PEMIMPIN DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA
Nama : Ari Mustofa
CGP : Angkatan 7 Kabupaten Klaten
Kelas : 07.155.B1
Asal : SMK Negeri 1 Tulung
3.2.a.8. Koneksi Antar Materi - Modul 3.2
Tujuan Pembelajaran Khusus: CGP mampu menghubungkan materi modul ini dengan modul-modul yang didapatkan sebelumnya.
1. Buatlah kesimpulan tentang apa yang dimaksud dengan ‘Pemimpin Pembelajaran dalam Pengelolaan Sumber Daya’ dan bagaimana Anda bisa mengimplementasikannya di dalam kelas, sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah.
Sumber Daya adalah segala unsur lingkungan (biotik maupun abiotik) yang bermanfaat dan digunakan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Sumber daya di sekolah merupakan semua komponen yang ada sekolah yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan dan kebutuhan sekolah agar dapat digunakan dalam pemenuhan operasional sekolah. Sumber daya berkaitan erat dengan ekosistem yang merupakan sebuah tata interaksi antara makhluk hidup dan unsur yang tidak hidup dalam sebuah lingkungan. Sekolah bagian dari ekosistem, karena terjadi interaksi faktor biotik (unsur yang hidup) dan abiotik (unsur yang tidak hidup) yang saling berkaitan dan berjalan harmonis. Faktor biotik tersebut, diantaranya murid, kepala sekolah, guru, staf/tenaga kependidikan, pengawas sekolah, orang tua dan masyarakat di sekitar sekolah serta lingkungan hidup sekolah seperti taman dan tanaman. Sedangkan faktor abiotik, diantaranya faktor finansial, sarana prasanana, dan lingkungan alam. Faktor biotik dan abiotik sangat perlu diidentifikasi sekolah terutama dalam penyusunan program operasional sekolah karena berperan aktif dalam menunjang keberhasilan proses pembelajaran, hal ini berfungsi sebagai acuan yang mengarahkan seluruh pemangku kepentingan untuk fokus pada pencapaian tujuan, dengan menerapkan aturan, prosedur, dan program, serta proses kegiatan yang dikembangkan bersama dan ditetapkan oleh kepala sekolah untuk memenuhi kebutuhan murid dan lingkungan dalam menghadapi perubahan kehidupan di abad 21 yang dinamis. Pentingnya pengelolaan sumber daya sekolah adalah bahwa segala potensi sumber daya yang sudah dimiliki sekolah yang dapat dimanfaatkan secara optimal sebagai usaha untuk meraih keberhasilan dalam mencapai tujuan sekolah. Sebagai sebuah komunitas, sekolah dapat memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya sama seperti komunitas pada umumnya. Pemanfaatan sumber daya yang dimiliki sekolah dapat memanfaatkan konsep yang digunakan pada pendekatan pengembangan komunitas berbasis aset. Pendekatan ini merupakan cara praktis menemukenali hal-hal yang positif dalam kehidupan. Dengan menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir, kita diajak untuk memusatkan perhatian pada apa yang berjalan dengan baik, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif, maka dikenal dengan Pengembangan Sekolah Berbasis Asset (PBSA), PSBA merupakan suatu pengembangan yang berfokus pada kekuatan atau potensi yang dimiliki oleh sekolah. PBSA selalu memikirkan masa depan dengan berpikir tentang kesuksesan yang telah diraih serta mengorganisasikan kompetensi dan sumber daya yang ada. Dalam PBSA visi dan kekuatan digunakan untuk merencanakan dan melaksanakan aksi yang sudah diprogramkan. Dengan demikian PBSA tidak fokus pada kekurangan serta masalah dan hambatan yang ada. Beragam sumber daya yang ada di sekolah dapat dikelompokkan menjadi tujuh macam aset atau modal diantaranya yakni modal manusia, modal social, modal fisilk, modal lingkungan, modal finansial, modal politik, serta modal agama dan budaya.
Peran pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya, diantaranya:
Seorang pemimpin pembelajaran mampu menerapkan BAGJA di sekolah dengan memanfaatkan aset yang ada,
Seorang pemimpin pembelajaran dalam melakukan perubahan di sekolah dapat dimulai dari hal yang sederhana dengan sesuatu yang sudah dimiliki dan mengoptimalkan semua aset yang sudah ada,
Sebagai pemimpin pembelajaran harus mengerti betul esensi dari Tut Wuri Handayani, sehingga mampu menempatkan murid sebagai pemegang kendali proses pembelajaran mereka sendiri, menuntun murid dalam suasana pembelajaran yang nyaman dan mneyenangkan,
Sebagai guru mampu mengambil peran untuk mewujudkan kepemimpinan murid. Untuk itu, perlu memahami bagaimana meramu pengalaman belajar sehingga murid merasa nyaman, menyenangkan, mandiri, dan memiliki kreativitas untuk mencapai segala yang mereka impikan,
Sebagai pemimpin mampu mendorong kolaboratif dengan kekuatan yang ada di sekolah untuk mengomunikasikan urgensi dari inisiatif perubahan yang sedang dilakukan yang dapat membawa dampak positif pada murid,
Seorang pemimpin pembelajaran dapat menggali sumber daya yang dimiliki dan mengoptimalkan potensi murid sehingga murid berperan secara langsung mewujudkan pembelajaran yang nyaman dan menyenangkan sesuai dengan impian mereka.
Berkiatan dengan implementasi di masyarakat bahwa seorang pemimpin pembelajaran dapat mengoptimalkan modal sosial yang dimaknasi sebagai norma dan aturan yang mengikat warga masyarakat yang ada di dalamnya dan mengatur pola perilaku warga, juga unsur kepercayaan dan jaringan antara unsur yang ada di dalam komunitas/masyarakat. Masyarakat mendapatkan informasi mengenai program sekolah dan dapat dapat menyampaikan saran, pendapat dan/atau tanggapan atas program sekolah tersebut.
2. Jelaskan dan berikan contoh bagaimana hubungan pengelolaan sumber daya yang tepat akan membantu proses pembelajaran murid menjadi lebih berkualitas.
Pengelolaan sumber daya merupakan pemanfaatan pada aset-aset sekolah yang dimiliki dan dikelola dengan baik serta memaksimalkan pemanfaatannya oleh seorang pemimpin pembelajaran sebagai sebuah kekuatan/potensi sekolah. Sekolah merupakan salah satu institusi masyarakat yang berfungsi mengembangkan potensi murid. Sekolah yang sehat memiliki kemampuan memberi bekal yang diperlukan untuk membangun resilience pribadi seperti perhatian, saling mendukung, menciptakan lingkungan yang mendorong murid berprestasi, memberikan kesempatan kepada murid berpartisipasi dalam proses belajar dan menciptakan lingkungan yang mendukung pembelajaran. Resiliensi bisa memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan dalam menghadapi kesulitan yang dihadapi dalam perjalanan hidup menuju kedewasaan seseorang. Sebagai pemimpin pembelajaran harus mampu membuat analisis mengenai sumber daya yang dimiliki sekolahnya dan mampu memanfaatkannya secara optimal untuk meningkatkan kualitas pembelajaran murid. Sumber daya sebagai kekuatan dalam tujuh modal utama, meliputi modal manusia, modal sosial, modal fisik, modal lingkungan/alam, modal finansial, modal politik, dan modal agama dan budaya. Ketujuh sumber daya atau modal itu merupakan aset yang pemanfaatannya harus dapat dilakukan secara bijak untuk mewujudkan tercapainya visi sekolah.
Berikut adalah contoh bagaimana hubungan pengelolaan sumber daya yang tepat dapat membantu proses pembelajaran murid:
1. Sumber daya manusia
Sumber daya manusia yang dimiliki sekolah dilihat dari pengetahuan, kecerdasan, dan keterampilan yang dimiliki. Guru atau pendidik diharapkan mampu memiliki kemampuan berupa pemahaman terhadap peserta didik, perencanaan, pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan dapat mengembangkan keterampilan atau potensi yang dimiliki oleh peserta didiknya. Oleh sebab itu kompetensi guru merupakan hal penting agar tercapainya keberhaslan dalam pembelajaran. Peran guru dalam menjadikan peserta didik yang memiliki pengetahuan luas dan berakhlak mulia sangat penting. Sehingga kualitas guru sangat diperhatikan agar terciptanya peserta didik yang diharapkan dan keberhasilan implementasi pembelajaran sesuai yang di harapkan. Guru sebagai seorang pemimpin pembelajaran yang mampu menggali sumber daya atau aset yang sudah dimiliki sehingga dapat mengarahkan dan membimbing murid untuk mewujudkan kelas impian yang nyaman dan menyenangkan yang menjadi penyemangat belajar.
2. Sumber daya finansial
Pengeloaan dana BOS (Biaya Operasional Sekolah) sesuai peruntukannya dapat digunakan dalam rangka menunjang proses pembelajaran yang berpihak pada murid, yaitu pemeliharaan atau pengadaan aset sekolah (misalnya ruang kelas, taman kelas, dan pengadaan buku bacaan).
Memanfaatkan sumber daya yang ada akan meningkatkan kreatifitas tinggi. Sekecil apapun dana yang tersedia, suatu acara akan berjalan dengan baik dengan menjalankan musyawarah mufakat yang menggunakan pola pikir asset based thingking.
3. Sumber daya fisik
Pengeloaan sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah dengan baik dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk mewujudkan kelas yang nyaman dan menyenangkan yang dapat menumbuhkan semangat belajar murid, misalkan dengan cara menghias kelas, menata meja kursi, menata rak buku dengan berbagai judul bacaan.
3. Berikan beberapa contoh bagaimana materi ini juga berhubungan dengan modul lainnya yang Anda dapatkan sebelumnya selama mengikuti Pendidikan Guru Penggerak.
1. Keterkaitan dengan Modul 1.1 Filosofis Pendidikan Nasional - Ki Hadjar Dewantara.
Pengeloaan sumber daya sekolah sangat berkaitan erat dengan keberlangsungan pendidikan dan pengajaran. Sebagai pemimpin pembelajaran harus mengerti betul esensi dari Tut Wuri Handayani, sehingga mampu menempatkan murid sebagai pemegang kendali proses pembelajaran mereka sendiri, menuntun murid dalam suasana pembelajaran yang nyaman dan menyenangkan.
Pengembangan Sekolah Berbasis Asset selaras dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara. KHD menyatakan bahwa maksud pendidikan itu adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia, maupun anggota masyarakat. Jika makna pendidikan secara umum adalah mengembangkan segala kekuatan, maka demikian juga dengan sekolah sebagai komunitas yang bergerak dalam dunia pendidikan. Sehingga sekolah melakukan pengembangan berdasarkan kekuatan yang ada.
2. Keterkaitan dengan Modul 1.2 Nilai dan Peran Guru Penggerak
Pengelolaan sumber daya yang tepat akan membantu proses pembelajaran murid menjadi lebih berkualitas, hal ini berkaitan dengan kesadaran pentingnya nilai dan peran seorang pemimpin pembelajaran. Sebagai guru mampu mengambil peran untuk mewujudkan kepemimpinan murid. Untuk itu, perlu memahami bagaimana meramu pengalaman belajar sehingga murid merasa nyaman, menyenangkan, mandiri, dan memiliki kreativitas untuk mencapai segala yang mereka impikan.
Sebagai pemimpin mampu mendorong kolaboratif dengan kekuatan yang ada untuk mengomunikasikan urgensi dari inisiatif perubahan yang sedang dilakukan yang dapat membawa dampak positif pada murid
3. Keterkaitan dengan Modul 1.3 Visi Guru Penggerak
Pendekatan berbasis aset digunakan sebagai dasar paradigma Inkuiri Apresiatif (IA),dimana Inkuiri Apresiatif menggunakan prinsip-prinsip utama psikologi positif dan pendidikan positif. Pendekatan Inkuiri Apresiatif percaya bahwa setiap orang memiliki inti positif yang dapat memberikan kontribusi pada keberhasilan. Dengan demikian, dalam implementasinya, Inkuiri Apresiatif dimulai dengan menggali hal-hal positif, keberhasilan yang telah dicapai dan kekuatan yang dimiliki organisasi. Dalam penerapan di sekolah bahwa Inkuiri Apresiatif dapat dimulai dengan mengidentifikasi hal baik apa yang telah ada di sekolah, mencari cara bagaimana hal tersebut dapat dipertahankan, dan memunculkan strategi untuk mewujudkan perubahan ke arah lebih baik. Nantinya, kelemahan, kekurangan, dan ketiadaan menjadi tidak relevan lagi. Berpijak dari hal positif yang telah ada, sekolah kemudian menyelaraskan kekuatan tersebut dengan visi sekolah impian dan visi setiap warga sekolah. Seorang pemimpin pembelajaran menerapkan BAGJA di sekolah dengan memanfaatkan aset yang ada.
4. Keterkaitan dengan Modul 1.4 Budaya Positif
Dalam membangun budaya positif di sekolah, kita akan meninjau lebih dalam tentang strategi menumbuhkan lingkungan yang positif yang didukung dengan aset yang sudah dimiliki sekolah.
Pengelolaan modal agama dan budaya : Keberadaan kegiatan ritual kebudayaan dan keagamaan, kelembagaan, dan tokoh-tokoh penting yang berpotensi untuk menunjang pengembangan kegiatan sekolah merupakan aset yang harus dikelola dengan baik, contohnya :
Hubungan baik dengan para pemuka agama di sekitar sekolah sehingga para pemuka agama sering diundang dalam acara keagamaan dan perayaan hari besar keagamaan
Adanya budaya gotong royong sebagai upaya untuk saling membantu dalam melaksanakan kegiatan dalam mewujudkan kelas impian yang dapat menjadi penyemangat dalam belajar.
Adanya kebiasaan baik (misalnya, menyambut murid di depan kelas sehingga murid merasa senang), hal ini menjadi upaya untuk mewujudkan Profil Pelajar Pancasila, yaitu Beriman, Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan Berakhlak Mulia khususnya pada elemen akhlak kepada sesama.
5. Keterkaitan dengan Modul 2.1 Pembelajaran Berdiferensiasi
Pengembangan Sekolah Berbasis Asset erat kaitannya dengan pembelajaran berdiferensiasi, melalui pembelajaran berdiferensiasi, guru lebih menghargai keberagaman potensi yang dimiliki oleh murid sehingga potensi murid tersebut dapat berkembang secara maksimal. Kondisi sekolah yang baik, memiliki fasilitas pembelajaran yang memadai dan cukup untuk menyelenggarakan pendidikan. Perlu diingat bahwa kesiapan belajar murid bukanlah tentang tingkat intelektualitas (IQ). Hal ini lebih kepada informasi tentang apakah pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki murid saat ini, sesuai dengan pengetahuan atau keterampilan baru yang akan diajarkan. Adapun tujuan memperhatikan kebutuhan belajar murid berdasarkan tingkat kesiapan belajar ini adalah untuk memastikan bahwa semua siswa diberikan pengalaman belajar yang menantang secara tepat. Pemenuhan kebutuhan belajar dibutuhkan pengeloaan sumber daya yang meliputi tujuh modal utama yang ada di sekolah terutama guru dan murid, modal lingkungan alam, modal fisik.
6. Keterkaitan dengan Modul 2.2 Pembelajaran Sosial dan Emosional
Pengembangan Sekolah Berbasis Asset erat kaitannya dengan Pembelajaran Sosial dan Emosional, melalui pembelajaran sosial emosional guru tidak hanya membangun kecerdasan otak murid, tetapi juga kecerdasan emosional. Well-being dapat diartikan sebagai kondisi nyaman, sehat, dan bahagia, hal ini tentunya harus didukung dengan kekuatan tujuh modal utama. Pembelajaran Sosial dan Emosional adalah pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah yang memungkinkan anak dan pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai lima Kompetensi Sosial dan Emosional. Pendekatan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) menekankan kepada kemandirian dari suatu komunitas untuk dapat menyelesaikan tantangan yang dihadapinya dengan bermodalkan kekuatan dan potensi yang ada di sekolah, dengan demikian hasil yang diharapkan akan lebih berkelanjutan
7. Keterkaitan dengan Modul 2.3 Coaching
Pengelolaan sumber daya manusia sangat erat dengan pengembangan kompetensi yang berkelanjutan. Dalam pelaksanaannya ada dua paradigma utama yang menjadi landasan kita menjalankan proses supervisi akademik yang memberdayakan, yakni paradigma pengembangan kompetensi yang berkelanjutan dan optimalisasi potensi setiap individu. Setiap pemimpin pembelajaran seyogyanya berfokus pada peningkatan kompetensi pendidik dalam mendesain pembelajaran yang berpihak pada murid yang bertujuan pada pengembangan sekolah sebagai komunitas praktik pembelajaran. Dalam setiap interaksi keseharian di sekolah, seorang pemimpin pembelajaran dan sekolah perlu memahami paradigma berpikir yang memberdayakan bagi setiap warga sekolah dan melihat kekuatan-kekuatan yang ada dalam komunitasnya.
8. Keterkaitan dengan Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin
Pendekatan Sekolah Berbasis Aset (PSBA) dalam pelaksanaanya bukan tidak mungkin menghadirkan suatu dilema etika atau bahkan dilema moral. Dilema etika adalah suatu kondisi dimana sesorang dihadapkan pada dua pilihan yang sama-sama benar namun memiliki kepentingan yang berbeda. Sedangkan dilema moral adalah suatu kondisi dimana seseorang dihadapkan pada pilihan benar dan salah. Seorang pemimpin pembelajaran dalam PBSA harus terampil dalam membuat keputusan yang tepat. Keputusan yang diambil harus memperhatikan 4 paradigma, 3 prinsip serta 9 langkah pengambilan keputusan. Aset-aset yang dimiliki dan teridentifikasi dapat dimanfaatkan untuk mewujudkan lingkungan belajar yang positif. Tentu pengelolaan aset tersebut harus dilakukan secara bijaksana.
4. Ceritakan pula bagaimana hubungan antara sebelum dan sesudah Anda mengikuti modul ini, serta pemikiran apa yang sudah berubah di diri Anda setelah Anda mengikuti proses pembelajaran dalam modul ini.
1. Sebelum mempelajari modul 3.2:
Dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya lebih menggunakan Pendekatan Berbasis Kekurangan sehingga akan memusatkan perhatian pada apa yang mengganggu, apa yang kurang, dan apa yang tidak berfungsi dengan baik, mengeluhkan banyak fasilitas sekolah yang tidak berfungsi baik, buku ajar yang tidak lengkap, atau sekolah yang tidak tidak memiliki laboratorium. Kekurangan yang dimiliki mendorong cara berpikir negatif sehingga fokus bagaimana mengatasi semua kekurangan atau apa yang menghalangi tercapainya kesuksesan yang ingin diraih. Semakin lama, secara tidak sadar menjadi seseorang yang tidak nyaman dan curiga yang dapat menjadikan buta terhadap potensi dan peluang yang ada di sekitar.
2. Setelah mempelajari modul 3.2:
Dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya lebih menggunakan Pendekatan Berbasis Aset. Pendekatan ini merupakan cara praktis menemukenali hal-hal yang positif dalam kehidupan. Dengan menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir, diajak untuk memusatkan perhatian pada apa yang berjalan dengan baik, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif.
Saya memandang semua sumber daya yang dimiliki sekolah sebagai suatu kekuatan dan aset, maka saya tidak akan berfokus pada kekurangan tapi berupaya pada pemanfaatan kekuatan dan aset yang dimiliki. Sumber daya sebagai kekuatan tersebut merupakan tujuh modal utama, yaitu modal manusia, modal sosial, modal fisik, modal lingkungan/alam, modal finansial, modal politik, dan modal agama dan budaya. Sebagaimana dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP) bahwa ketujuh aset tersebut, adalah pada standar sarana dan prasarana (modal fisik dan modal lingkungan/alam), standar pendidik dan kependidikan (modal manusia dan modal sosial) standar pembiayaan (modal finansial), dan standar pengelolaan pendidikan (modal politik, modal sosial).
Seorang pemimpin pembelajaran dalam melakukan perubahan dapat dimulai dari hal yang sederhana dengan sesuatu yang sudah dimiliki dan mengoptimalkan semua aset yang sudah ada.
Seorang pemimpin pembelajaran dapat menggali sumber daya yang dimiliki dan mengoptimalkan potensi murid sehingga murid berperan secara langsung mewujudkan kelas yang nyaman dan menyenangkan yang menjadi penyemangat dalam belajar.
Gambar. 3.2.a.8. Koneksi Antar Materi - Modul 3.2