertegas keberadaan dan meluruskan pemahaman jenis cempaka di Sulawesi Utara dan Gorontalo. Informasi taxonomi dan distribusi juga akan membantu untuk meyakinkan investor yang ingin mengembangkan tanaman ini dalam bentuk Hutan Tanaman Industri (HTI). Ketersediaan kayu cempaka akan menopang produksi rumah Woloan agar tetap berjalan, pendapatan masyarakat semakin meningkat, hutan tetap lestari dan nama Sulawesi Utara tetap tersohor sampai ke Mancanegara.