pertemuan 14
Memperagakan adegan seni peran teater / darama kontemporer
Selamat datang di Ruang SENI MA ARIFAH
Memperagakan adegan seni peran teater / darama kontemporer
4.7.1 Berlatih melakukan adegan sesuai dengan konsep, teknik dan prosedur teater / drama kontemporer
Dengan makin banyaknya stasiun televisi di Indonesia, menumbuhkan pula industri dibidang produksi pertelevisian atau yg dikenal dengan rumah produksi (pr oduct i on house =PH). Produksi program video dan juga program TV dapat dikerjakan dari yang sederhana sampai dengan menggunakan peralatan dan tehnik canggih. Sebuah produksi video/TV memerlukan pengelolaan yang rumit meliputi: pra produksi; konsep, ide/gagasan, survey, naskah/st or y boar d, anggaran; produksi; peralatan, kru, pengambilan gambar; pos produksi; editing dan penggadaan, namun demikian tiga pilar utama yang utama, yaitu : penulisan naskah produksi, Penggunaan kamera, dan editing, untuk dapat mewujudkan sebuah produksi.
Penulisan Naskah untuk film, televisi, termasuk video, lazim dengan istilah scenario (scenario). Skenario merupakan bentuk tertulis dari gagasan atau ide yang menyangkut penggabungan antara gambar dan suara, dimaksudkan sebagai pedoman dalam pembuatan film, sinetron atau program televisi. Beberapa pakar sinematografi mengemukakan bahwa scenario itu menjadi jiwa dan darah dalam produksi film atau cerita televisi.
Urutan langkah atau pentahapan dalam penyusunan naskah scenario video
a. Persiapan Menulis naskah/ Teks / Narasi
Yang harus dipersiapkan dalam menulis naskah, teks maupun narasi adalah menemukan ide atau gagasan. Setelah ide ditemukan, seorang penulis naskah sangat perlu mempelajari substansi atau isi dari sumber-sumber yang terkait dengan substansinya, sehingga benar-benar memahami apa yang akan ditulis. Setelah ditetapkan konsep yang dipilih maka baru berpikir bagaimana menulisnya. Untuk penulisan teks dapat diawali dengan penulisan kerangka tulisan (outline). Sedangkan untuk penulisan narasi dapat dilakukan menulis rencana gambaran visual yang akan diberi
narasinya. Dalam hal ini narasi akan lebih memberikan penjelasan gambaran visual yang ditayangkan nantinya. Narasi bisa berbentuk life dari pemeran ataupun dubing oleh pengisi suara. Dapat juga disuarakan oleh narator maupun presenter.
Sebelum menulis naskah untuk panduan produksi ditulis, biasanya didahului dengan membuat synopsi s, dan
Tr eat ment
1) Sinopsis
Gambaran secara ringkas dan tepat tentang tema atau pokok materi yang akan dikerjakan. Tujuan utama ialah memudahkan pemesan (produsen) menangkap konsep, kesesuaian gagasan dengan tujuan yang ingin dicapai.
Setelah synopsi s ditulis maka sudah harus nampak adanya: alur, isi cerita, Perwatakan pemain (bila ada), tempat, waktu, serta keterangan lain yang memperjelas
synopsi s.
2) T reat ment
Uraian ringkas secara deskriptif, bukan tematis, yang dikembangkan dari synopsi s dengan bahasa visual tentang suatu episode cerita, atau ringkasan dari rangkaian suatu peristiwa. Artinya dalam membuat t r eat ment bahasa yang digunakan adalah bahasa visual. Sehingga apa yang dibaca dapat memberikan gambaran mengenai apa yang akan dilihat. Dengan membaca t r eat ment bentuk program yang akan dibuat sudah dapat dibayangkan. Sehingga perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut :
a) urutan dalam video sudah makin jelas,
b) Sudah kelihatan formatnya apakah dialog (bagaiamana pokok dialognya), narasi (bagaimana pokok narasinya),
c) Sudah dimulai adanya petunjuk-petunjuk tehnis yang diperlukan.
3) Skenario
Dari t r eat ment kemudian dibuat naskah produksi atau scenario. Penulisan naskah produksi atau scenario harus operasional karena digunakan sebagai panduan tidak saja kerabat kerja (cr ew) tetapi juga pemain dan pendukung lain yang terlibat. Penulisan naskah atau scenario pada dasarnya menggambarkan sekaligus menyuarakan apa yang ingin disampaikan. Urutan synopsis-tritmen-skenario
merupakan rangkaian yang baik untuk membuat naskah video (televisi), Baker (1981) mengemukakan juga pentahapan dalam membuat naskah, yaitu : concept , st or y boar d, dan scr i pt.
Setidaknya ada dua format naskah untuk penulisan naskah TV/video, yaitu double col um, dan wi de mar gi n
a) Format kolom ganda (doubl e col um).
Format ini lazim digunakan untuk menulis naskah informasi, dokumentasi, pendidikan. Format kolom ganda, lembar kertas dibagi menjadi dua kolom utama, yaitu kolom visual (kiri) dan kolom audio (kanan).
Pada kolom kiri berisi uraian yang menyangkut visual. Misal gambar harus dimabil dengan CU, kemudian zoom out, atau keterangan lain bagi kru kamera, termasuk siapa subyeknya, diambil dari mana, beberapa waktu lamanya pengambilan, dll. Kolom kanan berisi segala sesuatu yang menyangkut audio yang berupa narasi, dialog para pelaku atau efek-efek suara lain yang diperlukan. Untuk memudahkan narator atau juru suara (sound man) maka dalam menulis kolom kanan, semua informasi yang tidak akan dibaca (disuarakan) ditulis dengan huruf capital. Sedang narasi atau dialog yang akan dibaca atau disuarakan ditulis dengan huruf kecil.
Dalam pembuatan video pembelajaran perlu memperhatikan beberapa istilah yang biasa digunakan, sama halnya dalam produksi film umumnya. Hal ini diperlukan agar film atau video yang dihasilkan sesuai dengan tujuan pembuatannya sehingga dapat dimanfaatkan terutama sebagai media pembelajaran.
Istilah dalam produksi film atau video, antara lain :
SHOOT adalah munculnya gambar di layar TV yang diambil dengan memakai sebuah kamera selama jangka waktu tertentu.
TWO SHOOT Biasanya dalam naskah ditulis 2Shoot atau 2s; hanya dua orang saja yang terlihat pada gambar.
GROUP SHOOT Pengambilan gambar lebih dari 2 orang atau sekelompok orang.
BCU atau BSC Singkatan dari Big Close UP atau Big Close Shoot kadang kadang disebut juga PCS (Very Close Shoot) Shot ini hanya memperlihatkan beberapa bagian dari wajah seseorang biasanya antara dagu dan dahi atau detildetil yang terperinci dari sebuah benda.
CU atau CS : Close Up atau Close Shoot : memperlihatkan seluruh wajah seseorang atau bagian bentuk untuk sebuah benda.
ECU : Extreme Close UP, yaitu pengambilan sangat dekat sekali, sampai poripori kulitpun dapat kelihatan. Fungsinua untuk memperlihatkan detil suatu objek.
MCU atau MCS : Medium Close Up atau Medium Close Shoot, seringkali disebut chest Shoot atau bust Shoot memperlihatkan kepala dan bahu sampai ke dada bagian atas. Untuk benda akan terlihat bagian penuh benda tersebut atau bagian dari sebuah bangunan.
MS atau Medium Shot ; seringkali dikenal dengan istilah “waist” (pinggang) shoot,memperlihatkan kepala sampai pinggang seseorang atau seluruh bagian sebuah benda atau sebagian besar sebuah bangunan.
MLS atau Medium Long Shoot ; sering kali dikenal dengan istilah ‘knee” (lutut) dari kepla sampai lutut atau gambar sebagian besar kelompok bangunan.
LA atau WS atau WA : Long Shoot atau Wide Shoot atau “Wide Angle” memperlihatkan ¾ badan seseorang dengan latar belakang yang luas atau seluruh tubuhnya bila berdiri sendiri pemandangan alam luas atau bagian dalam bangunan secara penuh.
VLS atau VWA : Very Long Shoot atau Very Wide Angle ; jarang dipakai di studio karena studio tidak cukup luas untuk menampilkan luasnya pemandangan.
OSS : Over Sholder Shoot ; sering dipakai untuk mengambil dua orang yang sedang bercakapcakap. Pengambilannya lewat pundak seseorang membelakangi kamera.
HA : Heigh Angle : sudut pengambilan dari suatu objek sehingga kesan objek jadi mengecil, dan kesan pengambilan ini mengandung unsure dramatis yaitu “kerdil”.
LA : Low Angle : sudut pengambilan dari arah bawah sehingga kesan objek jadi membesar, sama seperti high angle posisi pengambilan ini juga terkesan dramatis untuk menunjukan keagungan.
EL atau Eye Level : sudut pengambilan gambar sejajar dengan mata.
A. Petunjuk pengambilan Gambar
Petunjuk pengambilan gambar adalah posisi pengambilan oleh kamera pada objek yang diambil. Secara mendasar terdapat 3 cara pengambilan, yaitu :
Long Shot (LS), yaitu pengambilan yang memperlihatkan latar secara keseluruhan dalam segala dimensi perbandingannya.
Medium Shot (MS), yaitu pengambilan yang memperlihatkan pokok sasarannya secara lebih dekat dengan mengesampingkan latarbelakang maupun detail yang kurang perlu.
Close Up (CU), yaitu pengambilan yang memfokuskan pada subjeknya atau bagian tertentu. Latar dikesampingkan supaya perhatian tertuju kesitu. Ddiluar ketiga pengambilan dasar (basic shots) tersebut orang masih menambahkan dua yaitu XLS (extreme long shot) dan XCV (extreme closeup). Sedangkan di antara LS dan CU ditambahkan lagi, yaitu MLS (medium long shot) di antara LS dan MS, dan MCU (medium closeup) diantara MS dan CU.
B. Gerakan Kamera
Visualisasi yang tampak pada layar pada dasarnya hasil dari kerja kamera video yang merekam objek de posisi yang berbedabeda. Perbedaan letak dan posisi serta gerakan objek yang tampak pada layar akibat dari gerakan-gerakan yang ditimbulkan dari kamera. Seorang skript writer harus mengetahui petunjuk yang berhubungan dengan gerakan kamera, seperti :
Pan right, menggerakkan kamera ke kanan
Pan left, menggerakkan kamera ke kiri
Tilt up, menggerakkan kamera ke atas
Tilt down, menggerakkan kamera ke bawah
Zoom in, mengatur pengambilan ke arah CU
Zoom out, mengatur pengambilan ke arah LS
Dolly in (track in), mendorong kamera ke arah subjek
Dolly out (track out), menarik kamera menjauhi subjek camera follow, kamera mengikuti kemana per subjek.
C. Efek Visual Dasar
Selain gerakan kamera, perubahan visual yang ditimbulkan pada video dan diakibatkan oleh efek visual dasar ini sering disebut dengan transition devise.
Penggunaan efek visual dasar antara lain :
Fade In, pengambilan oleh kamera tertentu mulai masuk perlahan Iahan.
Fade Out, pengambilan oleh kamera tertentu mulai memuctar secara perlahan.
Super atau Superimpose, penampilan sesuatu (biasanya titel atau caption) ke atas pengambilan yang ada.
Dissolve, pembauran secara perlahan menggantikan yang sebelumnya.
Wipe, mengganti pengambilan sebelumnya dengan efek penghapusan.
Pentahapan dari konsep ke skenario ini tidaklah merupakan keharusan, misalnya ada yang menganggap storyboard tidak perlu sebab koreksi atas kelancaran arus cerita dan kontinuitas akan dilaksanakan dalam penyuntingan (editing). Bahkan tata urutan atau sekuens instruksional epidose biasanya sudah terikat pada ceritanya (plot).
Terkadang kita tidak membedakan antara skrip dan skenario. Sehingga hanya terdapat tiga langkah saja dalam penulisan naskah (film maupun video) yaitu sinopsis, treatment, dan skenario. Dalam hal yang demikian yang disebut skrip atau naskah program adalah keseluruhan kumpulan bahan tersebut diatas.