Berbagai "Kisah Nyata"  dalam surat kabar langka yang menggugah rasa

Oleh: Atikah
Pustakawan Tim Layanan Surat Kabar Langka

Surat kabar memuat berbagai berita mulai dari peristiwa yang baru saja terjadi, kisah tokoh, ulasan dari berbagai kisah hidup manusia. Isi dari surat kabar tidak melulu berita yang kejadian terkini di eranya, artikel opini dari para pakar, bahkan berbagai iklan. Sesekali waktu ditemukan juga artikel tentang kisah nyata dari masa lalu dari tokoh yang tak dikenal, yang tak mungkin ditemukan dalam buku. Tulisan tentang kisah nyata ini selain bersifat informatif, menghibur juga menginsipirasi para pembacanya. Seiring dengan berjalannya waktu, banyak artikel atau tulisan dalam koleksi surat kabar lama ketika disajikan lagi dalam bahasa kekinian, nilai informasinya tetap menarik.


Pustakawan dari koleksi surat kabar langka mencoba menelusuri artikel tentang kisah nyata seseorang dari masa lalu dan menerbitkan dalam caption singkat di sosmed facebook Perpustakaan Nasional “Ayokeperpusnas”. Ada beberapa postingan tentang kisah nyata ini yang mendapat nilai jangkauan tertinggi.


Berikut 5 (lima)  artikel kisah nyata dari koleksi surat kabar langka yang mendapatkan rating, selain beragam komentar positif dari para pembacanya. 

1. Pak Emoth mencari Ibu hingga ke ujung dunia. Mutiara 29-9-1982

Artikel ini berisi tentang Sebuah kisah nyata demi mencari Sang Ibu Tercinta. Tersebutlah Emoth bin Maijah asal desa Wadas Karawang Jawa Barat. Ketika berusia 7 tahun (di tahun 1920-an) ibunya pamit hendak bantu masak di pesta orang, dan tak pernah kembali. Tak lama bapaknya kawin lagi. Emoth diasuh oleh kakaknya. Ia dengar Ibunya dijual orang dan dipekerjakan sebagai kuli kontrak perkebunan di Medan Sumatera Utara. Diam-diam Emoth naik ke kapal yang menuju Medan. Di jalan ia dijual calo ke tuan Belanda dan dipekerjakan sebagai kuli kontrak di Deli. Karena tidak tahan ia kabur dan bisa balik lagi ke Karawang. Oleh calo yang menjualnya ke Tuan Belanda, ia diberangkatkan lagi ke Suriname (1925). Di Suriname bekerja sebagai kuli kontrak di kebun kopi 

hingga jadi mandor. Tahun 1937 terjadi pemberontakan para buruh perkebunan tersebut , dan perkebunannya jatuh ke perusahaan Amerika. Di bawah perusahaan Amerika kondisi perburuhan perkebunan menjadi jauh lebih baik. Emoth kemudian menikah dengan gadis Suriname dan dikarunia seorang putri. Tahun 1939, Belanda diserang Jerman. Demi balik lagi ke Karawang dan meneruskan mencari Sang Ibu, Emoth bergabung menjadi pasukan tentara sekutu (mendapatkan pelatihan militer di Panama) dan dikirim ke Australia (1943). Kemudian mengembara ke Cairns, Darwin, beberapa pulau di Maluku bahkan pernah berdinas di Boven Digul. Bulan Agustus 1945 ia mendengar orang berteriak “Wo pinis” Wo pinis!” atau Perang telah selesai dan kembali ke Karawang. Di tengah jalan ditangkap tentara Indonesia, Emoth menjawab ia dari Digul. Dikiranya Emoth tahanan politik Digul yang diungsikan ke Australia. Karena menyerahkan perlengkapan senjata mutakhirnya ke pihak Tentara Indonesia, maka ia dibebaskan. Tahun 1951, ia ikut transmigrasi eks pejuang ke Lampung. Hingga akhirnya bertemu ibunya yang sudah menetap di Lubuklinggau dan sudah tidak berstatus buruh kontrak lagi. 

2. Raharti ditembus 28 peluru. Mutiara, 2-01-1985

Mengisahkan seorang wanita bernama Raharti, seorang pengagum Kartini. Apa yang telah Raharti lakukan terhadap negeri ini, adalah sangat layak disebut seorang pejuang bahkan seorang pahlawan meskipun kita yang hidup sekarang tak mengenalnya. Suaminya seorang tentara dengan pangkat letnan dua di masa revolusi. Raharti turut berjuang langsung sebagai penghubung para pejuang di kota sebagai medan pertempuran. Ia sebagai pemasok makanan untuk para pejuang di garis depan dengan berpura-pura sebagai wanita desa membawa bahan pangan seperti jagung, ketela beras dan lainnya. Lama-lama Pasukan Belanda mencium gerak geriknya. Tepat di tanggal 21 April 1949 ketika ia sedang Shalat Isya, satu peleton serdadu Belanda menggeladah rumahnya. Ketika pintu rumahnya didobrak, timbul niat jahat komandan Belanda untuk melakukan tindakan senonoh. Raharti merota-ronta sekuat tenaga namun tak ada seorangpun yang menolong. Raharti berhasil lepas kemudian berusaha lari ke luar. Di luar pintu sudah menghadang sejumlah laras senjata diarahkan kepadanya dan tidak ada jalan untuk lolos. Akhirnya ia dibawa diinterogasi tentang pasukan gerilya Indonesia terutama tempat persembunyian mereka. Karena Raharti tidak membuka mulut, serentetan peluru menembus tubuhnya. 

Ia mengucapkan ‘‘Allohuakbar’’ sebelum roboh berlumuran darah Tak lama ia mendapat pertolongan, beruntung tubuhnya yang ditembus 28 butir peluru nyawanya masih dapat terselamatkan kecuali kakinya. Tahun 1957 Raharti dipanggil Sang Pencipta. Kuburannya hanya berselang beberapa meter saja dari Makam Panglima Besar Jendral Sudirman. Pada tanggal 10 November 1961, di hari Pahlawan mendiang Presiden Soekarno menghadiahkan Bintang Gerilya untuk Raharti seorang Kartini yang gagah berani. 

3. Profil mahasiswa desa: membuat gentang untuk biaya kuliah. Sinar Harapan, 17-12-1978

Dikisahnya seseorang yang bernama Sumarjo, asli desa Gendengan Yogyakarta, kelahiran 3 Februari 1957. Sejak SD kelas 3 hingga SMA bahkan sampai kuliah ia membiayai SPP nya sendiri. Sebelum ayahnya meninggal, ia dilatih untuk membantu orang mencetak genteng di daerah Gendengan. Mesin cetak gentengnya ia buat sendiri dari kayu randu. Tanah liat dan pasirnya diambil dari sawah dan pekarangan rumahnya.  Tahun 1978 ia lulus ujian SKALU dan diterima di UGM jurusan Matematika Fakultas IPA. Biaya kuliah persemesternya Rp 30.000 atau 60.000 per tahun. Jadi semakin rajinlah Sumarjo memproduksi genting untuk dapat membiayai kuliahnya. Ia tidak malu dengan pekerjaannya sebagai pembuat genting, yang penting halal. Semua teman di kampusnya sudah pada tahu pekerjaannya bahkan sering memesan genting. Jadi keseharian Sumarjo setiap pagi, berangkat dari rumah jam 5 pagi sampai kampus UGM di Bulak Sumur jam 7 dengan mengendarai sepeda Fongers tua peninggalan almarhum Ayahnya.  Sepulang dari kampus kembali bekerja membuat genteng. Sungguh, mahasiswa desa bermental baja. Sedikitpun tak ada rasa rendah diri berhadapan dengan teman-temannya yang orang kota yang kalau kuliah naik motor atau mobil sedan.  Sekalipun ia mahasiswa yang kuliah di kota tetapi jangan tanya kepadanya soal musik pop, novel pop atau puisi kontemporer. Musiknya adalah bunyi cengkrik di pematang yang setiap malam menemaninya ketika ia belajar di bawah lampu minyak, novelnya adalah foto copy literatur milik perpustakaan. Ia biasa belajar mulai jam 2.30 dinihari hingga jam 5 pagi.

4. Padang Surabaya hanya ditempuh dengan Honda Bebek. Buana Minggu, 9-7-1978

Nazarudin Rahmat adalah Wakil Dekan Fakultas Publisistik Perguruan tinggi Thawalib dan Ketua Lembaga Pendidikan & Kebudayaan Islam di kotanya Padang Panjang Sumatera Barat. Suatu hari ia mendapat undangan untuk menghadiri Muktamar Muhammadiyah ke 40 di Surabaya. Maka berangkatlah Pak Nazaruddin dengan membawa keponakannya yang bernama Datuk Raja Bulan (25 tahun) dan anaknya yang no.12 bernama Mutiara Islam (5 tahun). Mereka mengendarai sepeda motor Honda bebek 70 cc. Dengan sepeda motor mereka berangkat dari kota Padang dengan menempuh jarak 3000 km, selama 14 hari. Saat itu jalanan yang mereka lalui masih serba sulit, kadang mengendarai dengan kecepatan 15 km per jam jalanan licin dan rusak, kadang 25 km atau 30 km. Baru di Sumatera Selatan ditemui jalanan mulus honda bebeknya bisa dikebut sampai 80 km per jam. Perjalanan seringnya dilakukan pada siang hari karena malam hari banyak resikonya juga keberanian, seperti masih banyak perampok beraksi. 

4. Dassori penyelamat kereta api dari robohnya jembatan. Indonesia Raya, 29-03-1972.

Ada sebuah jembatan tua yang dibangun pada tahun 1913. Jembatan ini berdiri di atas Sungai Keruh. Kereta Api jurusan Jakarta-Solo dari arah Purwokerto selalu melintasi jembatan ini. Setiap harinya jembatan ini dilewati sekitar 16 kereta api muatan penumpang dengan muatan sekitar 500 orang dan 4 kereta api barang dengan muatan rata-rata 440 ton setiap harinya. Suatu saat tepatnya pada tanggal 18 Maret 1972, jembatan tua ini roboh, padahal 10 menit lagi kereta dari arah Purwokerto akan lewat. Beruntung ada 6 orang rakyat dari desa Adisana bergerak cepat dan berhasil menyelamatkan kereta api Djaja dari kecelakaan akibat ambruknya jembatan yang akan dilalui. Pemerintah melalui Departemen Perhubungan telah memberikan penghargaan pada enam orang penduduk desa tersebut, meskipun perlu waktu hampir seminggu untuk bisa menemukan mereka. Dikarenakan mereka tinggal di Desa Adisana letaknya jauh terpencil namun berkat bantuan Wartawan ibukota saat itu, akhirnya para penyelamat tersebut berhasil ditemukan. Keenam penyelamat itu bernama : Dasori, Rais, Chairuddin, Rakub, Ramli dan Tjatam.



 Mereka mendapat piagam penghargaan dan uang masing-maisng Rp.30.000,-. Dan yang paling membahagiakan bagi masyarat Desa Adisana, hadiah sebuah Sekolah dasar dengan enam ruang kelas di desa terpencil mereka juga sebuah monumen peringatan para penyelamat kereta api serta karcis cuma-cuma kelas utama untuk semua lintasan selama 6 bulan kepada enam orang tersebut. 


Dari kelima kisah diatas, mendapat beragam feedback atau umpan balik dari Pemustaka online Perpusnas yang disebut dengan #SahabatPerpusnas, antara lain :


Dari lima artikel diatas, beberapa pesan moral yang dapat kita ambil adalah : 

Kisah nyata yang inspiratif menjadi sebuah nasehat dengan bukti nyata tanpa menggurui. Cerita hidup manusia dari masa lalu yang memiliki makna panjang yang tidak lekang oleh waktu yaitu: kejujuran, kerja keras, menolong tanpa pamrih, nasionalis, berani berkorban jiwa raga demi cita-cita yang lebih tinggi.


Para tokoh dalam kisah nyata ini bukan tokoh ternama, bukan siapa-siapa, namun namanya menjadi panjang karena kisah mereka tertulis dalam guratan pena para wartawan tempo dulu. Ada banyak kisah-kisah inspiratif lainnnya dari masa lalu, yang perlu ketekunan pustakawan untuk bersedia menggali dan menyajikan kembali ke para pemustaka yang menjadi informasi yang informatif, menghibur sekaligus menggugah rasa kemanusiaan. Mengutip pernyataan salah satu sejarawan Indonesia yang juga pernah menjadi menteri Pendidikan dan Kebudayaan (periode 1983 –1985), mengenai pentingnya sejarah. Sejarah adalah keseluruhan peristiwa yang mengenai hal ihwal manusia sebagai kelompok sosial pada masa lampau.Tulisan mengenai para tokoh inspiratif ini sangat berharga karena berisi nilai-nilai kemanusiaan yang universal  dan suri tauladan yang baik.