JUDUL
"Analisis Proses Rantai Pasok Di Desa Cibodas Untuk Memenuhi Persediaan Restoran Waralaba ABC"
JURNAL
Jurnal Manajemen Logistik dan Transportasi
VOLUME DAN HALAMAN
Volume 5, Nomor 3 (Desember 2019)
TAHUN
2019
PENULIS
Afferdhy Ariffien ,Irayanti Adriant ,Astri Dwi Sari Purba
Nama Reviewer
Fadli Nurkholis - 182230182@std.ulbi.ac.id
Muh Lutfi Ar Rahman - 182230099@std.ulbi.ac.id
Safina Putri Andriana - 182230147@std.ulbi.ac.id
Sonia Christina Siman - 182230132@std.ulbi.ac.id
Nadya Mustafidzah - 182230146@std.ulbi.ac.id
Tanggal
06/01/2024
Sektor pertanian di Indonesia merupakan salah satu penyumbang kontribusi terbesar dalam perekonomian masyarakat Indonesia. Sebanyak 31,86 persen dari jumlah penduduk yang bekerja merupakan penduduk yang bekerja untuk sektor pertanian (Data BPS, 2017). Produk pertanian merupakan produk perishable goods atau mudah rusak (Tsao, 2013). Karakteristik inilah yang menyebabkan aktivitas logistik produk pertanian menjadi lebih kompleks dari pada produk lainnya. Desa Cibodas yang terletak di Kabupaten Bandung Barat merupakan salah satu sentra produksi sayuran dan buah di Jawa Barat (BPS dan Direktorat Jenderal Hortikultura) yang memiliki luas lahan keseluruhan seluas 1.273,44 Ha dengan lahan yang ditanami produk pertanian seluas 688,27 Ha (Data Desa
Cibodas, 2019). Komoditas paprika merupakan tanaman yang baru dibudidayakan di desa Cibodas. Iklim yang mencukupi mendukung kegiatan budidaya tanaman ini di desa Cibodas. Buktinya hampir seluruh hasil produksi paprika di Desa Cibodas disuplai ke Restoran Waralaba terkenal di Indonesia khusus untuk outlet di kota Bandung. Petani anggota yang menanam paprika akan menyuplai hasil panennya hampir seluruhnya ke koperasi tani untuk didistribusikan selanjutnya ke outlet-outlet restoran waralaba ABC di kota Bandung. Permintaan akan paprika selalu ada setiap harinya kecuali pada hari Sabtu dan Minggu, namun hal ini berbanding terbalik dengan keadaan produksi oleh petani anggota yang menanam paprika di desa Cibodas. Ketidakmampuan koperasi tani dalam memasok secara kontinu ke restoran disebabkan karena petani paprika sedang tidak panen ataupun hasil panen tidak mampu mencukupi jumlah permintaan. Produksi paprika oleh petani anggota dilakukan secara terjadwal oleh setiap petani anggota Koperasi Tani Gerbang Mas sehingga tidak semua petani anggota akan menanam paprika. Dikarenakan modal merupakan kendala yang dirasakan oleh petani paprika. Budidaya paprika selain membutuhkan penanaman serta perawatan yang ekstra juga membutuhkan modal biaya yang cukup besar. Hal ini menyebabkan petani-petani di desa Cibodas enggan untuk lebih memilih paprika sebagai budidaya tanamannya. Tetapi karena tuntutan pasar yang sudah jelas dan sudah terjalin kontrak maka dibutuhkan suatu manajemen yang terintegrasi antara pelaku-pelaku dalam rantai pasok agar mampu menyuplai paprika sesuai dengan permintaan konsumen secara kontinu.
Tujuan Penelitian
Menjelaskan proses rantai pasok paprika dari hulu (petani) hingga ke hilir (restoran waralaba ABC), mengetahui kinerja rantai pasok paprika, dan memberikan usulan perbaikan terhadap kinerja rantai pasok paprika.
Subjek Penelitian
Anggota petani paprika Desa Cibodas
Metode Penelitian
Metode penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan (metode) deskriptif. Dalam metode deskriptif yang di gunakan ada dua metode yaitu metode deskriptif kualitatif dan metode deskriptif kuantitatif.
Hasil Penelitian
Dalam review jurnal di atas didapat kan 3 hasil
1. Budidaya paprika di desa Cibodas dilakukan dilahan green house yang bertujuan untuk memudahkan petani dalam mengendalikan kondisi lingkungan
2. Pada penelitian di atas, koperasi gerbang mas sebagai pengumpul paprika dari petani anggota hanya memasok paprika dari petani tersebut dan restoran waralaba ABC sebagai tujuan akhir dalam rantai pasokan paprika di gerbang mas.
3. Berdasarkan pengolahan data, petani paprika rata-rata menerima harga penjualan sebesar Rp 19.000 untuk paprika hijau dan Rp 26.000 untuk paprika merah, sedangkan untuk margin pemasaran oleh koperasi tani gerbang mas adalah Rp 2.000 dimana sebenarnya yaitu 67,2% untuk biaya pemasaran dan sisanya yaitu 32,8% menjadi keuntungan bagi koperasi.
Kelemahan Penelitian
kelemahan dari jurnal ini adalah memiliki beberapa bahasa yang masih kurang mudah untuk di pahami dengan kata lain pembaca mengharuskan lebih meningkatkan tingkat kefokusannya.
Kelebihan Penelitian
kelebihan dari jurnal ini adalah teori dan analisis yang digunakan didalam jurnal ini telah sangat tepat dan sangat efektif.
Kesimpulan
dari hasil penelitian dapat si dimpulkan bahwa rantai pasok paprika di koperasi terdiri dari petani anggota sebagai pemasok paprika, Koperasi Tani Gerbang Mas sebagai pengumpul dan pengolah, serta Restoran Waralaba ABC sebagai konsumen tetap. Ketiga pelaku ini sudah menjalin sistem kontraktual yang mengatur perihal harga, kuantitas serta kualitas paprika yang akan dipasok ke restoran. Aliran barang atau produk dimulai dari paprika yang dipanen oleh petani anggota dari lahan greenhouse yang dimiliki petani. Untuk aliran informasi berjalan dua arah. Setiap pelaku dalam rantai pasok ini saling berbagi informasi untuk kelancaran proses bisnis. Serta untuk aliran keuangan atau finansial, berjalan dari hilir ke hulu atau dari restoran ABC kepada Koperasi Tani Gerbang Mas sampai pembayaran kepada petani anggota. Untuk petani anggota sendiri kinerja yang telah mencapai tingkat superior yaitu kinerja pengiriman, kesesuaian dengan standar, OFCT, CFCCT, dan juga total biaya rantai pasok, sedangkan untuk kinerja pemenuhan pesanan, petani anggota tidak mencapai level parity sekalipun karena ketidakmampuan petani anggota secara kontinu memasok paprika ke koperasi tani. Untuk pengukuran kinerja pada Koperasi Tani Gerbang Mas, kinerja yang telah mencapai tingkat superior yaitu kinerja pemenuhan pesanan untuk paprika hijau, kinerja pengiriman, kesesuaian dengan standar, OFCT, dan CFCCT. Sedangkan untuk pemenuhan pesanan untuk paprika merah hanya mencapai level advantage dan untuk kinerja total biaya rantai pasok pada koperasi tidak memiliki benchmark yang pasti karena setiap produk memiliki perlakuan biaya yang berbeda.