HMPS IKS - Gelar Diskusi Terkait Isu Kekerasan Seksual
Himpunan Mahasiswa Program Studi Ilmu Kesejahteraan Sosial (HMPS IKS) divisi Intelektual menyelenggarakan forum DISKOTIK (Diskusi Kolaborasi Terkait Isu Terkini) yang mengangkat tema "Menelisik Konstelasi Kuasa dan Keterancaman pada Kekerasan Seksual: Menggugah Kesadaran dan Esensi Problematika".
Bertempat di Student Center Lt.3 Timur, pada hari Senin, 28 April 2025. Diskusi yang dibuka secara umum untuk teman-teman mahasiswa yang ingin mengetahui tentang isu terkini terlebih isu tentang kekerasan seksual, dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran peserta tentang hubungan antara relasi kuasa dan kerentanan terhadap kekerasan seksual, mendorong pemahaman mendalam secara kritis untuk menciptakan perubahan dalam sikap, dan tindakan terhadap pemberantasan kekerasan seksual.
Acara berlangsung dari pukul 16.00 sampai selesai yang menghadirkan Nur Azila, seorang pegiat gender, sebagai pemateri dan diskusi yang dipandu oleh Wahab Amrulloh sebagai moderator.
Diskusi yang diawali dengan pembukaan oleh moderator yang menyampaikan terkait kondisi di Indonesia sedang mengalami darurat kekerasan seksual yang banyak sekali memakan korban, mulai dari anak usia 5 tahun hingga civitas akademik (Mahasiswa). Selama 1 bulan belakangan ini, media lagi gencar-gencarnya untuk mengabarkan kepada khalayak umum atas kejadian yang mengancam kehidupan perempuan di negeri kita. pelaku kekerasan juga beragam, mulai dari orang yang mempunyai relasi kuasa hingga rakyat biasa.
Selanjutnya, penyampaian materi oleh Nur Azila selaku pemateri. Ia menjelaskan bahwa kekerasan seksual adalah "setiap perbuatan yang merendahkan, menghina, melecehkan, atau menyerang tubuh seseorang karena ketimpangan relasi kuasa atau gender yang menyebabkan penderitaan fisik atau psikis, termasuk gangguan kesehatan reproduksi seseorang serta hilangnya kesempatan untuk menjalankan aktivitas secara aman dan optimal."
Ia juga menekankan bahwa "perkosaan kerap terjadi beriringan dengan kejahatan lain, seperti pencurian dan pembunuhan. Karena itu, kekerasan seksual bukan hanya soal seks, tapi soal kekuasaan," ujarnya.
Tidak hanya itu, pemateri juga menyampaikan bahwa kekerasan dalam relasi hubungan sangat kompleks bahkan beragam. Ia juga menjelaskan beberapa prinsip mendampingi penyintas salah satunya yaitu kesehatan dan keselamatan adalah yang utama dan pahami juga proses berjuang penyintas yang berati menyadari bahwa pemulihan penyintas bukanlah hal yang instan dan setiap orang berbeda-beda. Selain itu, apa yang harus dilakukan ketika mendengar atau melihat kekerasan seksual bisa dilakukan dengan "berani tegur, amankan korban, dan tanyakan kebutuhannya", hak korban kekerasan seksual, serta interseksionalitas dan kerentanan juga dipaparkan oleh pemateri.
Diskusi dilanjutkan dengan dialog interaktif yaitu tanya jawab dan diskusi bersama. Para peserta sangat antusias bertanya dan berdiskusi seputar isu kekerasan seksual yang dipengaruhi oleh relasi kuasa, kondisi kerentanan sosial, serta penanganan terhadap korban.
Sesi terakhir yaitu penutup dan tidak lupa sesi foto bersama. Diskusi ini menjadi wadah edukatif yang bertujuan meningkatkan kesadaran dan kepedulian mahasiswa terhadap isu kekerasan seksual. Diharapkan acara ini dapat memicu langkah awal yang nyata untuk menciptakan ruang aman dan perlindungan terhadap korban kekerasan seksual di lingkungan akademik dan masyarakat umum.
Himpunan Mahasiswa Program Studi Ilmu Kesejahteraan Sosial (HMPS-IKS)
Fakultas Dakwah dan Komunikasi
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
HMPS IKS - Discussion on Sexual Violence Issues
The Intellectual division of the Social Welfare Science Study Program Student Association (HMPS IKS) held a DISKOTIK (Collaborative Discussion on Current Issues) forum with the theme “Examining the Constellation of Power and Threats in Sexual Violence: Raising Awareness and the Essence of Problems”.
Located at the Student Center 3rd Floor East, on Monday, April 28, 2025. The discussion was open to students who want to know about current issues, especially issues of sexual violence, with the aim of raising participants' awareness of the relationship between power relations and vulnerability to sexual violence, encouraging critical in-depth understanding to create changes in attitudes, and actions towards eradicating sexual violence.
The event took place from 16.00 until completion, presenting Nur Azila, a gender activist, as a speaker and discussion guided by Wahab Amrulloh as moderator.
The discussion began with an opening by the moderator who conveyed the conditions in Indonesia are experiencing an emergency of sexual violence that takes a lot of victims, ranging from children aged 5 years to the academic community (Students). Over the past month, the media has been aggressively reporting to the general public on events that threaten the lives of women in our country. the perpetrators of violence also vary, ranging from people who have power relations to ordinary people.
Furthermore, the presentation of material by Nur Azila as the speaker. She explained that sexual violence is “any act that degrades, humiliates, harasses, or attacks a person's body because of unequal power relations or gender that causes physical or psychological suffering, including impaired reproductive health and loss of opportunity to carry out activities safely and optimally.”
She also emphasized that “rape often occurs alongside other crimes, such as theft and murder. Therefore, sexual violence is not just about sex, but about power,” she said.
Not only that, the speaker also said that violence in relationships is very complex and even diverse. She also explained some principles of assisting survivors, one of which is health and safety is the main thing and also understand the survivor's struggle process which means realizing that survivor recovery is not an instant thing and everyone is different. In addition, what to do when you hear or see sexual violence can be done by “dare to reprimand, secure the victim, and ask for their needs”, the rights of victims of sexual violence, and intersectionality and vulnerability were also presented by the speaker.
The discussion was followed by an interactive dialog, namely questions and answers and joint discussion. The participants were very enthusiastic in asking questions and discussing the issue of sexual violence which is influenced by power relations, conditions of social vulnerability, and handling of victims.
The last session was closing and not forgetting the group photo session. This discussion is an educational forum that aims to increase students' awareness and concern for the issue of sexual violence. It is hoped that this event can trigger real first steps to create a safe space and protection for victims of sexual violence in the academic environment and the general public.
Student Association of Social Welfare Science Study Program (HMPS-IKS)
Faculty of Da'wah and Communication
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta