Implementasi SDGs 11 dalam Menjaga Dan Melestarikan Warisan Dokumenter Berkelanjutan : Tinjauan Repositori Folklore Di Indonesia Onesearch

Sri Sumekar

(Pustakawan – Perpustakaan Nasional)

PENDAHULUAN

Menjaga dan melestarikan warisan dokumenter merupakan salah satu tujuan SDGs 11 (Sustainable Development Goals 11), yakni dengan target menjadikan kota dan pemukiman inklusif, aman, tangguh dan berkelanjutan. Perpustakaan bisa menjadi salah satu pintu masuknya, yaitu dengan berperan dalam menjaga serta melestarikan warisan dokumenter yang tidak ternilai dalam segala bentuk untuk generasi mendatang. Sebuah peran yang tentu menjadi sangat vital dalam mencapai tujuan SDGs 11. Lewat perpustakaan budaya nantinya mampu memperkuat dan mendukung pembangunan kota yang inklusif dan berkelanjutan[1].

Salah satu warisan dokumenter yang harus terus dijaga dan dilestarikan adalah folklore, yang sarat dengan ajaran moral, kearifan lokal, pendidkan karakter, yang dapat memperkuat jati diri masyarakat. Masyarakat dengan jati diri yang kuat dan tangguh merupakan fondasi yang mendorong tumbuhnya lingkungan pemukiman kota dengan pembangunan berkelanjutan. Undang-undang Nomor 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan telah memandatkan tanggung jawab negara dalam pelestarian warisan dokumenter budaya bangsa kepada Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas). Salah satu bentuk tangungjawab tersebut adalah menjaga dan melestarikan koleksi cerita rakyat nusantara, yang merupakan khasanah hasil karya luhur bangsa Indonesia, dan merupakan kearifan lokal yang terus dijaga dan dilestarikan oleh masyarakat secara berkelanjutan.

Indonesia kaya dengan keragaman cerita rakyat yang tersebar di seluruh pulau di Indonesia. Pemerintah mencatat jumlah pulau di Indonesia hingga tahun 2021 telah mengalami penambahan menjadi 17.000[2]. Cerita rakyat yang semula tersebar di masyarakat dalam bentuk lisan, sudah dilestarikan dalam bentuk narasi dan diterbitkan dalam berbagi media penerbitan, baik cetak maupun digital. Perpusnas sendiri telah melakukan pendokumentasian berbagai cerita rakyat nusantara, yang sudah menjadi repositori berbagai perpustakaan di Indonesia dalam Indonesia OneSearch (IOS).

[1] International Federation of Library Associations and Institutions. (2021, March). Toolkit: librarries, development and the United Nations 2030 agenda. https://www.ifla.org/files/assets/hq/topics/libraries-development/documents/libraries-un-2030-agenda-toolkit-2021.pdf

[2] Nurhanisah, Y., Naufal, A. (2021, November). Jumlah pulau di Indonesia capai 17.000. https://indonesiabaik.id/infografis/jumlah-pulau-di-indonesia-capai-17000

SEKILAS TENTANG INDONESIA ONESEARCH

Indonesia OneSearch atau IOS yang dikembangkan Perpusnas adalah sebuah pintu pencarian tunggal untuk semua koleksi publik dari perpustakaan, museum, dan arsip di seluruh Indonesia. Selain itu, portal ini juga menyediakan akses ke sumber elektronik internasional (e-resources) yang dilanggan oleh Perpusnas untuk semua anggota yang terdaftar. Untuk bisa bergabung dengan IOS, setiap repositori harus menyediakan API berbasis OAI-PMH (Open Archive Initiatives), sebuah protokol pengambilan metadata yang sudah digunakan oleh 75% lebih repositori di dunia. Indonesia OneSearch merupakan platform aplikasi teknologi informasi yang menjaga dan melestarikan warisan dokumenter nusantara, termasuk repositori folklore, agar dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat.

Saat ini terdapat 9.843.736 entri dari 14.129.682 entri dengan duplikat yang tercatat dalam Indonesia OneSearch. Koleksi ini dikumpulkan dengan metode harvesting otomatis dari repositori Perpusnas dan repositori mitra. Mitra yang bergabung di Indonesia OneSearch saat terdiri dari perpustakaan perguruan tinggi (1.683), perpustakaan khusus (435), perpustakaan umum (166), dan perpustakaan sekolah (72). Indonesia OneSearch sudah dikembangkan dalam aplikasi berbasis sistem operasi Android.

REPOSITORI FOLKLORE DALAM INDONESIA ONESEARCH

Hasil penelusuran di Indonesia OneSearch, koleksi folklore cukup besar. Jumlahnya mencapai 7.382 entri. Berdasarkan data kepemilikan, koleksi tersebut dimiliki oleh berbagai jenis perpustakaan, antara lain:

Ditinjau dari formatnya sebagian besar koleksi folklore terbagi dalam berbagai bentuk seperti dibawah ini:

Dari segi keragaman bahasa, sebagian besar koleksi menggunakan bahasa Indonesia yang terdiri dari sebanyak 4.332 entri, sementara penggunaan bahasa lain tersebar sebagai berikut:

Berdasarkan latar belakang tahun terbit, repositori folklore dalam Indonesia OneSearch diterbitkan mulai tahun 1949 dan terbitan terakhir adalah tahun 2021. Produktivitas terbitan tentang folklore sangat tinggi pada hampir setiap tahun, kecuali tahun 1950-1974 yang tidak ditemukan terbitan tentang folklore . Produktivitas terbanyak terjadi pada tahun 2017, yakni sebanyak 534 entri. Rincian jumlah terbitan berdasarkan urutan tahun mulai dari terbitan paling tua dan terbitan paling mutakhir dan jumlah terbitan sebagai berikut:

*tahun (jumlah entri)

PENUTUP

Dari deskripsi produktivitas penerbitan folklore di Indonesia, menunjukkan bahwa folklore menarik minat baca masyarakat, sehingga diterbitkan hampir setiap tahun. Repositori folklore merupakan wujud preservasi kearifan lokal yang tertuang dalam warisan dokumenter hasil karya budaya bangsa yang perlu dijaga dan dilestarikan. Dampak dari hasil pelestarain adalah agar komunitas budaya lokal masyarakat di Indonesia terus inklusif, tangguh, dan berkelanjutan. Perpusnas tetap menjaga ekosistem manajemen pelestarian folklore, melalui pengembangan akses dan transfer pengetahuan tentang folklor, sehingga dengan mudah dapat diakses oleh masyarakat, melalui platform aplikasi Indonesia OneSearch.