Perpusnas Tidak Hanya Koleksi Novel
Yuk Cek Layanan Tertutupnya


Jessica Julia Ramdani

Bagi sebagian orang, perpustakaan juga merupakan “surga dunia”. Sebab di perpustakaanlah kita bisa menemukan, membaca, dan meminjam buku. Di Indonesia sendiri terdapat perpustakaan berskala nasional yang mengoleksi jutaan eksemplar buku, monograf, dan bahan jenis lain. Perpustakaan Nasional Republik Indonesia namanya.

 

Sejarah Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) bermula dengan didirikannya Bataviaasch Genootschap (kemudian menjadi Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen--Masyarakat Ilmu Pengetahuan dan Seni Kerajaan Belanda) pada 24 April 1778, yang merupakan embrio Perpustakaan Nasional. Saat ini, layanan Perpusnas berlokasi di dua tempat terpisah, yaitu Jalan Salemba Raya Nomor 28A dan Jalan Medan Merdeka Selatan Nomor 11, Jakarta Pusat.

 

Perpusnas tidak hanya menjadi tempat koleksi. Melainkan juga memiliki berbagai fasilitas lain, seperti ruang teater, area budaya baca, data center, referensi digital, dan multimedia. Layanan-layanan tersebut tersebar ke beberapa lantai yang ada di gedung Perpusnas Jalan Medan merdeka Selatan Nomor 11.

 

Perlu diketahui, bahwa layanan di Perpusnas terbagi menjadi dua, yaitu layanan terbuka dan layanan tertutup. Layanan terbuka (open access) adalah sistem layanan yang memberikan kebebasan kepada pemustaka untuk menemukan dan mencari bahan pustaka yang diperlukan. Sedangkan layanan tertutup (close acces) merupakan layanan di mana pemustaka harus menggunakan katalog yang tersedia untuk memilih pustaka yang diperlukannya kemudian koleksi tersebut akan diambilkan oleh pustakawan.

 

Yang menjadi perhatian saya saat berkunjung ke Perpusnas adalah layanan tertutupnya. Beberapa layanan koleksi yang menerapkan sistem close access adalah Layanan Audiovisual (lantai 8), Layanan Naskah Nusantara (lantai 9), Layanan Monograf Tertutup (lantai 12-12A), Layanan Buku Langka (lantai 14), Layanan Referens dan Ilmu Perpustakaan (Lantai 15), Layanan Foto, Peta, dan Lukisan (Lantai 16), Layanan Majalah Terjilid Langka (Lantai 23), dan Layanan Surat Kabar Terjilid Langka (Perpusnas Salemba).

 

Saat memasuki ruangan-ruangan di layanan tersebut, kesan pertama saya adalah tenang dan sepi. Selain itu, layanan tertutup juga identik dengan langka. Itu karena koleksi yang dilayankan termasuk naskah atau koleksi langka yang memang membutuhkan perhatian khusus.

 

Mungkin inilah yang menjadi alasan pemustaka menganggap bahwa layanan tertutup tidak menarik untuk dikunjungi. Padahal layanan-layanan koleksi tersebut memiliki manfaat tersendiri, khusunya bagi para peneliti.

 

Penulis: Jessica Julia Ramdani (Pemustaka)

Editor: Dede Gumilar (Pustakawan Perpusnas RI)