Pertemuan 2
C. Penjajahan Bangsa Barat Atas Dunia Islam
D. Munculnya Gerakan Pembaruan Dalam Islam
C. Penjajahan Bangsa Barat Atas Dunia Islam
D. Munculnya Gerakan Pembaruan Dalam Islam
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Selamat belajar di beranda SKI anak anak yang saya cintai dan saya banggakan...
Semoga kalian selalu dalam keadaan sehat dan dalam lindungan Allah SWT ... Aamiin YRA
Pada pertemuan pertama ini kalian akan mempelajari materi tentang :
C. Penjajahan Bangsa Barat Atas Dunia Islam
D. Munculnya Gerakan Pembaruan Dalam Islam
Sebelum kalian mempelajari materi pelajaran awali pembelajaran dengan membaca Basmallah
Bismillahirrahmanirrahim
Selamat belajar Anak Anak....
E-PRESENSI MAPEL SKI KELAS XI : Klik Di Sini Wajib diisi sebagai bukti kehadiran !
Baca dan pelajari topik bahasan dibawah ini !
C. Penjajahan Bangsa Barat Atas Dunia Islam
Kebangkitan bangsa Barat bemula dari semangat keilmuan yang begitu tinggi, telah membawa bangsa Barat pada penemuan-penemuan baru dan banyak melakukan penjelajahan samudera, serta revolusi industri hingga berakibat pada imperialisme terhadap bangsa-bangsa Islam pada khususnya. Masa Kebangkitan bangsa Barat ini dikenal dengan Renaisance.
Perjalanan bangsa Barat ke Timur Tengah dimulai ketika Daulah Usmani mengalami kemunduran sementara bangsa-bangsa Barat mulai mengalami kemajuan di segala bidang, seperti perdagangan, ekonomi, industri perang dan teknologi militer. Meskipun demikian, nama besar Turki Usmani masih disegani oleh Eropa sehingga mereka tidak melakukan penyerangan ke wilayah-wilayah kekuasaan kerajaan Islam. Namun, kekalahan besar Kerajaan Usmani dalam menghadapi serangan bangsa Eropa di Wina tahun 1683 M membangkitkan kesadaran bangsa Barat bahwa Turki Usmani telah melakukan perubahan-perubahan.
Ekspedisi Inggris, Portugis, Belanda, dan Spanyol dari abad ke 15 sampai 19 M di kawasan perdagangan internasional Malaka, Gujarat, dan lainnya, telah membuka mata mereka terhadap bangsa-bangsa Islam.
Misi politik untuk menguasai negara-negara Islam digalakkan dengan devide et impera (politik pecah belah), yaitu penjajah dengan segala cara menciptakan pemisah antara kaum bangsawan dan rakyat kecil. Demikian halnya antara satu penguasa dan penguasa negara Islam yang lain.
Setelah bangsa Barat menguasai ekonomi dan politik negara-negara Islam, terdapat pula negara Barat yang menjajah dunia Islam dengan melakukan penyebaran agama Kristen melalui missionaris atau zending.
Bangsa Barat yang memiliki ketiga motivasi ini adalah Spanyol dan Portugis. Hal terebut tercermin pada semboyan mereka, yaitu Gold (semangat untuk mencari keuntungan), Glory (Semangat untuk mencapai kejayaan dalam bidang kekuasaan), dan Gospel (semangat untuk menyebarkan agama Kristen di negara Islam yang dijajah).
Imperialisme bangsa Barat telah berdampak luas kepada hampir seluruh negara negara muslim. Negara-negara Islam yang pertama kali dikuasai oleh Barat adalah negara-negara Islam di Asia Tenggara dan di Anak Benua India. Sedangkan negara negara Islam di Timur Tengah, yang masih berada di bawah kekuasaan kerajaan Usmani, baru berhasil ditaklukkan pada masa berikutnya.
Dengan persenjataan yang lebih modern, bangsa Eropa mampu menguasai daerah-daerah kekuasaan Islam. Bangsa-bangsa Eropa menjajah satu demi satu negara Islam.
Perancis menduduki Aljazair pada tahun 1830, dan merebut Aden dari Inggris pada tahun 1839. Tunisia ditaklukkan Perancis pada tahun 1881, Mesir dijajah oleh Inggris (1882 M), Sudan dijajah oleh Inggris pada tahun 1889, Maroko dijajah oleh Perancis tahun 1911 M, Libya dijajah oleh Italia tahun 1911 M. Sementara itu, wilayah Islam di Asia Tengah juga tak luput dari penjajahan Barat.
Wilayah Jazirah Arab juga tidak luput dari sasaran penjajahan. Suriah dan Lebanon juga pernah dikuasai oleh Perancis (1918 M), Palestina dan Yordania juga pernah dikuasai oleh Inggris. Di belahan belahan bumi lainnya, Rusia menjajah wilayah Islam di Asia Tengah, seperti Kaukasia (1834-1859), Samarkand dan Bukhara (1866-1872), dan Uzbekistan (1873-1887). Hal tersebut merupakan imbas dari perjanjian San Stefano dan perjanjian Berlin antara Rusia dan Turki Usmani.
Demikianlah, Islam mengalami krisis berkepanjangan, ditambah rongrongan bangsa-bangsa kapitalis yang merusak seluruh tatanan politik, ekonomi, sosial dan budaya hingga moralitas bangsa-bangsa Islam. Hal ini tentunya berdampak terhadap kebudayaan dan perabadan bangsa-bangsa Islam yang telah dibangun dengan payah penuh perjuangan. Dinamika keislaman menjadi mati suri di bawah pengaruhi mperialisme bangsa Barat
D. Munculnya Gerakan Pembaruan Dalam Islam
Berada di bawah tekanan imperialisme Barat tidak sepenuhnya memberikan dampak negatif kepada umat Islam. Banyak pelajaran berharga yang didapatkan oleh umat Islam dari pengaruh dan tekanan peradaban Barat yang sedemikian maju, dari sinilah muncul gerakan-gerakan yang berusaha untuk mewujudkan peradaban modern dengan meninjau kembali ajaran-ajaran Islam dan memunculkan pembaruan-pembaruan dalam sendi keagamaan. Selain itu, semangat umat Islam untuk mengobarkan kebanggaan Islam yang pernah jaya mulai bangkit kembali.
Kebangkitan Islam adalah kristalisasi kesadaran keimanan dalam membangun tatanan seluruh aspek kehidupan yang sesuai dengan prinsip Islam. Artinya, kewajiban bagi umat Islam untuk mewujudkannya melalui gerakan-gerakan, baik di bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Upaya untuk memulihkan kembali kejayaan Islam dikenal dengan Gerakan Pembaruan.
Diantara kelompok pembaharu, mereka meniru pola dan sistem pendidikan yang diterapkan oleh bangsa Barat dalam mengembangkan sains dan teknologi. Gerakan ini dipelopori oleh Sultan Mahmud II dari Turki Usmani, Sayyid Ahmad Khan dari India, dan Muhammad Ali Pasya di Mesir.
Kelompok modernis lainnya menggagas pembaruan yang berpola terhadap penyebab kemunduran umat Islam, karena meninggalkan ajaran-ajaran Islam. Kelompok ini mengajak umat Muslim untuk kembali pada al-Qur’an dan Sunnah, dengan tidak mengabaikan ijtihad. Ijtihad senantiasa diperlukan sebagai upaya penyesuaian ajaran Islam dengan perkembangan zaman. Di antara tokoh gerakan ini adalah Jamaluddin al- Afghani, Muhammad Abduh, dan Muhammad Rasyid Ridha.
Gagasan pembaruan yang berorientasi terhadap nasionalisme mendasar bahwa umat Islam itu terdiri dari berbagai bangsa, yang hidup di daerah dan lingkungan budaya yang berbeda-beda, sehingga memerlukan usaha pengembangan yang sesuai dengan kondisi masing-masing.
Gerakan modernisasi lainnya adalah gagasan pembaruan yang berorientasi pada nasionalisme. Hal ini berdasar pada kenyataan bahwa umat Islam terdiri dari berbagai bangsa dengan kebudayaan yang beraneka ragam. Gerakan nasionalisme ini eksis di berbagai negara yang menghadapi permasalahan spesifik tentang kekuasaan Eropa, dan peduli terhadap permasalahan dalam negeri mereka masing-masing, dan berupaya bebas dari kolonialisme bangsa Eropa
Gagasan nasionalisme membantu mempermudah umat Islam untuk memperjuangkan kemerdekaannya. Negara mayoritas muslim yang pertama kali memerdekakan diri adalah Indonesia, yaitu pada tanggal 17 Agustus 1945. Pada tahun 1946, Syiria, Jordania, dan Libanon. Pakistan, pada tanggal 15 Agustus 1947. Pada tahun 1951, Libya berhasil memerdekakan diri. Adapun Mesir baru menganggap dirinya benar-benar merdeka pada tanggal 23 Juli 1952 (setelah Raja Faruk digulingkan), meskipun sebenarnya Mesir telah bebas dari Inggris sejak tahun 1922.
Sudan dan Maroko merdeka pada tahun 1956, Malaysia (termasuk Singapura) merdeka dari Inggris pada tahun 1957, Irak baru merdeka pada tahun 1958, sedangkan Aljazair pada tahun 1962, dan Brunei Darussalam baru merdeka pada tahun 1984. Negara-negara Islam yang dulunya berafiliasi dengan Uni Soviet seperti Uzbekistan, Turkmenia, Kirghistan, Kazakhtan, Tasjikistan, dan Azerbeijan, baru merasakan kemerdekaan pada tahun 1992.
E. Al-Hamra, Surga Dunia di Andalusia
Al-Hamra atau Qa’lat Al-Hamra, berasal dari bahasa Arab, yang berarti 'merah'. Oleh lidah Spanyol, Al-Hamra sedikit bergeser menjadi Al-Hambra. Sultan Muhammad bin Al-Ahmar membangun sebuah Istana yang indah tersebut di sebuah bukit bernama La Sabica, di kota Granada, Spanyol.
Istana Al-Hamra merupakan salah satu peninggalan umat Muslim Andalusia yang masih utuh dan termasuk dalam naungan UNESCO. Istana ini merupakan pusat pemerintahan Bani Ahmar, merupakan Daulah Islamiyah yang berkuasa di penghujung kejayaan Islam di Andalusia.
Istana Al-Hamra menjadi simbol kegemilangan peradaban Islam yang dibangun selama hampir empat abad. Pembangunan Al-Hamra dimulai dari bangunan sederhana yang berupa benteng pada tahun 889, kemudian direnovasi menjadi istana megah dan mewah oleh Sultan Yusuf I tahun 1333. Al-Hamhra mencapai puncak seni arsitektur yang populer di penjuru Eropa pada masa Daulah Nasrid.
Al-Hamra juga memanifestasikan diri sebagai Madinah (kota), karena di dalamnya terdapat Bangunan umum, masjid, Pemandian Arab (Hammam), madrasah dan komplek militer. Istana ini kemudian menjadi saksi bisu kejayaan dan juga runtuhnya Daulah Islamiyah di Andalusia.
Ratusan tahun yang lalu, Granada merupakan kota yang damai, umat Islam, Kristiani dan Yahudi hidup berdampingan dalam naungan pemerintahan Islam, menggunakan bahasa Arab yang sama dan hidup dalam kultur yang beragam. Pada akhirnya, pasukan Kristen di bawah pimpinan oleh Raja Ferdinan V dan Ratu Isabella mensterilkan seluruh wilayah Andalusia dari semua yang nuansa Arab, Yahudi dan Islam. Peristiwa memilukan tersebut terjadi pada tahun 1502 M.
TUGAS : KLIK DI SINI