Setiap kota pasti akan mengalami perkembangan seiring perubahan zaman. Perkembangan budaya suatu kota yang telah dipengaruhi oleh kepentingan sosial, ekonomi, politik, dan perkembangan teknologi akan membawa suatu kota menuju modernisasi dan mengabaikan struktur asli dari kota tersebut. Setiap kota memiliki kawasan bersejarah yang perlu dilestarikan. Kawasan bersignifikansi sejarah dan budaya ini merupakan cikal bakal dari pertumbuhan suatu kota.
Seperti halnya Kota Tegal yang tak luput dari dinamika perubahan. Perubahan tersebut terutama dapat dirasakan di ruas-ruas jalan utama kota Tegal seperti Jalan Gajah Mada, Jalan Meyjen Sutoyo, Jalan Jenderal Sudirman, Jalan Dr. Sutomo, Jalan Diponegoro, dan Jalan Ahmad Yani. Terdapat beberapa bangunan bersejarah di sepanjang jalan tersebut yang mengalami perubahan fungsi maupun fasadnya. Ditambah kawasan tersebut adalah kawasan cepat berkembang yang sebagian besar berfungsi sebagai kawasan perdagangan dan jasa. Dengan melihat kondisi demikian, maka perlu adanya upaya pelestarian terhadap aset-aset bersejarah yang ada di Kota Tegal.
Bangunan bersejarah yang ada di ruas-ruas jalan tersebut didominasi oleh bangunan bergaya arsitektur kolonial baik bangunan privat, perkantoran, pemerintahan, maupun tempat ibadah.
Menurut Handinoto (1996) ciri-ciri bangunan kolonial adalah sebagai berikut:
1. Gable/gevel, berada pada bagian tampak bangunan, berbentuk segitiga yang mengikuti bentukan atap
2. tower/menara, variasi bentuknya beragam, mulai dari bulat, kotak atau segiempat ramping, segienam, atau bentuk-bentuk geometris lainnya
3. dormer/cerobong asap semu, berfungsi untuk penghawaan dan pencahayaan. Di tempat asalnya (Belanda) dormer biasanya menjulang tinggi dan digunakan sebagai ruang atau cerobong asap untuk perapian
4. Tympannon/tadah angin, merupakan lambang masa prakristen yang diwujudkan dalam bentuk pohon hayat, kepala kuda, atau roda matahari
5. Ballustrade, pagar yang biasanya terbuat dari beton cor yang digunakan sebagai pagar pembatas balkon atau dek bangunan
6. Bouvenlicht/lubang ventilasi, bukaan pada bagian wajah bnagunan yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan kesehatan dan kenyamanan termal
7. Windwijzer/penunjuk angina, ornament yang diletakkakn di atas nok atap yang berfungsi sebagai penunjuk arah angin
8. Nok Acroterie/hiasan puncak atap, terletak dibagian puncak atap. Ornamen ini dulunya dipakai pada rumah-rumah petani di Belanda, dan terbuat dari daun alang-alang.
9. Geveltopen/hiasan kemuncak atap depan/ Voorschot, berbentuk segitiga dan terletak di bagian depan rumah