Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Selamat datang dan belajar kembali anak anak ....
Semoga kita semua dalam keadaan sehat wal afiat... Aamiin YRA
Pada pertemuan ini kalian baca dan pelajari Ibrah dan Rangkuman Materi BAB 1 sebagai bahan program pengayaan
Sebelum kalian mempelajari materi pelajaran awali pembelajaran dengan membaca Basmallah
Bismillahirrahmanirrahim
1. Zaman Daulah Abbasiyah yang pertama merupakan puncak keemasan dinasti ini. Secara politis, para Khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik dan agama sekaligus. Pada masa tersebut, kemakmuran, masyarakat mencapai tingkat tertinggi, kaum Muslimin mulai berhubungan dengan kebudayaan asing, seperti kebudayaan Persi, Hindu, dan Yunani. Periode ini juga berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat.
2. Daulah Abbasiyah (750-1208 M) merupakan dinasti yang menelurkan konsep-konsep keemasan Islam dalam hal pengembangan ilmu pengetahuan. Zaman keemasan Islam yang ditandai dengan penguasaan ilmu pengetahuan diberbagai sektor telah membawa kemakmuran tersendiri pada masyarakat saat itu.
3. Kemajuan di segala bidang yang diperoleh Daulah Abbasiyah menempatkan bahwa Daulah Abbasiyah lebih baik dari daulah sebelumnya. Di samping itu, pada masa dinasti ini banyak terlahir tokoh-tokoh intelektual Muslim yang sangat berpengaruh hingga saat ini.
B. Kisah Teladan Imam Syafi`i
Pada masa Daulah Abbasiyah, para Ulama atau ilmuwan mendapatkan peranan yang sangat terhormat. Para ulama pada masa Daulah Abbasiyah banyak menjadi rujukan para ulama pada zaman modern baik dalam ilmu-ilmu agama maupun ilmu pengetahuan umum (Sains). Dari sekian banyak para ulama tersebut terdapat Imam Ahli Madzhab yaitu Imam Nu’man bin Tsabit bin Zuta bin Mahan at-Taymi (Imam Hanafi), Imam Malik bin Anas bin Malik bin `Amr (Imam Malik), Imam Muhammad bin Idris al- Shafiʿi atau Muhammad bin Idris asy-Syafi`i (Imam Syafi`i), dan Imam Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal bin Asad bin Idris (Imam Hambali).
Abu `Abdullah Muhammad bin Idris al-Syafiʿi atau Muhammad bin Idris asy- Syafi`i yang akrab dipanggil Imam Syafi’i terlahir di Ashkelon, Gaza, Palestina, 150 H/767 M dan wafat di Fusthat, Mesir 204 H/819 M.
Saat usia 20 tahun, Imam Syafi’i pergi ke Madinah untuk berguru kepada ulama besar saat itu, Imam Malik. Dua tahun kemudian, ia juga pergi ke Irak, untuk berguru pada murid-murid Imam Hanafi di sana. Imam Syafi`i mempunyai dua dasar berbeda untuk Madzhab Syafi’i yaitu Qaul Qadim dan Qaul Jadid.
Setelah ayah Imam Syafi’i meninggal dan dua tahun kelahirannya, sang ibu membawanya ke Mekah, tanah air nenek moyang. Ia tumbuh besar di sana dalam keadaan yatim. Sejak kecil Syafi’i cepat menghafal syair, pandai bahasa Arab dan sastra sampai-sampai Al Ashma’i berkata,”Saya mentashih syair-syair bani Hudzail dari seorang pemuda dari Quraisy yang disebut Muhammad bin Idris,” Imam Syafi’i adalah imam bahasa Arab.
Di Makkah, Imam Syafi’i berguru fiqh kepada mufti di sana, Muslim bin Khalid Az Zanji sehingga ia mengizinkannya memberi fatwah ketika masih berusia 15 tahun. Imam Syafi`i belajar Fiqih dari Imam Muslim bin khalid Az-Zanji yang waktu itu berkedudukan sebagai mufti Makkah. Diantara gurulainnay di Makkah adalah Dawud bin Abdurrahman Al-Atthar, Muhammad bin Ali bin Syafi’, Sufyan bin Uyainah, Abdurrahman bin Abi Bakr Al-Mulaiki, Sa’id bin Salim, Fudhail bin Al-Ayyadl dan masih banyak lagi yang lainnya.
Selama di Madinah berguru kepada Imam Malik bin Anas. Ia mengaji kitab Muwattha’ kepada Imam Malik dan menghafalnya dalam 9 malam. Imam Syafi’i meriwayatkan hadis dari Sufyan bin Uyainah, Fudlail bin Iyadl dan pamannya, Muhamad bin Syafi’ dan lain-lain.
Salah satu karangannya adalah Ar-Risalah buku pertama tentang ushul fiqh dan kitab Al-Umm. Imam Syafi’i adalah seorang mujtahid mutlak, imam fiqh, hadis, dan ushul. Imam Ahmad berkata tentang Imam Syafi’i,”Beliau adalah orang yang paling faqih dalam Alquran dan As Sunnah,” “Tidak seorang pun yang pernah memegang pena dan tinta (ilmu) melainkan Allah Swt. memberinya di ‘leher’ Syafi’i,”.
Imam Syafi’i wafat pada malam Jum’at menjelang subuh pada hari terakhir bulan Rajab tahun 204 Hijriyyah atau tahun 809 M pada usia 52 tahun. Imam Syafi’i adalah ulama’ madzhab yang paling banyak diikuti pendapatnya di Nusantara hingga saat ini meskipun beliau lahir dan hidup di masa Daulah Abbasiyah. (disarikan dari : http://id.wikipedia.org/wiki/Imam_Asy-Syafi%27i)
Kebangkitan Daulah Abbasiyahiyah dimulai dengan gerakan-gerakan perlawanan terhadap kekuasaan yang dilakukan oleh Muhammad bin Ali, Abul Abbas As Saffah dan Abu Muslim Al Khurasani.
2. Selama hampir enam abad para khalifah yang memegang kepemimpinan Daulah Abbasiyah ada 37 orang khalifah. Kekhalifahan Daulah Abbasiyah terbagi menjadi beberapa periode:
a. Periode pertama Daulah Abbasiyah mulai tahun 132 H atau 750 M sampai tahun 232 H atau 847 M.
b. Periode kedua berlangsung tahun 232 H/847 M-334H/946 M).
c. Periode ketiga berlangsung tahun 334 H/946 M-464 H/1075 M.
d. Periode keempat berlangsung tahun 464 H/1075 M-623 H/1225 M.
e. Periode kelima berlangsung tahun 623 H/1225 M-656 H/1258 M.
3. Perkembangan Islam Pada masa pemerintah Daulah Abbasiyyah, meliputi sekitar kerajaan-kerajaan Islam yang besar. Di bawah kekuasaan Daulah Abbasiyah, daerah- daerah yang ditaklukkan dikembangkan menjadi pusat-pusat peradaban Islam, seperti Baghdad, Isfahan, TabarisUtan,JGIhaPsrnUah,BHaLlabI, BKukhara dan lainnya.
4. Ilmu pengetahuan dan peradaban berkembang dengan pesat. Dimulai dari gerakan penerjemahan, penulisan dan pemberian penghargaan bagi para ilmuwan yang memberikan kontribusi terhadap (karya) ilmu pengetahuan dan peradaban pada saat itu.
5. Pada masa khalifah Al-Mansur, gerakan pembukuan (tasnif) dan kodifikasi (tadwin) ilmu tafsir, hadis, fikih, sastra serta sejarah mengalami perkembangan cukup signifikan.
6. Daulah Abbasiyah mencatat dimulainya sistematisasi beberapa cabang keilmuan seperti Tafsir, Hadis dan Fiqh. Khususnya sejak tahun 143 H, para ulama mulai menyusun buku dalam bentuk yang sistematis baik di bidang ilmu tafsir, hadis maupun fiqh.
7. Pemerintahan Daulah Abbasiyah dipimpin oleh seorang Khalifah sebagai pemimpin tertinggi. Selain itu pada masa Daulah Abbasiyah sudah dibentuk Wizarat yang dijabat oleh Wazir (perdana menteri).
8. Sistem pemerintahan sudah berjalan lebih baik dan berkembang. Sudah terdapat pembagian wilayah, tanda kebesaran dan kehormatan, angkatan perang, baitul maal dan kehakiman yang sudah dikembangkan dari kekhalifahan sebelumnya.
9. Kemunduran Daulah Abbasiyah disebabkan oleh factor internal dan eksternal. Persaingan antar bangsa, kemerosotan ekonomi, konflik keagamaan dan ancaman dari luar.