Selamat datang di Ruang AQIDAH AKHLAK MA ARIFAH
Tujuan Pembelajaran :
Siswa dapat Siswa dapat mengidentifikasi dampak dari peristiwa tahkīm
Siswa dapat mengidentifikasi aliran-aliran kalam yang muncul setelah peristiwa tahkīm.
Dampak dari peristiwa tahkīm tersebut, maka umat Islam terpecah menjadi tiga faksi, yaitu:
1. Kelompok yang tetap setia kepada Ali bin Abi Ṭālib, yang kemudian menjadi embrio kelompok Syi’ah.
2. Pecahan kelompok Ali bin Abi Ṭālib, yang kemudian dikenal dengan sebutan Khawārij.
3. Kelompok yang mendukung Mu’awiyah bin Abi Ṣufyān. Pada awalnya, aliran Khawārij hanya memperdebatkan persoalan politik.
Pada awalnya, aliran Khawārij hanya memperdebatkan persoalan politik, namun kemudian menjalar ke persoalan teologi/akidah. Misalnya sikap mereka terhadap Utsman, Ali bin Abi Ṭālib dan Mu’awiyah yang dinilainya sebagai kafir karena dianggap mencampuradukkan antara yang benar (haq) dengan yang palsu (bāṭil). Karena itu mereka merencanakan untuk membunuh Ali bin Abi Ṭālib, Mu’awiyah bin Abi Ṣufyān, dan ‘Amr bin ‘Ash . Rencana pembunuhan tersebut dirancang dengan matang. Ibnu Muljam ditugaskan untuk membunuh Ali bin Abi Ṭālib di Kufah. Hajjaj bin Abdullah ditugaskan untuk membunuh Mu’awiyah di Damaskus. ‘Amr bin Bakar ditugaskan untuk membunuh ‘Amr bin ‘Ash di Mesir. Namun pada akhirnya yang berhasil dibunuh hanyalah Ali bin Abi Ṭālib. Sedangkan Mu’awiyah hanya mengalami luka-luka, dan ‘Amr bin ‘Ash selamat sepenuhnya, karena tidak ke Masjid, dan hanya berhasil membunuh Kharijah yang dikira Amr bin ‘Ash kerena kemiripan rupanya.
Walaupun yang memicu munculnya aliran-aliran dalam Islam adalah masalah politik, namun pada akhirnya berkembang ke masalah akidah atau teologi. Dari sinilah, akhirnya muncul berbagai firqah/aliran dalam Islam.
Setelah peristiwa tahkim (arbitrasi atau penyelesaian perselisihan) yang terjadi dalam sejarah pemikiran Islam pada abad ke-9 Masehi, beberapa aliran kalam (teologi Islam) muncul sebagai tanggapan terhadap berbagai perbedaan pandangan yang berkaitan dengan keyakinan dan ajaran Islam. Beberapa aliran kalam yang muncul setelah peristiwa tahkim antara Imam Ahmad bin Hanbal dan Khalifah al-Ma'mun adalah:
Aliran Kalam Asy'ariyah: Aliran ini didirikan oleh Abu al-Hasan al-Asy'ari (873-935 M). Al-Asy'ari berusaha untuk memediasi antara aliran teologi Mu'tazilah yang berfokus pada akal dan aliran teologi Ahlus Sunnah yang berfokus pada aqidah tradisional. Aliran Asy'ariyah menekankan penggunaan akal dalam batas-batas yang ditetapkan oleh agama, dan mereka menerima atribut-atribut Allah seperti yang disebutkan dalam Al-Qur'an dan hadis tanpa menafsirkannya secara harfiah.
Aliran Kalam Maturidiyah: Aliran ini didirikan oleh Abu Mansur al-Maturidi (853-944 M). Al-Maturidi juga berusaha untuk mencari keseimbangan antara aqidah rasional dan tradisional. Namun, dia memiliki beberapa perbedaan pandangan dengan al-Asy'ari, terutama dalam hal pengetahuan Allah tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi di dunia.
Aliran Kalam Jabariyah dan Qadariyah: Meskipun aliran ini sudah ada sebelum peristiwa tahkim, perdebatan tentang takdir (jabr) dan kehendak bebas (qadar) masih relevan setelahnya. Aliran Jabariyah meyakini bahwa manusia tidak memiliki kehendak bebas dan segala tindakan mereka ditentukan oleh Allah. Sementara aliran Qadariyah meyakini bahwa manusia memiliki kehendak bebas dan dapat memilih tindakan mereka sendiri.