BELAJAR SEJARAH DARI FACEBOOK

Oleh: Miftakhus Salami, S.Hum

Layanan Surat Kabar Langka

Beberapa waktu lalu sempat viral mahasiswa yang juga Ketua BEM SI, Kaharudin. Ketika melakukan aksi demonstrasi pada 11 April 2022, ia menyatakan bahwa “era Orde Baru lebih bebas bicara dan lebih sejahtera”. Hal ini sontak membuat warga net menjadi heboh hingga menyarankan agar Kaharudin belajar sejarah dulu sebelum berkoar-koar dan muncul di panggung demostrasi mahasiswa. Pernyataan tersebut akhirnya dikoreksi kembali olehnya yang menyatakan bahwa “Orde baru kita dapat kesejahteraan, tapi tanpa kebebasan dan keadilan”.


Kaharudin merupakan satu dari sekian banyaknya generasi muda bangsa ini yang dapat dikatakan belum sepenuhnya memahami sejarah peristiwa yang terjadi di Indonesia. Di luar sana tentu masih banyak Kaharudin-Kaharudin lain yang juga tidak mengetahui peristiwa sejarah bangsa kita sendiri. Kejadian seperti Kaharudin ini tentunya membuat kita berpikir akan pentingnya memiliki pengetahuan sejarah sebelum berbicara di hadapan publik.


Mari kita sejenak kembali ke peristiwa 17 Agustus 1966 ketika Presiden Sukarno, dalam pidatonya, menyampaikan sebuah ungkapan yang dikenal dengan akronim “Jas Merah”--jangan sekali-kali meninggalkan sejarah. Arti penting dari semboyan tersebut adalah jangan pernah melupakan hasil dari berbagai aksi positif yang telah diraih pada masa lampau. Tidak mungkin membuang hasil-hasil positif dari masa lampau, sebab kemajuan yang dimiliki sekarang adalah akumulasi dari hasil perjuangan di masa lampau. “One Cannot escape history...orang tidak dapat melepaskan diri dari sejarah,” demikian yang disampaikan oleh Bung Karno dalam pidatonya saat perayaan ulang tahun RI ke-21 tahun tersebut.


Ada benang merah antara kejadian Kaharudin dan semboyan “Jas Merah” ini, yaitu kita tidak dapat melepaskan diri dari sejarah. Misalnya, peristiwa 1998 yang terjadi pada masa Orde Baru. Peristiwa tersebut memuncak karena tidak adanya kebebasan dan kesejahteraan yang ada hanyalah semu, sehingga mendorong para mahasiswa pada masa itu untuk melakukan aksi menggulirkan kekuasaan Orde Baru.


Dari ilustrasi fenomena tersebut, tak pelak lagi bahwa pengetahuan sejarah sangat penting untuk diketahui oleh masyarakat pada umumnya dan generasi milenial pada khususnya. Hal ini agar generasi penerus bangsa dapat terus belajar dari sejarah untuk memperbaiki kehidupan bangsa Indonesia agar lebih maju ke arah yang lebih baik. Harapan ini tentu menjadi cita-cita yang terpatri di lubuk hati masyarakat Indonesia seluruhnya. Tidak ada bangsa yang ingin maju dan berkembang ke arah yang lebih baik. Semua bergerak untuk memajukan bangsa agar bisa sejajar dengan negara-negara yang sudah mendapat label sebagai negara “maju”. Dan untuk menjadi negara yang maju tentunya kita harus belajar dari sejarah. Belajar dari sejarah merupakan salah satu cara agar kita tidak meninggalkan jati diri bangsa kita sendiri.


Adanya kemajuan teknologi tentunya memudahkan kita untuk belajar sejarah. Tren yang sedang berkembang saat ini adalah bejar sejarah publik melalui media sosial. Banyak platform digital yang menyediakan informasi sejarah dalam bentuk video maupun foto yang diunggah melalui media sosial, seperti Instagram, Facebook, Tiktok maupun media sosial lainnya. Media sosial menjadi sarana yang efektif dan masif dalam menyebarluaskan informasi sejarah masa lalu.


Perpustakaan Nasional RI pun saat ini telah melakukan itu. Sebagai lembaga yang memiliki koleksi langka seperti surat kabar dengan muatan informasi yang kental dengan peristiwa sejarah, sangatlah penting kalau informasi-informasi tersebut bisa dibagikan kepada masyarakat melalui laman media sosial. Akun Facebook Perpustakaan Nasional RI sangat intens menyajikan informasi-informasi sejarah yang bersumber dari surat kabar langka. Facebok Perpustakaan Nasional RI ini menyajikan informasi potret sejarah masa lalu dengan beragam subjek, mulai dari sejarah tokoh, peristiwa, transportasi, kebudayaan, bahkan juga iklan-iklan di masa lalu. Setiap harinya tidak kurang 2 unggahan konten sejarah dibagikan dalam laman tersebut.

Tampilan Laman Facebook Perpustakaan Nasional RI

(Sumber: Tangkapan Layar Facebook Perpustakaan Nasional, 2022)


Beragam komentar positif juga dituliskan oleh masyarakat yang menjadi pengikut laman tersebut. Di antaranya seperti ungkapan terima kasih dari salah satu pengikutnya yang mengatakan bahwa mereka dapat melakukan wisata masa lalu lewat unggahan sejarah dari koleksi Perpusnas, sehingga memunculkan nostalgia. Beberapa di antaranya juga menulis komentar bahwa mereka baru mengetahui tokoh atau peristiwa tertentu dari unggahan konten sejarah dari Perpustakaan Nasional RI. Ada pula beberapa komentar yang melengkapi informasi sejarah yang diunggah. Dapat dikatakan bahwa komentar-komentar yang dituliskan sebagian besar adalah komentar positif dan menyambut secara antusias unggahan-unggahan konten sejarah yang dibagikan oleh Peprustakaan Nasional RI.

Komentar-komentar dari pengikut laman terkait unggahan konten sejarah dari Surat Kabar Langka yang diunggah di laman Facebook Perpustakaan Nasional RI.

(Sumber: Tangkapan Layar Facebook Perpustakaan Nasional, 2022)


Konten-konten sejarah yang diunggah di Laman Perpustakaan Nasional RI ini merupakan konten-konten sejarah yang bersumber dari koleksi yang dimiliki oleh Perpustakaan Nasional RI. Kredibilitas informasi yang diunggah tentunya dapat dipertanggungjawabkan karena unggahan konten sejarah yang dimuat bersumber dari koleksi. Beberapa dampak positif yang dapat diperoleh oleh masyarakat terkait unggahan sejarah konten masa lalu dari surat kabar langka yang dimuat dalam laman Facebook Perpustakaan Nasional RI, di antaranya:



Tugas perpustakaan sebagai wahana belajar sepanjang hayat juga dapat dilakukan melalui kegiatan seperti ini. Diharapkan dari unggahan konten sejarah yang disajikan di laman Facebook Perpustakaan Nasional RI ini dapat dijadikan sarana dalam mencerdaskan masyarakat Indonesia, sehingga masyarakat menjadi tahu jati diri bangsanya sendiri serta dapat memperdalam pengetahuan sejarahnya. Tentu, salah satu tujuannya agar kejadian semacam Kaharudin tidak terulang kembali bagi generasi muda lainnya, dan lebih jauh agar bisa membangun bangsa Indonesia lebih maju.

 

Sumber bacaan:

https://www.suara.com/news/2022/04/20/182056/debat-dengan-kaharuddin-bem-si-soal-kebebasan-era-orba-vs-jokowi-teddy-gusnaidi-geram-anak-anak-ini-nggak-punya-ilmu

https://sumsel.suara.com/read/2022/04/19/060833/viral-gegara-sebut-orba-lebih-bebas-koordinator-bem-si-kaharuddin-beri-koreksi-begini