Dilema etika seringkali membuat kita sulit untuk mengambil keputusan.
Keputusan yang kita ambil sering kali hanya berdasarkan pada prinsip-prinsip berikut ini:
Melakukan demi kebaikan orang banyak atau yang kita kenal dengan Berpikir Berbasis pada Hasil Akhir (Ends Based Thinking).
Menjunjung tinggi nilai-nilai pada prinsip dalam diri atau yang sering kita sebut dengan Berpikir Berbasis Peraturan (Rules Based Thinking).
Melakukan apa yang kita harapkan orang lain lakukan pada diri kita atau kita kenal dengan Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Cares Based Thinking).
Sebelum mengambil keputusan, terdapat 9 (sembilan) langkah yang dapat disusun untuk memandu kita dalam mengambil keputusan dan menguji keputusan dalam situasi dilema etika yang membingungkan karena adanya beberapa nilai-nilai yang bertentangan, diantaranya adalah sebagai berikut:
Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangna dalam situasi, dengan cara mengidentifikasi dan menyaring masalah yang berhubungan dengan etika sopan satun dan norma sosial.
Tentukan siapa saja pihak yang terlibat dalam situasi tersebut.
Kumpulkan fakta-fakta yang relevan, dalam hal ini kita dapat menggunakan salah satu teknik Coaching dan Kompetensi Sosial Emosi Teknik STOP
Pengujian Benar atau Salah, dalam hal ini dapat dilakukan menggunakan uji legal, uji regulasi atau standar profesional, uji intuisi, uji halaman depan, dan uji panutan atau idola
Pengujian menggunakan empat paradigma benar lawan benar
Melakukan prinsip resolusi dengan menggunakan 3 (tiga) prinsip pengambilan keputusan, yaitu berbasis hasil akhir, berbasis peraturan, dan berbasis rasa peduli.
Investigasi opsi trilema, yaitu munculnya sebuah gagasan baru yang kreatif saat kebingungan dalam pengambilan keputusan.
Buat keputusan
Lihat keputusan dan refleksikan, dalam hal ini salah satu langkah yang dapat kita gunakan adalah teknik IA (Inquiry Apresiatif) menggunakan konsep BAGJA yang berarti Buat Pertanyaan, Ambil Pelajaran, Gali Mimpi, Jabarkan Rencana, dan Atur Ekseskusi
Keputusan yang tepat dan bijak akan sangat berpengaruh dalam perubahan pendidikan di Indonesia yang lebih maju. Bersama kita wujudkan merdeka belajar.
3.1.a.9. Aksi Nyata - Modul 3.1
Tujuan Pembelajaran Khusus :
CGP dapat mempraktikkan proses pengambilan keputusan, paradigma, prinsip, dan pengujian keputusan di sekolah CGP.
Dari pengalaman kita bekerja pada institusi pendidikan, kita sering dihadapkan pada bujukan moral dan dilema etika. Pada kondisi bujukan moral, kita pasti dapat berpegang pada aturan dan norma yang berlaku, karena dalam bujukan moral pilihan yang ada adalah salah dan benar. Akan tetapi, berbeda halnya jika kita dihadapkan pada situasi dilema etika. Kita telah mengetahui bahwa dilema etika adalah hal berat yang harus dihadapi dari waktu ke waktu. Ketika kita menghadapi situasi dilema etika, yaitu situasi yang bertentangan seperti cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi, tanggung jawab dan penghargaan akan hidup.
Situasi-situasi tersebut menepatkan kita pada paradigma dilema etika seperti berikut ini:
Paradigma individu melawan masyarakat (individu vs community); yaitu konflik yang terajdi untuk membuat pilihan antara kepentingan pribadi atau kelompok kecil dengan kepentingan orang lain atau kelompok yang lebih besar.
Paradigma keadilan melawan rasa kasihan (Justice vs mercy); pilihan yang ada adalah memilih antara keadilan dan pelakukan yang sama bagi semua orang atau membuat pengecualian kar3ena kemurahan hati dan kasih sayang. Terkadang diperlukan untuk memegang teguh peraturan, akan tetapi, kita pun terkadang perlu membuat pengecualian untuk hal yang benar dan manusiawi.
Paradigma kebenaran mealawan kesetiaan (truth vs loyalty). Pada paradigma ini kita ditempatkan pada situasi untuk membuat pilihan antara berlaku jujur dan berlaku setia sebagai rasa tanggung jawab kita kepada orang lain. Apakah kita akan berlaku jujur menyampaikan informasi berdasarkan fakta atau kita menjunjung nilai kesetiaan pada profesi, kelompok tertentu, atau komitmen yang telah dibuat sebelumnya.
Paradigma jangka pendek melawan jangka panjang (short term vs long term) pada paradigma ini kita ditempatkan pada pilihan antara yang nampak terbaik untuk saat ini dan yang terbaik untuk masa yang akan datang
Simpulan
Dibutuhkan sikap bijak dalam memainkan peran sebagai pemimpin pembelajaran. Maka guru, dalam setiap mengambil keputusan memerlukan kecermatan dan pengujian yang tepat atas kasus yang dihadapinya.
Paradigma, prinsip, dan langkah-langkah pengambilan keputusan merupakan mekanisme pengambilan keputusan yang sangat penting dilakukan oleh setiap pemimpin pembelajaran yang diharapkan memiliki kompetensi Guru Penggerak sebagai pribadi yang mampu melakukan pengambilan keputusan berdasarkan prinsip pemimpin pembelajaran.
Selanjutnya, seorang pemimpin pembelajaran harus memiliki profil kompetensi yang mampu menyadari dan menggunakan prinsip moral dalam melakukan pengambilan keputusan, serta mampu menerapkan strategi untuk menghindari adanya isu kode etik kepemimpinan sekolah dan konflik kepentingan.
Akhirnya, pembelajaran di Modul 3.1 yang penulis ikuti semoga memberikan dampak manfaat dalam pengambilan keputusan dalam diri dan senantiasa berguna untuk semua pihak, terutama sesuai dengan tujuan utama pendidikan nasional yang berpusat dan berpihak pada murid