Gugup Menjadi Warna yang Lumrah
Ijab kabul, meskipun telah dipersiapkan dengan matang oleh calon pengantin, sering kali menjadi saat yang paling mendebarkan. Tidak sedikit mempelai pria yang terlihat sangat tegang menjelang pelafalan akad. Ada yang tangan dan suaranya bergetar, ada pula yang bibirnya kaku hingga sulit berbicara.
Salah satu pengalaman yang tak terlupakan adalah ketika seorang calon suami, karena latar belakangnya sebagai guru, secara refleks menyebut “saya nikahkan anak saya dengan siswa saya” saat ijab. Seketika tawa pecah dari para tamu, namun suasana kembali khidmat setelah kami arahkan dengan tenang. Kesalahan seperti ini sangat manusiawi, dan menjadi bagian dari kenangan lucu yang akan terus dikenang oleh kedua mempelai dan keluarga.
Ada pula yang harus mengulang ijab kabul hingga tiga atau empat kali karena salah dalam urutan kata, atau karena gugup menyebut mahar. Sebagai penghulu, kami berusaha menenangkan, menyemangati, dan memastikan bahwa prosesi tetap berjalan sah dan berkesan.