SARANA KOMUNIKASI AKADEMIK
Teks Khotbah Minggu 03 Mei 2020
Pembacaan Alkitab : Nehemia 1:1-11
Tema: Berpuasa dan Berdoa Bagi Bangsa
Pembicara:
Pdt. Ventje Albert Talumepa, M.Th
BPMS GMIM - Wakil Ketua Bidang Hubungan Kerjasama
Syalom. Damai di hati. Apa kabar saudara-saudara yang ada di rumah? Saya percaya bahwa saudara-saudara tetap baik-baik, tetap dalam keadaan sehat dan berbahagia dalam damai sejahtera Tuhan Yesus. Saya yakin bahwa saudara-saudara dalam semangat dan dalam kegembiraan bersyukur hari ini dapat beribadah kepada Tuhan. Walaupun ibadah hari Minggu kita tidak seperti biasanya yaitu di rumah gereja tetapi kita melakukannya di rumah kita masing-masing. Saya melihat di Handphone melalui Facebook dan WhatsApp bahwa pada hari-hari ini orang saling menguatkan dan saling mengingatkan. Banyak yang saya lihat menjadi pekabar Injil di media sosial karena setiap hari mengirimkan firman Tuhan atau mengirimkan ayat-ayat Alkitab yang kiranya ayat-ayat ini dapat memperkokoh dan dapat memperkuat beriman kita. Bahkan tidak hanya ayat-ayat Alkitab yang dikirim tapi juga hal-hal yang lucu juga dikirim supaya orang bergembira. Sebab firman Tuhan mengatakan: “Hati yang gembira adalah obat”. Puji Tuhan oleh karena kita memakai media sosial ini untuk hal-hal yang positif, hal-hal yang membangun, hal-hal yang memperkokoh kita terutama dalam penantian kita akan pemulihan yang kita semua percaya akan dikerjakan oleh Tuhan. Oleh karena itu sebagai warga negara dan sebagai warga gereja, kita bersyukur karena kita turut bersama-sama dengan pemerintah, bersama-sama dengan bangsa dan dunia ini menanggulangi virus corona ini. Tetapi juga tentu bukan hanya virus corona tapi juga penyakit-penyakit yang lain karena banyak juga orang yang sakit di rumah sakit bukan karena virus corona tapi juga ada penyakit-penyakit yang lain. Dan kiranya juga Tuhan akan memulihkan keadaan ini.
Saudara-saudara yang dikasihi oleh Tuhan kita Yesus Kristus, bacaan kita pada hari ini dalam kitab Nehemia 1:1 dimulai dengan penanggalan. Ini untuk memastikan bahwa pada waktu itu yang memimpin Persia adalah raja Artahsasta dan di waktu itu Nehemia dipercayakan oleh raja menjadi juru minum. Ini merupakan sebuah jabatan penting yang didasarkan atas kepercayaan dan tidak semua orang bisa mendapatkan jabatan ini. Tetapi tentu jabatan ini didapat oleh Nehemia bukan tanpa alasan dan juga pasti melalui seleksi. Alasan utama adalah Nehemia dipercaya karena kesetiannya. Saudara-saudara yang dikasihi oleh Tuhan Yesus Kristus, pada saat Nehemia menjabat jabatan ini artinya ia adalah orang penting di istana raja. Dan kemudian ia mendengar sebuah berita yang menyedihkan. Berita itu ialah tembok Yerusalem telah dirobohkan, pintu-pintu gerbang dibakar dan tentu ini sangat menyedihkan hati dari seorang Nehemia. Mendengar berita yang menyedihkan ini, Nehemia tidak menggunakan jabatannya sebagai sebuah kesempatan tetapi ia menggunakan imannya atau keyakinannya untuk datang kepada Tuhan dengan cara berpuasa dan berdoa. Nehemia berpuasa dan berdoa secara pribadi menggumuli sebuah bangsa yaitu bangsa Israel. Hal ini dilakukannya karena Nehemia adalah seorang yang setia, seorang yang taat pada agama. Dan ia punya keyakinan bahwa
doanya tentu tidak hanya akan didengar oleh Tuhan, tetapi ia percaya bahwa doanya akan dikabulkan oleh Tuhan. Dan memang jika kita membaca pasal 2 sampai dengan pasal 3 dalam kitab ini, kita akan mendapati bahwa dengan kemurahan Tuhan, permohonan dari Nehemia dikabulkan oleh Tuhan. Saudara-saudara, Nehemia berpuasa dan berdoa. Apa inti doanya? Apa yang sedang ia puasakan kepada Tuhan? Pertama ialah dia mengakui dosa bangsanya yaitu dosa orang Israel. Yang kedua adalah pengakuan dosa keluarganya bahkan dirinya. Ia mengakui semua kesalahan, semua dosa yang melanggar ketetapan dan perintah-perintah Tuhan. Yang ketiga ialah bahwa ia memohon Tuhan kiranya mengabulkan permohonannya. Sama seperti yang Tuhan katakan kepada Musa dan ia percaya bahwa Tuhan akan menaruh belas kasihan kepadanya. Ia memohon: “Tuhan, kiranya Engkau berbelas kasihan atas bangsa kami, kiranya Engkau berbelas kasihan atas keluarga kami yang telah berdosa, yang telah berbuat salah kepada-Mu”. Dan dengan demikian Tuhan kiranya mengampuni segala kesalahan dan dosa yang telah dilakukan. Saudara-saudara, apa yang dilakukan oleh Nehemia ini menunjukkan bahwa Nehemia walaupun ia memiliki jabatan yang penting di istana raja tapi dia tidak kehilangan identitas. Dia tidak kehilangan jati diri sebagai orang beriman. Ia tidak merasa bahwa jabatannya itu menghilangkan identitasnya tetapi malah jabatannya itu semakin menunjukkan identitasnya sebagai orang beriman.
Saudara-saudara yang saya kasihi dalam Tuhan, berbicara soal doa puasa, ini bukan hal baru bagi Gereja kita. Bahkan setiap bulan kita melakukannya dan ini sudah dilakukan oleh gereja kita berpuluh tahun. Tapi rasanya masih banyak orang yang belum bisa berdoa dan berpuasa mungkin karena belum terbiasa. Atau kalau kita mau bertanya kepada keluarga kita: Siapa yang sudah pernah berpuasa? Kalau berdoa sudah pasti. Tapi kalau berpuasa? GMIM melakukan doa puasa dan selama ini dalam pengalaman kami, yang mengikuti doa puasa itu sudah ribuan orang. Tetapi ternyata ini belum cukup untuk meminta belas kasihan kepada Tuhan. Kita masih harus bersama-sama, tidak ada yang terkecuali. Sebab berpuasa itu bukan cuma usaha menahan diri untuk tidak makan dan tidak minum. Berdoa bukan hanya selama ini yang kita mengerti sebagai jembatan atau sebagai nafas hidup, tetapi berdoa sesungguhnya adalah merupakan tindakan sengaja kita, siapapun kita, untuk berhubungan dengan Tuhan. Memang berpuasa ini selalu banyak ceritanya. Ada orang kalau dia baru satu kali pigi doa puasa GMIM, padahal dia sementara mengikuti puasa, eh ja ba makang di oto. Malah lengkali dorang yang sementara ibadah puasa ada yang minum. Tetapi bersyukur karena ada usaha dari dia untuk hadir dan usaha darinya untuk bersama-sama dengan orang lain. Berpuasa mempuasakan keadaan kita, mempuasakan dunia ini, mempuasakan bangsa kita dan mempuasakan pergumulan keluarga kita. Ingat, Nehemia berpuasa pribadi, seorang diri, ini merupakan sesuatu yang luar biasa karena berpuasa dan berdoa itu adalah simbol kerendahan hati dari orang-orang percaya di hadapan Tuhan. Oleh karena itu saudara-saudara yang dikasihi oleh Tuhan, mari kita terus belajar dari firman ini. Sering sekali kita menyanyi nyanyian “FirmanMu pelita bagi kakiku”. Lagu ini selalu mengingatkan kita bahwa perjalanan hidup kita seringkali “gelap”. Gelap oleh pelanggaran kita, gelap oleh dosa kita, dan oleh karena itu kita perlu “cahaya”, kita perlu “lampu” untuk menuntun perjalanan hidup kita. Nehemia adalah contoh nyata pada kita, yaitu bagaimana ia terus berjalan pada Allah. Dan dengan demikian Nehemia melalui firman ini mengingatkan kita yaitu pertama, manusia tidak pernah bebas dari masalah. Apapun kita masalah itu selalu ada. Sama seperti masalah yang sedang kita hadapi sekarang ini. Ini bukan cuma masalah satu dua orang, bukan cuma masalah bangsa, tapi ini adalah masalah dunia. Apa yang kita lakukan? Kita harus seperti apa? Nah, ada cara dan ada petunjuk yang diberikan oleh Tuhan melalui firman ini yaitu berpuasa dan berdoa. Jalan ini diambil oleh Nehemia karena ia percaya. Ini cara yang selama ini telah dilakukan oleh orang Israel. Ester juga kita tahu bahwa ia mengajak umat untuk berdoa dan berpuasa untuk menyelamatkan orang Ibrani dan ia berhasil. Ester berhasil, Nehemia berhasil. Mereka punya Tuhan yang sama dengan kita. Kalau mereka berhasil, kita juga pasti yakin kalau kita akan terus berpuasa dan berdoa, Tuhan akan meluputkan kita dari segala beban, dari segala persoalan dan dari segala kesulitan yang seperti kita hadapi sekarang ini. Dengan demikian bila Tuhan membebaskan kita dan bila Tuhan meluputkan kita, maka kita diberi kesempatan lagi oleh Tuhan melihat anak-anak kita bersekolah lagi, melihat anak-anak kita berkuliah lagi, melihat orang-orang boleh bekerja dan berusaha kembali, ekonomi bangkit kembali dan tentu kita butuh ini. Belajar seperti Nehemia yaitu datang kepada Tuhan.
Saudara-saudara, yang berikutnya ialah Nehemia berdoa mengakui kesalahan. Ada dua hal yang ia akui yaitu kesalahan bangsa dan kesalahan keluarga. Dosa bangsa dan dosa keluarga. Tentu kalau bicara keluarga berarti juga termasuk di dalamnya pribadi-pribadi. Nehemia membawa pengakuannya kepada Tuhan. Kita belajar pada Nehemia untuk membawa dosa bangsa, membawa dosa dunia ini, bahkan membawa dosa kita sebagai keluarga dan pribadi kepada Tuhan. Apa yang kita minta? Seperti Nehemia yaitu meminta belas kasihan Tuhan dan Nehemia pun mendapatkan bahwa sungguh-sungguh Tuhan mengabulkan permohonannya. Dengan demikian kita percaya bahwa jika kita akan terus berpuasa dan berdoa, maka kita akan melihat Tuhan akan memulihkan dunia ini, Tuhan akan memulihkan bangsa kita ini. Selanjutnya Nehemia mengingatkan kita bahwa jabatan boleh ada pada kita, kedudukan boleh ada pada kita, kekuasaan boleh ada pada kita, tapi itu bukan alasan untuk tidak mengandalkan Tuhan. Tetapi biarlah kiranya jabatan, kedudukan, kekuasaan dan strata ekonomi yang ada pada kita, kita gunakan itu sebagai kesempatan untuk menolong orang lain atau membantu orang lain. Dalam keadaan seperti ini dimana kesulitan itu ada dimana-mana, janganlah kiranya kita menggunakan kesempatan ini untuk mendapatkan popularitas diri. Karena kalau kita melakukan ini maka kita tidak mendapatkan pengampunan dari Tuhan tetapi malah dosa akan tetap ada dan akan mendatangkan murka Allah pada kita. Kita harus berani mengatakan: Saya menolong orang lain, saya membantu orang lain dari apa yang ada, dari kedudukan saya, dari jabatan saya, dari ekonomi saya, itu saya mau melakukannya dengan ketulusan hati saya atau ketulusan hati kita karena iman. Berpuasa dan berdoa tidak memandang jabatan, tidak memandang kekuasaan, tidak memandang kedudukan dan tidak memandang strata ekonomi dalam masyarakat, tetapi semua orang percaya terpanggil merendahkan diri di hadapan Tuhan. Supaya dengan kita merendahkan diri di hadapan Tuhan, kita terpanggil untuk meninggalkan iri hati, meninggalkan kesombongan, meninggalkan kecongkakkan, meninggalkan keras kepala, meninggalkan makang puji, meninggalkan tinggi hati, meninggalkan menganggap diri paling tahu, paling hebat, paling jago, sampe ada orang bilang: stel tau padahal nintau stel. Kadang-kadang ada seperti itu. Apa yang sedang kita alami sekarang ini sesungguhnya adalah cara yang diperkenankan oleh Tuhan supaya kita mau mengubah hidup kita, merubah sikap kita, merubah cara berpikir kita dan merubah cara melihat kita pada orang lain. Itulah sebabnya Allah ingin kita menjadi sahabat-sahabat-Nya. Seperti lagu Sobat dari Galilea. Yesus ingin kita menjadi sahabat-sahabat-Nya. Sahabat-sahabat yang memiliki sifat mengasihi dan menolong orang lain. Inilah kiranya yang akan menjadi identitas kita sebagai warga gereja, tapi juga sebagai warga bangsa yang taat dan yang setia pada Tuhan. Syalom. Damai di hati. Amin.
Editor:
Matthew Doringin, S.Pd
Tim Multimedia GMIM