TANGGAL 5 Juni 2008, Kantor Bahasa tepat empat tahun beroperasi di Provinsi Sulawesi Tenggara. Usia empat tahun, tentu usia yang belum seberapa bagi sebuah lembaga. Namun, dalam usia yang ibaratnya masih “balita” itu, Kantor Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara telah menunjukkan kiprah yang besar kontribusinya bagi kemajuan bidang kebahasaan dan kesastraan di Sulawesi Tenggara – bandingkanlah dengan keadaan ketika di provinsi ini belum ada Kantor Bahasa.
Berbagai kegiatan di bidang kebahasaan dan kesastraan telah diselenggarakan Kantor Bahasa, sejak kantor ini dipimpin oleh Dra Dad Murniah, MHum (2004-2006) sampai di bawah pimpinan Drs Haruddin, MHum (2006-sekarang). Bila Anda membaca buku kecil berisi Profil Kantor Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara (yang terbit pertengahan 2007), maka Anda akan segera tahu bahwa lembaga yang berkedudukan sebagai Unit Pelaksana Teknis di bawah Pusat Bahasa ini setiap tahun mengagendakan sejumlah program – dari penelitian (baik penelitian tim maupun penelitian mandiri), pengembangan bahasa dan sastra, sampai pembinaan/pemasyarakatan penyuluhan bahasa dan sastra di berbagai lapisan masyarakat. Dalam hal penelitian, sampai Agustus 2007 Kantor Bahasa telah merampungkan 34 judul penelitian (10 penelitian tim, 24 penelitian mandiri), dan sebagian dari hasil penelitian tersebut telah diterbitkan.
Di bidang kreativitas bersastra, setiap tahun Kantor Bahasa menyelenggarakan kegiatan bengkel sastra dalam berbagai ragam seperti musikalisasi puisi, penulisan cerpen, dan lokakarya penulisan naskah drama. Hasilnya adalah terbitnya kumpulan puisi karya pelajar, di samping antologi puisi penyair Kendari, kumpulan cerita, antologi naskah drama – kegiatan yang seyogyanya tetap diprogramkan pada tahun-tahun yang akan datang. Demikian pula dengan pengiriman kelompok teater ke ajang pentas Perempuan di Pangung Teater dalam rangkaian acara Konferensi Internasional Perempuan Penulis Naskah Drama di Jakarta, sebagai tindak lanjut dari kegiatan lokakarya penulisan naskah drama. Dari pelatihan musikalisasi puisi, lahirlah kelompok musikalisasi puisi seperti Khitari yang penampilannya kala Prosesi Seni Malam Jumat Teater Sendiri Oktober 2007 sungguh luar biasa.
Hal yang patut disyukuri atas beroperasinya Kantor Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara adalah bahwa lembaga ini menaruh perhatian dan kepedulian amat besar terhadap pengembangan kreativitas di bidang bahasa dan sastra di provinsi ini. Tahun 2005 misalnya, Kantor Bahasa memberikan dukungan yang tidak kecil bagi kesuksesan Festival Teater Pelajar, program tahunan Teater Sendiri. Masih di tahun yang sama, Kendari bisa menjadi satu dari enam kota pelaksana lokakarya penulisan naskah drama bagi perempuan pekerja teater, berkat kesediaan Kantor Bahasa menjadi panitia pelaksana di tingkat lokal Kendari. Yang baru saja terjadi di akhir tahun lalu, pemberian penghargaan kepada seniman dan kelompok seni yang berdedikasi menghidupkan kesenian di Sulawesi Tenggara – boleh jadi, inilah penghargaan yang untuk pertama kalinya diberikan sejak Sulawesi Tenggara berdiri!
Pada tahun 2008, Kantor Bahasa “menggebrak” kevakuman interaksi akademik dengan menyelenggarakan kegiatan seminar nasional. Sudah tiga seminar nasional diselenggarakan dalam rentang setengah tahun terakhir ini (akhir Januari di Kampus Unilaki, sekitar April di Kampus Universitas Sembilan Belas November, dan 12 Juni yang baru lalu di Hotel Athaya, Kendari). Di samping itu, bekerja sama dengan Kendari Pos, Kantor Bahasa juga mengisi ruang bahasa di koran ini setiap hari Senin – seiring dengan dibukanya ruang Sastra dan Budaya ini. Bagi yang biasa berselancar di dunia maya, Anda juga bisa mengunjungi laman Kantor Bahasa ini di www.kbhs-sultra.net.
Hal lain yang merupakan berkah dari beroperasinya Kantor Bahasa di Provinsi Sulawesi Tenggara adalah terakomodasinya sumber daya manusia Sulawesi Tenggara dalam berbagai kegiatan kebahasaan dan kesastraan di tingkat nasional (seperti Bengkel Majelis Sastra Asia Tenggara dan acara tahunan kegiatan Bulan Bahasa Nasional di Pusat Bahasa). Dikatakan berkah karena pemerintah daerah provinsi ini menunjukkan sikap kurang peduli pada kondisi kehidupan kebahasaan dan kesastraan di wilayahnya. Bandingkanlah dengan daerah lain yang lebih maju (semoga ini bukan sebuah “kejahatan”), Bandung misalnya. Di samping kini berdiri Balai Bahasa Bandung, di Kota Kembang itu telah lama berdiri Lembaga Bahasa & Sastra Sunda (LBSS) serta Lembaga Budaya Paguyuban Pasundan, dua lembaga yang mendapatkan dukungan dana dari Pemerintah Jawa Barat untuk kepentingan memajukan bahasa dan sastra Sunda.
Dirgahayu Kantor Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara. Semoga semakin maju dan mantap melangkah mewujudkan visinya sebagai lembaga penelitian yang unggul dan pusat dokumentasi, informasi, serta layanan kebahasaan dan kesastraan Indonesia dan daerah di Provinsi Sulawesi Tenggara.
kembali ke artikel