Kawasan ini boleh dikatakan sebagai kota lamanya Tegal. Sebab di kawasan ini bangunan-bangunan khas kolonial yang megah. Disinilah dulu pusat pemerintahan Tegal sebelum berpindah ke kompleks balaikota di jalan Ki Gede Sebayu.
Gedung DPRD Tegal
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Kantor resident Tegal yang saat ini menjadi gedung DPRD
Sumber: Disporabudpar 2013
Bangunan ini dikenal sebagai Balaikota Tegal. Sejatinya bangunan gedung tersebut dikenal sebagai residenthuis Tegal. Tegal pernah menjadi ibukota karesiden dan sekaligus ibukota kabupaten (regentschaap). Ditetapkannya Tegal sebagai ibukota Residen diketahui ketika tahun 1824 pemerintah kolonial mengangkat seorang Residen di Tegal. Penetapan Tegal sebagai karesidenan dan ibukota karesidenan dapat dilacak melalui Regeering Almanak van Nederlandsdsch Indie tahun 1824-1832.
Sebuah sumber menyebutkan bangunan yang merupakan kediaman resmi Resident Tegal sudah berdiri tahun 1750-an oleh Mathijs Willem de Man (1720-1763). Karesidenan Tegal membawahi wilayah Kabupaten Brebes, Kabupaten Tegal dan Kabupaten Pemalang. Pusat pemerintahan karesidenan berada di kompleks yang sekarang dinamakan Gedung DPRD Kota Tegal.
Berada diatas tanah seluas ± 4.600 meter, bangunan gedung DPRD mempunyai luas bangunan ± 1.468 meter dengan panjang bangunan ± 48, 80 meter, lebar ± 30,10 meter dan tinggi bangunan mencapai ± 8 meter.
Tahun 1910 bangunan ini dialihkan menjadi kantor Asisten Resident Tegal yang tergabung dalam wilayah karesidenan Pekalongan. Penetapan Tegal menjadi bagian karesidenan Pekalongan ditetapkan dalam Staatsblad 170 / 1905, Aantoonede de administratie ve Indeeling de Residentie Pekalongan, tertanggal 28 Februari 1905. Semasa pasca kemerdekaan tahun 1950-an, bangunan ini difungsikan sebagai Balaikotapraja Tegal. Sedangkan untuk Kabupaten Tegal berada di Pendopo Alun-alun Kota Tegal sekarang. Sebelum nantinya pindah ke Slawi.
Fungsi sebagai gedung DPRD dimulai tahun 1987, saat Balaikota Tegal pindah dari kompleks Balaikota lama di jalan Proklamasi menuju Pendopo Alun-alun jalan Ki Gede Sebayu sekarang. Sementara Pemerintah Kabupaten berpindah ke selatan, tepatnya di kecamatan Slawi yang dijadikan ibukota Kabupaten Tegal (Disporabudpar 2013).
Tahun 1860-an merupakan revolusi dalam bidang telekomunikasi dan transportasi. Pelayanan telegraf dibuka untuk umum dimulai tahun 1856, disusul layanan pos modern tahun 1862. Di Tegal pelayanan pos, dan telegraf di buka pada awal abad XX dengan dibangunnya kantor Post Telegraafend Telefoon Dienst yang sekarang berada di Jalan Proklamasi No. 2 Tegal. Layanan Pos Tegal saat itu menjangkau wilayah Brebes, Tegal dan Pemalang.
Layanan pos dan telegraf membuktikan Tegal menjadi wilayah urban dinamis. Sama seperti bangunan peninggalan kolonial, arsitektur bangunan Pos dan Telegraf punya ciri khas bangunan perkantoran era kolonial yakni monumental dan menyesuaikan dengan kondisi setempat. Gedung Pos Tegal memiliki luas bangunan ± 659 meter diatas tanah seluas1.± 210 meter. Dengan panjang bangunan ± 30 meter, lebar bangunan ± 20 meter dan tinggi bangunan ± 7 meter.
Bangunan ini pernah mengalami fungsi sebagai markas Angkatan Laut dan tahun 1954 diserahkan kepada Perusahaan Telepon dan Telegram (PTT) untuk difungsikan kembali sebagai kantor pos dan telegraf. Hingga pada akhirnya menjadi bagian dari PT Pos Indonesia (Disporabudpar 2013).
Perkembangan perniagaan yang dilecut dari angin liberalisme membawa dampak masuknya investasi dari swasta di Hindia Belanda. Sejumlah regulasi ditetapkan oleh Pemerintah kolonial. Salah satunya UU Agraria 1870. Aturan ini merubah dalam persoalan agraria. Produk hukum tersebut merupakan jawaban pemerintah kolonial atas tuntutan kaum liberal yang meminta kepastian hukum atas tanah yang dikuasai masyarakat/penduduk. Inilah yang kemudian menghasilkan hubungan horizontal.antara tanah, tenaga kerja dan kapital (baca pemilik modal). Investasi yang cukup pesat adalah pada bidang industri perkebunan.
Produk utama perkebunan yang menjadi andalan diantaranya adalah tebu, tembakau, nila, kopi dan teh. Terkecuali kopi yang didominasi negara, perkebunan lainnya melahirkan perusahaan yang bergerak dalam bidang agrikultural. Kemajuan perniagaan didorong pula oleh banyaknya lembaga pendanaan yang menyuplai permintaan modal. Seperti Handelsvereeniging dengan modal f. 1,25 juta berdiri tahun 1878. Tahun 1881 didirikan Bank Koloniale dengan modal f 0,5 juta. Terakhir tahun 1863 berdiri di Amsterdam lembaga Handelsbank Matschappij. Lembaga ini mengkhususkan pada bidang perniagaan khususnya pada pendanaan perkebunan di Hindia Belanda. Ekspansi lembaga berkembang pesat. Pada tahun 1901 membuka cabang di Singapura, berturut-turut 1906 membuka di Hongkong sebagai upaya menunjang perniagaan gula, 1920 dibuka cabang di Sanghai, Calcutta, Bombay dan Kobe sebagai upaya mendukung perniagaan katun di kawasan Asia Timur dan Asia Selatan, 1921 mendirikan cabang di Tokyo, setahun berikutnya di Yokohama. Di tahun 1950 berganti nama Nationale Handelsbank. Pada tahun 1959 bank ini dinasionalisasi dengan nama Bank Umum Negara.
Tegal merupakan salah satu wilayah yang pesat dengan perniagaan. Pada abad XIX wilayah ini telah memiliki industri gula dan areal perkebunan yang menjanjikan. Kawasan industri gula berpusat di Pangkah, Pagongan, Kemanglen, Balapoelang, Doekoehwringin, Kemantran dan Adiwerna Industri gula menciptakan peningkatan infrastruktur di kawasan Tegal. Pesatnya Tegal memungkinkan kawasan ini oleh pemerintah kolonial dijadikan sebagai gementee (setingkat kotapraja) tahun 1906, berdasarkan Staatsblad No 123, tertanggal 1 April 1906.
Gedung Lanal TNI Angkatan Laut menjadi bukti pesatnya dinamika perkembangan ekonomi di kota Tegal. Berdiri tahun 1914, bangunan berciri Eropa klasik dan monumental ini pernah digunakan sebagai kantor N.V Handelsbank Matschappij, sebuah lembaga perbankan yang berkaitan dengan pendanaan pada sektor perkebunan. Berada pada jalan Proklamasi No.1 Tegal, ini membuktikan sejak kolonial, kota Tegal mempunyai medan magnet bagi ekonomi serta perniagaan.
Berada diatas tanah seluas 2.970 meter, bangunan Lanal Tegal ini memiliki luas bangunan 1.069,2 meter dengan panjang 59,40 meter, lebar bangunan 18 meter dan tinggi bangunan mencapai 8 meter.
Tipe klasik Eropa pada bangunan ini ada pada bagian pintu masuk yang diatasnya menyerupai bangunan kastil Eropa dan menyesuaikan dengan kondisi lingkungan tropis dengan pengadaan ruang berventilasi dan jendela yang banyak dan tinggi sehingga menciptakan keteduhan di dalam ruangan.
Bangunan ini berpindah ke TNI Angkatan Laut tahun 1960 dan digunakan sebagai Markas Komando ALRI Tegal. Pernah digunakan sebagai kantor PT Yala Gita dan Gedung Sional dan sekarang dipakai Markas Komando Angkatan Laut Tegal (Disporabudpar 2013).