Jumat Agung

Jumat Agung

Jumat Agung menandai kematian Yesus Kristus. Ibadah Juma Agung berfokus pada tiga tujuan: (1) untuk menceritakan dan mengingat peristiwa kematian Yesus, (2) untuk membuka makna peristiwa ini bagi pemahaman umat tentang Allah dan penebusan yang dicapai melalui penyaliban, dan (3) untuk mengundang umat memper-barui doa dan dedikasi.

Bacaan selama Jumat Agung adalah yang terpanjang dari semua liturgi karena terdiri dari narasi sengsara Kristus. Bacaannya mencakup Perjanjian Lama (Yes. 52:13-53:12), Surat-surat (Ibr. 10:1-25 atau Ibr. 4:14-16; 5:7- 9), bacaan Injili tentang seluruh kisah sengsara Yesus dari Rencana untuk membunuh Yesus; Yesus diurapi; Yudas mengkhianati Yesus: Mat. 26:1-16 atau Mrk. 14:1-11; Luk. 22:1-6; Yoh. 11:53-12:8) hingga Yesus dikuburkan (Mat. 27:57-66 atau Mrk. 15:42-47; Luk. 23:50-56; Yoh. 19:38-42). Khusus bacaan Injil tentang penyaliban sampai penguburan, 'jemaat berdiri'.

Di beberapa tradisi, bacaan disusun untuk mengikuti "tujuh kata terakhir Kristus" atau mengambil bentuk layanan Tenebrae untuk memperdalam gambaran, di mana setiap bagian dari narasi ditandai dengan memadamkan lilin atau menggelapkan ruang ibadah dengan cara tertentu.

Beberapa tradisi Kristen (seperti GMIM, GPM, GPIB, GMIT dsb.) menandai Jumat Agung dengan perayaan Sakramen Perjamuan Kudus; yang fokus pada bagaimana perjamuan itu "mewartakan kematian Tuhan sampai Dia datang." Dalam tradisi lain, Jumat Agung adalah satu hari dalam setahun di mana Perjamuan Kudus tidak dirayakan tapi dilaksanakan sehari sebelum Jumat Agung yaitu pada Kamis Putih (n.b. Yesus melaksanakan perjamuan pada malam sebelum la diserahkan). Dalam gereja Reformed awal, tahun liturgi sempat dipangkas dengan hanya mempertahankan Natal, Paskah, Kenaikan, dan Pentakosta.

Bacaan selama Jumat Agung adalah yang terpanjang dari semua liturgi. Bacaannya mencakup Perjanjian Lama (Yes. 52:13-53:12), Surat-surat (Ibr. 10:1-25 atau Ibr. 4:14-16; 5:7-9), bacaan Injili tentang seluruh kisah sengsara Yesus dari; Rencana untuk membunuh Yesus; Yesus diurapi; Yudas mengkhianati Yesus: Mat. 26:1-16 atau Mrk. 14:1-11; Luk. 22:1-6; Yoh. 11:53-12:8) hingga Yesus dikuburkan (Mat. 27:57-66 atau Mrk. 15:42-47; Luk. 23:50-56; Yoh. 19:38-42). Khusus bacaan Injil tentang penyaliban sampai penguburan, 'jemaat berdiri'. 

Perjamuan Kudus adalah tindakan fisik yang diamanatkan oleh Yesus. Perjamuan kudus merupakan tindakan simbolis (peringatan [anamnesis]) yang kaya dengan tujuan memelihara iman dan menggerakkan kita untuk memahami pekerjaan Tuhan dan kontur Injil dengan lebih jelas.

Perjamuan Kudus menggambarkan satu perayaan yang menyampaikan makna perayaan kenangan dan harapan di mana kita mengingat semua yang telah Allah lakukan bagi kita, khususnya di dalam Kristus; peringatan syukur akan seluruh hidup dan pelayanan Kristus dalam penye-lamatan memalui kelahiran, kematian, kebangkitan, dan kenaikan- Nya hingga kedatangannya kembali.

Dalam Calvinisme, Perjamuan Kudus merupakan perayaan anugerah Tuhan di mana hubungan manusia dengan Allah dalam Kristus dimateraikan. Perjamuan Kudus dalam tradisi Reformed tidak diartikan bahwa Roti dan Anggur benar-benar menjadi tubuh dan darah Kristus (trans-substansiasi) karena tubuh Kristus berada di Surga bersama-sama dengan Bapa dan akan datang kembali. Pemahaman ini sejalan dengan Agustinus yang mendefinisikan sakramen sebagai "tanda yang terlihat dari sesuatu yang sakral" atau sebagai "firman yang terlihat" dari Tuhan.

Untuk menerima Perjamuan Kudus, setiap orang harus mengarahkan dirinya kepada Tuhan (sursum corda). Pada awalnya Perjamuan Kudus setiap kali ibadah dilaksanakan (Kis. 20:7; 42). Perayaan perjamuan kudus merupakan tanda ungkapan syukur pada hari minggu (paskah kecil) sementara itu, penggunaan meja secara komunal dalam Perjamuan Kudus (Liturgi Meja) telah dilakukan sejak abad ke-2 Masehi.

Pada awalnya, Calvin ingin untuk melaksanakan perjamuan kudus setiap minggu seperti gereja mula-mula, namun, mendapat pertentangan dengan dewan gereja karena rasa kawatir dengan pandangan Gereja Katolik dalam Konsili Lateran 1215 bahwa komuni benar-benar adalah tubuh dan darah Kristus, dan diterima (hanya roti) setidaknya sekali setahun pada hari Paskah meskipun setiap minggu diadakan. Sehingga hanya diterima empat kali setahun yakni pada hari Natal, Paskah, Pentakosta dan hari raya lokal.

Dalam tradisi Reformed, seseorang bisa mengikuti perjamuan kudus jika dianggap layak melalui persidangan kelayakan (censura morum) sehingga yang tidak pantas tidak layak untuk ikut.

Pada awal reformasi di Jenewa, belum ada perayaan Perjamuan Kudus ketika Jumat Agung. Pada masa awal masuknya Gereja Reformed di Indonesia, peraturan Perjamuan Kudus masih mengikuti Tata Gereja Belanda 1619 di mana Perjamuan Kudus harus dilaksanakan setidaknya dua bulan sekali dan lebih baik jika dilaksanakan pada hari Natal, Paskah dan Pentakosta.

Kebiasaan melaksanakan Perjamuan Kudus pada Jumat Agung mulai pada abad ke-18 karena perayaan Perjamuan Kudus pada hari Paskah dianggap tidak cocok (suram). Pada abad ke-19 tahun 1817, Gereja Belanda merekomendasikan agar perayaan Perjamuan Kudus dilaksanakan pada Jumat Agung.

Perayaan Perjamuan Kudus saat Jumat Agung ditetapkan pada Sinode Delf 1825 dan diikuti juga oleh gereja-gereja di Indonesia yang waktu itu masih merupakan klasis Gereja Belanda. Inilah kenapa gereja-gereja koloni Belanda banyak yang melaksanakan Perjamuan Kudus pada hari Jumat Agung sementara banyak Gereja yang tidak melaksanakan Perjamuan Kudus pada Jumat Agung.

Warna liturgi untuk Jumat Agung & Perjamuan Kudus adalah hitam (dalam beberapa tradisi gereja berwarna Merah yang menyimbolkan darah Kristus). Warna hitam melambangkan bumi dan pergumulan manusia akan kematian. Salib berwarna putih melambangkan pengorbanan Kristus yang dilakukan dengan penuh ketaatan dan kemurnian.

Di GMIM, kain mimbar & Stola yang digunakan berwarna hitam dengan simbol cawan dan roti serta salib dan mahkota duri pada bawa stola. Simbol ini digunakan pada perayaan Jumat Agung dan Sakramen Perjamuan Kudus (tidak terikat tahun liturgi).



REFERENSI

AIT GMIM. (2010). Tata Ibadah Jumat Agung. In Buku Tata Ibadah GMIM I ed. Revisi (pp. 57-60). Ajaran, Ibadah dan Tata Gereja Sinode GMIM.

GMIM. (2014, June 13). Perayaan Jumat Agung. Retrieved from Sinode GMIM: https://www.gmim.or.id/perayaan-hari-jumat-agung/

GKI Manyar Surabaya. (2023). Webinar "Merayakan Perjamuan Kudus di Paskah" [Motion Picture}

Mathison, Keith. (2006). Calvin's Doctrine of the Lord's Supper. Retrieved from Ligonier: https://www.ligonier.org/learn/articles/calvins-doctrine-lords-supper

Hageman, G. Howard (1986). Holy Week Celebrations. Retrieved from Reformed Worship:https://www.reformedworship.org/article/december-1986/holy-week-celebrations

The Calvin Institute of Christian Worship. (2004). Good Friday. In The Worship Source Book (pp. 605-623). Michigan: Baker Book House Co.

The Calvin Institute of Christian Worship. (2004). The Lord's Supper. In The Worship Sourcebook (pp. 305-349). Michigan: Baker Book House Co.

The Editors of Ecyclopaedia Britannica. (n.d.). Good Friday. Retrieved from Britannica: https://www.britannica.com/topic/Good-Friday

Vanderbilt Divinity Library. (n.d.). Liturgical Colors. Retrieved from the Revised Common Lectionary: https://lectionary.library.vanderbilt.edu/liturgical-colors.php

Temukan Kami

GMIM Riedel Wawalintouan

Kecamatan Tondano Barat

Kabuaten Minahasa

Sulawesi Utara 95616

Telepon (0431) 322490