Tradisi Mangrara Banua adalah satu di antara banyaknya budaya masyarakat suku Toraja, Sulawesi Selatan (Sulsel). Upacara adat ini masih sangat kental dilestarikan hingga sekarang.
Mangrara Banua adalah upacara syukuran kebiasaan masyarakat Toraja setelah menyelesaikan pembuatan rumah adat Toraja (tongkonan). Dalam acara ini biasanya digelar oleh satu rumpun atau silsilah keluarga yang digelar dengan meriah."Ini salah satu adat Aluk Todolo (orang terdahulu) Toraja. Sebagai bentuk kesyukuran kepada Tuhan atas terbangunnya rumah tongkonan," kata salah seorang tokoh adat Toraja. Ada keunikan dan keistimewaan di balik tradisi Mangrara Banua ini. Setiap kali digelar, semua keluarga dari tongkonan bersukacita. Dapat diekspresikan dengan berbagai macam bentuk, pernak pernik yang menghiasi tongkonan, kostum yang digunakan tamu, tari-tarian yang dipersembahkan, hingga hewan yang disembelih.
Menurut Pong Datu, tujuan awal dari tradisi Mangrara Banua adalah upacara syukuran tertinggi rumah tongkonan. Namun sekarang, tujuannya untuk memperlihatkan strata atau kedudukan dalam suatu keluarga besar. Bagi masyarakat Toraja, adat syukuran Mangrara Banua menjadi sebuah pesta yang besar. Sehingga, tak jarang penyelenggara menggunakan biaya yang sangat besar pula untuk melaksanakan kegiatan ini.
Tradisi ini sudah ada sejak dahulu, namun sudah berbeda. Tradisi Mangrara Banua zaman dahulu berlangsung selama setahun, sedangkan saat ini hanya berlangsung selama 3 hari dan paling lama sebulan.