STUDI KASUS DILEMA ETIKA/BUJUKAN MORAL
Anda adalah Kepala Sekolah yang baru diangkat di SMP X. Wakil Kepala Sekolah Kurikulum mengatakan bahwa sekolah memerlukan buku-buku pelajaran baru yang perlu didistribusikan dengan segera kepada murid-murid. Hari itu, Anda diberitahu bahwa penerbit Y akan hadir untuk presentasi buku-buku pelajaran untuk tahun ajaran baru. Wakasek Kurikulum Anda mengatakan bahwa ini adalah kegiatan rutin sekolah untuk menyeleksi buku-buku pelajaran murid kelas 1-6 menjelang tahun ajaran baru dimulai, dan para orang tua pun sudah menunggu daftar buku-buku yang harus dibeli. Anda pun bertemu dengan penerbit Y. Di akhir rapat, penerbit Y memberitahu Anda bahwa jika Anda memutuskan memesan dari penerbitan mereka, maka seperti kepala sekolah sebelumnya, Anda akan mendapatkan 'komisi'. Penerbit memberitahu Anda bahwa kegiatan seperti ini sudah dilakukan setiap tahun oleh pimpinan sekolah Anda terdahulu. Penerbit Y juga mengatakan bahwa kerja sama ini sudah lama terbina, dan mereka senantiasa tepat waktu memberikan buku-buku pelajaran yang dibutuhkan sekolah. Apa yang akan Anda lakukan sebagai Kepala Sekolah? Suatu saat, pihak Yayasan/Manajemen Sekolah memanggil Anda untuk mengetahui prosedur dan praktik pemesanan buku-buku tahun ajaran baru di sekolah selama ini. Apa yang Anda katakan?
Sebagai kepala sekolah yang baru, pertama saya akan mendengarkan dan mempelajari kebiasan yang sudah dilakukan di sekolah tersebut. Kemudian saya akan melihat aturan pemesanan buku sesuai dengan peraturan dari Dinas. Pada saat presentasi buku dari penerbit, bersama rekan guru lain menyeleksi buku sesuai kebutuhan murid. Tentang pemberian komisi jika sesuai prosedur aturan, saya sebagai kepala sekolah akan menerima dan menggunakan komisi tersebut untuk peningkatan kompetensi guru dan pembiayaan projek murid yang disepakati oleh pihak terkait (komite dan wali murid). Pada saat kunjungan yayasan/manajemen sekolah, saya akan bertanggung jawab dengan mengatakan secara jujur prosedur dan praktik pemesanan buku. Adanya komisi juga dijelaskan dengan jelas dengan dukungan bukti fisik yang mendukung.
2. Bagaimana situasi di lingkungan Anda sendiri, adakah nilai-nilai kebajikan yang dijunjung tinggi di tempat Anda bekerja, atau tinggal? Ceritakan pengalaman Anda Anda bagaimana nilai-nilai kebajikan tersebut telah membentuk diri Anda terutama dalam mengambil suatu keputusan?
Situasi di lingkungan kerja saya sangat menjunjung tinggi nilai kebersamaan, kerja sama, terbuka, dan jujur. Dengan jumlah rekan guru yang banyak karena sekolah regrup, kita sudah terbiasa menjunjung tinggi nilai kebersamaan untuk saling diskusi ketika dihadapkan dengan suatu pengambilan keputusan. Rasa kekeluargaan yang terjalin baik sekali, membentuk diri saya untuk selalu meminta pertimbangan dari berbagai pihak khususnya pemimpin dan rekan sejawat dalam mengambil suatu keputusan.
3. Apakah Anda pernah mengalami atau melihat suatu pengambilan keputusan serupa studi kasus yang ditanyakan di atas, di mana ada dua kepentingan saling berbenturan? Ceritakan bagaimana pengalaman Anda sendiri di sekolah asal Anda. Apa yang Anda lakukan pada waktu itu, mengapa?
Di sekolah, sangat sering dihadapkan pada suatu pengambilan keputusan yang serupa dengan studi kasus di atas. Sekolah tidak diperbolehkan menarik dana dari wali siswa sedangkan kegiatan murid yang berkaitan dengan perlombaan sangatlah banyak. Dana dari BOS tidak bisa dialokasikan untuk pembiayaan kegiatan lomba jika masih berada pada tingkat kabupaten dan kecamatan. Sekolah dihadapkan pada dilema agar kegiatan tetap dapat berjalan dengan tetap memperhatikan kebutuhan murid. Melalui rapat dengan komite dan paguyuban kelas dimusyawarahkan agar tercapai solusi bersama sesuai dengan prosedur. Keputusan akhir, komite dan paguyuban bersedia membantu pendanaan kegiatan pengembangan prestasi murid. Sesuai prosedur dan aturan, untuk prosedur pendanaan semua diserahkan kepada komite dan paguyuban. Prinsip terbuka dan transparan dalam pelaporan penggunaan dana agar tidak menimbulkan permasalahan yang menyalahi aturan.
4. Pernahkah Anda setelah mengambil suatu keputusan, bertanya pada diri sendiri, "Apakah keputusan yang Anda ambil adalah keputusan yang tepat?" "Apakah seharusnya saya mengambil keputusan yang lain?" Kira-kira apa yang membuat Anda mempunyai pemikiran seperti itu?
Pernah, saya memiliki pemikiran seperti itu. Biasanya pertanyaan itu muncul karena ketika mengambil keputusan kita sudah memiliki berbagai pertimbangan dan dampaknya. Sehingga kita harus berhati-hati dalam memutuskan supaya keputusan yang diambil benar-benar bertanggung jawab dan sesuai nilai kebajikan.
5. Pertanyaan-pertanyaan apa yang ingin Anda tanyakan pada sesi Pengambilan Keputusan berbasis Pemimpin Pembelajaran ini? Apa yang selama ini menjadi tantangan bagi Anda dalam mengambil suatu keputusan sebagai pemimpin pembelajaran?
Bagaimana agar keputusan yang diambil dapat mengakomodir semua pendapat yang ada dan tidak mengecewakan?
6. Harapan-harapan apa saja yang Anda inginkan dengan mengikuti modul 3.1 - Pengambilan Keputusan berbasis Pemimpin Pembelajaran? Apa yang ingin Anda capai setelah belajar tentang modul 3.1 ini?
Harapan-harapan yang saya inginkan dengan mengikuti modul 3. 1 adalah bisa menjadi pemimpin pembelajaran yang mampu mengambil keputusan terbaik yang bertanggung jawab ketika menghadapi suatu kasus dengan murid, rekan sejawat, atau kebijakan sekolah
TUGAS MANDIRI
“Pada abad ke 21, di mana masyarakat semakin menjadi beragam secara demografi, maka pendidik akan lebih lagi perlu mengembangkan, membina, dan memimpin sekolah-sekolah yang toleran dan demokratis. Kami meyakini bahwa, melalui pembelajaran tentang etika, pemimpin-pemimpin pendidikan masa depan akan lebih siap dalam mengenali, berefleksi, serta menghargai keberagaman.”
Bacalah kutipan di atas dan renungkan, apa peranan Anda saat ini sebagai seorang pendidik di abad ke 21, serta bagaimana pentingnya seorang pendidik mempelajari ilmu tentang etika. Mengapa memahami etika atau nilai-nilai kebajikan yang terkandung di dalamnya, semakin diperlukan dalam dunia yang semakin beragam; hal ini berkaitan dengan sekolah sebagai ‘institusi moral’ yang dirancang untuk membentuk karakter setiap warganya.
Sebagai seorang pendidik di abad ke 21 sangatlah penting memahami etika/nilai-nilai kebajikan karena nilai etika akan selalu relevan sepanjang masa yang sesuai dengan ciri khas bangsa Indonesia dan memberikan dampak positif untuk peningkatan kualitas pendidikan
Sebelum kita bahas modul ini lebih dalam, kita akan mempelajari apa arti etika. Apa arti moral, sehingga sekolah disebut sebagai suatu institusi ‘moral’. Apakah arti etiket? Apakah sama dengan etika, adakah perbedaan antara etika dan etiket?
Prinsip-prinsip etika sendiri berdasarkan pada nilai-nilai kebajikan universal yang disepakati dan disetujui bersama, lepas dari latar belakang sosial, bahasa, suku bangsa, maupun agama seseorang. Selanjutnya Gossen berpendapat bahwa bila kita ingin menumbuhkan motivasi instrinsik dari dalam diri seseorang, maka tumbuhkan pemahaman terhadap nilai-nilai kebajikan universal. Nilai-nilai kebajikan universal bisa berupa antara lain Keadilan, Keselamatan, Tanggung Jawab, Kejujuran, Rasa Syukur, Lurus Hati, Berprinsip, Integritas, Kasih Sayang, Rajin, Berkomitmen, Percaya Diri, Kesabaran, Keamanan, dan lain-lain.
Anda adalah seorang pimpinan sekolah. Suatu saat Anda dilaporkan bahwa salah satu guru Anda memberikan les privat kepada beberapa murid tertentu. Guru yang memberikan les tersebut sedang membutuhkan dana tambahan untuk keperluan obat bagi istrinya yang sedang sakit keras. Namun di sisi lain, murid-murid yang mengikuti les privat bisa mendapatkan soal-soal yang akan dijadikan bahan tes, dan hasil tes mereka bisa menjadi sangat baik dibandingkan dengan hasil tes murid-murid lain yang tidak mengikuti les. Apa yang akan lakukan Anda lakukan bila Anda adalah kepala sekolah? Mengapa? Apakah ada dua nilai kebajikan yang saling berbenturan? Bila ada, nilai-nilai kebajikan apa saja yang saling bersinggungan?
Yang akan saya lakukan adalah memanggil guru tersebut dan memberikan bimbingan kepada guru tersebut tentang etika yang baik sebagai guru dalam memberikan les privat di luar jam pelajaran. Tindakan guru tersebut salah, karena melanggar etika dan keadilan bagi murid. Dua nilai kebajikan yang dibenturkan adalah rasa kasihan terhadap kondisi guru dan keadilan murid ketika mengerjakan tes.
PENGAMBILAN KEPUTUSAN perlu mendasarkan keputusan kita pada 3 unsur yaitu berpihak pada murid, berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal, dan bertanggung jawab terhadap segala konsekuensi dari keputusan yang diambil, sebagaimana digambarkan dalam gambar berikut:
Etika sendiri tentunya bersifat relatif, dan bergantung pada kondisi dan situasi, dan tidak ada aturan baku yang berlaku. Tentunya ada prinsip-prinsip yang lain, namun ketiga prinsip di sini adalah yang paling sering dikenali dan digunakan. Dalam seminar-seminar, ketiga prinsip ini yang seringkali membantu dalam menghadapi pilihan-pilihan yang penuh tantangan, yang harus dihadapi pada dunia saat ini. (Kidder, 2009, hal 144). Ketiga prinsip tersebut adalah:
Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)
Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)
Suatu pengambilan keputusan, walaupun telah berlandaskan pada suatu prinsip atau nilai-nilai tertentu, tetap akan memiliki konsekuensi yang mengikutinya. Pada akhirnya kita perlu mengingat kembali hendaknya setiap keputusan yang kita ambil didasarkan pada rasa penuh tanggung jawab, nilai-nilai kebajikan universal, serta berpihak pada murid.
Forum Diskusi Keterampilan Pengambilan Keputusan
Tujuan Pembelajaran Khusus: CGP dapat berbagi, berkolaborasi dan menerapkan keterampilan pengambilan keputusan berdasarkan 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan.
LINK HASIL DISKUSI
https://docs.google.com/presentation/d/1W-aPAudXi1vUYb9XY_tK2hZHtlEe-5a0/edit?usp=share_link&ouid=104867629455692293345&rtpof=true&sd=true
Analisis atas penerapan proses pengambilan keputusan
Tujuan Pembelajaran Khusus: CGP dapat melakukan suatu analisis atas penerapan proses pengambilan keputusan berdasarkan pengetahuan yang telah dipelajarinya tentang berbagai paradigma, prinsip, pengambilan dan pengujian keputusan di sekolah asal masing-masing dan di sekolah/lingkungan lain.
Bapak / Ibu Calon Guru Penggerak (CGP)
Tahapan Demonstrasi Kontekstual ini merupakan wadah bagi Anda untuk menunjukkan pemahaman Anda mengenai keseluruhan materi. Anda diberi kesempatan untuk meninjau materi di modul ini dengan konteks lokal yang Anda hadapi.
Unsur-unsur apa saja yang Anda butuhkan dalam menjalankan pengambilan keputusan dilema etika, sebagai pemimpin pembelajaran? Dalam hal ini, kesempatan tersebut berupa mengadakan wawancara dengan pimpinan/kepala sekolah tentang praktik pengambilan keputusan selama ini di sekolah asal Anda, dan juga di tempat/lingkungan lain. Hasil wawancara ini akan Anda analisis berdasarkan konsep-konsep yang telah dipelajari di modul ini. Hasil analisis Anda akan dijadikan sebuah refleksi atas praktik pengambilan keputusan dilema etika yang telah dijalankan di sekolah asal Anda dan di sekolah-sekolah lain di lingkungan Anda.
Wawancara dengan Pimpinan/Kepala Sekolah:
Anda diminta untuk mewawancarai 2-3 pimpinan (kepala sekolah) di lingkungan Anda (salah satunya adalah pimpinan di sekolah asal Anda).
Hasil wawancara ini adalah untuk mendapatkan sebuah wacana tentang praktik pengambilan keputusan yang selama ini dijalankan, terutama untuk kasus-kasus yang di mana nilai-nilai kebajikan saling bersinggungan, atau untuk kasus-kasus dilema etika yang sama-sama benar.
Apa yang selama ini dilakukan pimpinan-pimpinan tersebut, praktik apa yang selama ini dijalankan?
Analisis praktik pengambilan keputusan dilema etika tersebut di antara para pemimpin yang Anda wawancarai, dan kaitkan dengan pengetahuan Anda sendiri tentang 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengujian.
Analisis dan lakukan refleksi atas hasil wawancara tersebut. Silakan unggah hasil wawancara dan refleksi Anda dalam bentuk video/audio/tertulis.
Panduan Pertanyaan Wawancara (Guiding Questions for the Interview)
Selama ini, bagaimana Anda dapat mengidentifikasi kasus-kasus yang merupakan dilema etika atau bujukan moral?
Selama ini, bagaimana Anda menjalankan pengambilan keputusan di sekolah Anda, terutama untuk kasus-kasus di mana ada dua kepentingan yang sama-sama benar atau sama-sama mengandung nilai kebajikan?
Langkah-langkah atau prosedur seperti apa yang biasa Anda lakukan selama ini?
Hal-hal apa saja yang selama ini Anda anggap efektif dalam pengambilan keputusan pada kasus-kasus dilema etika?
Hal-hal apa saja yang selama ini merupakan tantangan dalam pengambilan keputusan pada kasus-kasus dilema etika?
Apakah Anda memiliki sebuah tatakala atau jadwal tertentu dalam sebuah penyelesaian kasus dilema etika, apakah Anda langsung menyelesaikan di tempat, atau memiliki sebuah jadwal untuk menyelesaikannya, bentuk atau prosedur seperti apa yang Anda jalankan?
Adakah seseorang atau faktor-faktor apa yang selama ini mempermudah atau membantu Anda dalam pengambilan keputusan dalam kasus-kasus dilema etika?
Dari semua hal yang telah disampaikan, pembelajaran apa yang dapat Anda petik dari pengalaman Anda mengambil keputusan dilema etika?
Daftar Checklist Wawancara
Hasil Refleksi Analisis Wawanacara dengan 3 Kepala Sekolah
Bapak Daldiri, S.Pd.
Kepala SDN Ayamputih
Kecamatan Buluspesantren Kabupaten Kebumen
Bapak Sartiman, S.Pd.
Kepala SDN Ambalkumolo
Kecamatan Buluspesantren Kabupaten Kebumen
Ibu Nur Khosidah, M.Pd.
Kepala SDN 2 Jogopaten
Kecamatan Buluspesantren Kabupaten Kebumen
Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan
Tujuan Pembelajaran Khusus:
CGP membuat kesimpulan (sintesis) dari keseluruhan materi yang didapat, dengan beraneka cara dan media.
CGP dapat melakukan refleksi bersama fasilitator untuk mengambil makna dari pengalaman belajar dan mengadakan metakognisi terhadap proses pengambilan keputusan yang telah mereka lalui dan menggunakan pemahaman barunya untuk memperbaiki proses pengambilan keputusan yang dilakukannya.
Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak,
Setelah melewati tahapan-tahapan pembelajaran sebelumnya, inilah saatnya Anda menarik kesimpulan, berefleksi mengaitkan materi-materi yang sudah dipelajari, baik di dalam modul 3.1. ataupun kaitannya dengan materi di modul lain.
Untuk menunjukkan pemahaman Anda akan kaitan antarmateri ini Anda akan membuat tulisan yang menunjukkan koneksi antarmateri.
Buatlah sebuah rangkuman dari proses perjalanan pembelajaran Anda sampai saat ini pada program guru penggerak ini.
Anda dapat memilih bentuk rangkuman kesimpulan Anda dengan cara:
menulis sebuah blog atau membuat tulisan di Google Site, dan mengundang rekan-rekan seprofesi Anda untuk memberikan tanggapan atas tulisan Anda.
bentuk sebuah presentasi video yang dimuat di media sosial, menggunakan media animasi sederhana, misalnya powtoon atau screencast atau media sosial lainnya.
Bila Anda tidak ingin menggunakan media sosial, Anda dapat membuat sebuah jurnal akan perjalanan pembelajaran Anda. Akan lebih baik, bila bentuk rangkuman kesimpulan Anda dapat mengundang pihak luar untuk menanggapi tulisan Anda, sehingga ini bisa menjadi umpan balik yang positif akan proses berpikir Anda.
Jangan lupa akan tenggat waktu (Hari/Tanggal/Waktu) yang tercantum di LMS.
Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?
Filosofi Pratap Triloka yang dicetuskan Ki Hajar Dewantara terdiri dari 3 semboyan yaitu ing ngarso sung tuladha (jika berada di depan harus mampu menjadi teladan), ing madya mangun karsa (jika berada di tengah harus mampu memberikan motivasi dan semangat), dan tut wuri handayani (jika berada di belakang harus mampu memberikan dukungan). Ki Hajar Dewantara adalah seorang pahlawan pendidikan. Salah satu semboyan Pratap Triloka yaitu “tut wuri handayani” juga menjadi slogan Kementrian Pendidikan. Tentunya, semboyan ini akan menjadi harapan baik bagi perkembangan kualitas pendidikan di Indonesia saat ini. Semua stakeholder yang berperan di bidang pendidikan (khususnya kepala sekolah, guru, dan tenaga pendidikan) tentunya juga harus menjadikan semboyan tersebut sebagai prinsip atau pedoman dalam melaksanakan tindakan ataupun kegiatan. Kepala sekolah memegang peran sebagai pemimpin manajemen di sekolah sedangkan guru memegang peran sebagai pemimpin pembelajaran Sebagai guru yang merupakan pemimpin pembelajaran harus menyadari bahwa tugas utamanya adalah menuntun proses tumbuh kembangnya murid sesuai dengan kodratnya untuk mencapai kebahagiaan setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Kepala sekolah sebagai pemimpin manajemen sekolah menjadi kunci pemegang keputusan tertinggi di lingkungan sekolah. Dengan alasan tersebut, maka seorang kepala sekolah dan guru dianggap sebagai pemimpin harus bisa menjadi sosok yang bisa mengambil suatu keputusan yang tepat berdasarkan nilai kebajikan, bertanggung jawab, dan berpihak pada murid. Pemimpin harus bisa membedakan permasalahan yang merupakan dilema etika atau bujukan moral. Agar mampu membedakan dilema etika dan bujukan moral, pemimpin harus melalui beberapa tahapan agar dapat memberikan putusan yang sesuai. Tahapan pertama menentukan paradigma pengambilan keputusan, melakukan pengujian masalah melalui 9 langkah pengambilan keputusan, dan berpedoman pada prinsip pengambilan keputusan. Hasil akhir dari keputusan diharapkan sesuai dengan nilai kebajikan, bertanggung jawab, dan berpihak pada murid. Paradigma, langkah, dan prinsip pengambilan keputusan sangat sejalan dengan Pratap Triloka Ki Hajar Dewantara.
Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
Kita adalah guru yang memiliki peran besar dalam peningkatan kualitas pendidikan. Seorang guru harus bisa menjadi teladan yang baik bagi murid. Teladan yang baik tampak dengan menampilkan perilaku dan tindakan yang sesuai dengan nilai-nilai kebajikan (kejujuran, keadilan, tanggung Jawab, bersyukur, lurus hati, berprinsip, integritas, kasih sayang, disiplin, rajin, komitmen, percaya diri, kesabaran, dan masih banyak lagi). Nilai-nilai kebajikan yang ada dalam diri seorang guru akan memberikan pengaruh dalam pengambilan keputusan. Dalam tugas pokok sehari-hari sebagai guru, pengambilan keputusan menjadi makanan sehari-hari karena kita pasti akan menghadapi permasalahan setiap harinya dalam skala kecil maupun besar. Masalah tersebut bisa berupa dilema etika ataupun bujukan moral. Kita sebagai guru harus mampu membedakan cara mengatasi masalah antara dilema etika atau bujukan moral. Semakin sering kita dihadapkan dengan suatu permasalahan, tentunya kita akan lebih terampil dan bijak dalam memutuskan suatu permasalahan. Jika dalam diri kita sudah tertanam nilai kebajikan, akan pasti dalam pengambilan keputusan juga akan selalu berpegang pada nilai-nilai kebajikan yang ia yakini tersebut. Nilai kebajikan dalam diri harus terus dipupuk agar terus berkembang subur tidak akan goyah jika terkena angin atau badai godaan.
Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.
Proses pengambilan keputusan yang baik harus bisa menerapkan 9 langkah pengambilan keputusan. Langkah tersebut antara lain mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan, menentukan siapa yang terlibat dalam situasi, mengumpulkan fakta, pengujian benar atau salah (uji legal, regulasi, intuisi, publikasi, dan panutan), penguji paradigm benar lawan benar, melakukan prinsip resolusi, investigasi opsi trilemma, buat keputusan, dan refleksi. Ketika proses pengumpulan pengumpulan fakta hingga investigasi opsi trilemma akan membutuhkan tindakan coaching dengan pihak-pihak yang terlibat agar sebagai suatu langkah pencarian solusi.
Coaching adalah ketrampilan yang sangat penting dalam menggali suatu kemampuan orang lain dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi. Sebagai seorang pemimpin yang berperan mengambil keputusan harus memiliki keterampilan mengajukan pertanyaan yang berbobot dan menjadi pendengar aktif agar mampu menggali permasalahan dengan pihak bermasalah (coachee) dengan lebih detail dan terarah. Alangkah lebih baik jika bisa menerapkan langkah coaching TIRTA. Teknik TIRTA di dalam coaching, yaitu menentukan Tujuan, Identifikasi masalah, Rencana aksi dan TAnggung jawab. Kita dapat mengidentifikasi masalah apa yang sebenarnya terjadi dan membuat pemecahan masalah secara sistematis. Konsep coaching TIRTA sangat ideal apaila dikombinasikan dengan sembilan langkah konsep pengambilan dan pengujian keputusan sebagai evaluasi terhadap keputusan yang kita ambil.
Pengambilan keputusan jika sudah melalui tahapan 9 langkah pengambilan keputusan yang dikombinasikan dengan penerapan teknik coaching tentunya sudah sangat efektif dan bisa mengurangi atau bahkan menghilangkan banyak pertanyaan yang masih menjadi keraguan karena semuanya sesuai dengan aturan dan prinsip kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan.
Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?
Seorang guru dituntut untuk memiliki kemampuan dalam mengelola dan menyadari sosial emosionalnya dalam mengambil suatu keputusan karena kondisi sosial emosional guru yang stabil dan baik akan memberi pengaruh pada hasil keputusan yang diambilnya. Maka untuk menstabilkan sosial emosional guru dalam megambil suatu keputusan, seorang guru perlu memiliki kompetensi kesadaran diri (self awareness), Pengelolaan diri ( self managemen), kesadaran soial (social awareness), dan keterampilan berhubungan sosial (realtionship skilis). Dengan kompetensi tersebut maka diharapkan guru akan mampu mengambil suatu keputusan yang berkaitan dengan dilema etika dengan tepat.
Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?
Pada pembahasan studi kasus yang berfokus pada masalah moral atau etika diperlukan kesadaran diri untuk terus berpegang pada nilai-nilai kebajikan untuk mengambil keputusan dan memiliki kesadaran penuh dengan berbagai pilihan yang ada konsekuensinya masing-masing dalam setiap pilihan keputusan. Nilai-nilai yang dianut pendidik akan mempengaruhi dirinya dalam mengambil sebuah keputusan. Jika nilai-nilai yang dianutnya nilai-nilai positif maka keputusan yang diambil akan tepat, benar, dan dapat dipertanggung jawabkan. Sebaliknya, jika nilai-nilai yang dianutnya tidak sesuai dengan kaidah moral, agama dan norma maka keputusan yang diambilnya lebih cenderung hanya benar secara pribadi dan tidak sesuai harapan kebanyakan pihak.Kita dapat menggunakan sembilan langkah konsep pengambilan dan pengujian keputusan terutama pada uji legalitas untuk menentukan apakah masalah tersebut termasuk bujukan moral yang berarti benar vs salah ataukah dilema etika yang merupakan permasalahan benar vs benar. Jika pada tahap awal pengujian sudah menunjukkan tindakan salah maka dipastikan itu mengarah pada bujukan moral. Apabila permasalahan yang dihadapi adalah bujukan moral maka dengan tegas sebagai seorang guru, kita harus kembali ke nilai-nilai kebenaran. Dan jika masalah tersebut dilema etika atau benar vs benar, maka, guru perlu melakukan pertimbangan terhadap 4 paradigma pengambilan keputusan dan 3 prinsip pengambilan keputusan dan 9 langkah pengujian pengambilan keputusan
Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman?
Seorang guru dituntun untuk mempu mengambil keputusan secara tepat yang mampu mengakomodasi keberpihakan semua pihak karena setiap keputusan yang diambil secara tepat, tentu akan memberikan dampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Kondisi tersebut adalah kondisi yang dicita-citakan. Untuk mewujudkan kondisi tersebut, dalam pengambilan keputusan alangkah baiknya dan disarankan untuk melalui 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Seharusnya akan menghasilkan keputusan yang efektif jika telah melalui tahapan tersebut karena telah melalui proses yang runtut dan terarah dalam mengambil dan menguji keputusan.
Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?
Dalam pengambilan keputusan yang termasuk dilema etika haruslah berhati-hati karena kita dihadapkan pada suatu masalah benar lawan benar. Jika memang bisa diputuskan agar bisa berjalan seimbang tentu akan lebih baik, tetapi seringkali kita dihadapkan untuk memilih salah satu. Tantangan-tantangan yang dihadapi ketika menjalankan pengambilan keputusan dilema etika di lingkungan saya antara lain masalah budaya sekolah yang sudah dilakukan bertahun-tahun, memaksa guru untuk memilih pilihan yang salah atau tidak berpihak pada murid karena alasan kondisi, tidak semua warga sekolah berkomitmen sama untuk menjalankan keputusan, dan adanya aturan yang tidak berpihak sepenuhnya dengan murid.
Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?
Tujuan akhir dari pembelajaran yang kita lakukan adalah merdeka belajar. Merdeka belajar berarti siswa bebas untuk mencapai kodrat alamnya (mengembangkan potensinya) tanpa ada tekanan dari pihak manapun. Pengambilan keputusan yang kita ambil di awal pembelajaran haruslah jelas tujuannya yaitu untuk memerdekakan murid. Akan berbeda dan berpengaruh jika sejak awal kita tidak membuat keputusan tentang tujuan yang akan kita capai dalam proses pembelajaran secara umum. Setiap keputusan yang akan kita ambil tentu harus berpihak pada murid yang berasas pada merdeka belajar. Mengingat kembali filosofi Ki Hajar Dewantara “Anak diibaratkan benih padi. Kita tidak data memaksa padi untuk tumbuh menjadi jagung” Begitulah perumpamaan hakikat seorang murid yang sejatinya adalah manusia unik dengan segala keragaman dan perbedaanya. Hargailah setiap proses perkembangan anak karena kita sebagai guru berkewajiban memberikan fasilitas sesuai dengan keunikan mereka. Dalam proses pembelajaran di kelas, sebagai guru juga harus mampu menciptakan pembelajaran yang mengakomodasi perbedaan tersebut agar murid bahagia dan tumbuh sesuai kodratnya.
Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
Guru merupakan seorang pemimpin pembelajaran yang tugasnya adalah menuntun tumbuh kebangnya murid sesuai kodratnya agar mencapai kebahagiaan. Guru diibaratkan sebagai petani dan murid adalah benihnya maka berkembang atau tidaknya seorang murid tergantung dari tindakan yang diberikan guru. Untuk itu dalam proses pendidikan yang dijalankan maka setiap keputusan yang diberikannya wajib berpihak pada murid dan berfokus untuk perkembangan murid. Jika keputusan yang diambil selalu didasarkan berpihak pada murid tentu akan membawa dampak baik untuk masa depan murid-murid kelak.
Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
Kesimpulan akhir yang saya peroleh dari pembelajatana materi ini dan keterkaitannya dengan modul sebelumnya adalah sebagai seorang pemimpin baik pemimpin manajemen sekolah ataupun pemimpin pembelajaran (guru) harus memiliki kompetensi pengambilan keputusan yang sejalan dengan filosofi Ki Hajar Dewantara (Pratap Triloka). Filosofi Ki Hajar Dewantara selalu mengedepankan dan mengutamakan berpihak pada murid. Penerapan konkret dari pembelajaran berpihak pada murid pada pembiasaan budaya positif di sekolah menggunakan alur BAGJA jika memungkinkan. Dalam pengambilan keputusan seorang guru harus memiliki kesadaran penuh (mindfullness) untuk menghantarkan muridnya menuju profil pelajar pancasila.Dalam perjalanannya menuju profil pelajar pancasila, ada banyak dilema etika dan bujukan moral sehingga seorang guru atau pemimpin pembelajaran harus selalu berpegang pada nilai-nilai kebajikan dalam setiap pengambilan keputusan sehingga tujuan akhir merdeka belajar bagi murid dapat tercapai sesuai harapan. Keterampilan pengambilan keputusan dikuasai jika mampu mengambil keputusan disesuaikan dengan 4 paradigma pengambilan keputusan, 9 langkah pengambilan keputusan, dan 3 prinsip pengambilan keputusan. Dalam proses penerapan pengambilan keputusan diperlukan keterampilan lain yang ikut mendukung tercapainya keputusan yang tepat yaitu kompetensi social emosional yang baik dari seorang pemimpin dan keterampilan coaching untuk menggali permasalahan dari pihak-pihak yang terlibat permasalahan. Jika telah menguasai keterampilan tersebut diharapkan mampu menghasilkan suatu keputusan yang efektif dan tepat sehingga dapat mengantarkan pada lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?
Yang saya fahami dari konsep-konsep modul ini adalah:
Ada 4 paradigma pengambilan keputusan
1. Individu lawan masyarakat
2. kebenaran lawan kesetiaan
3. keadilan VS belas kasihan
4. Jangka Pendek VS jangka panjang
Ada 3 prinsip mengambil keputusan
1. berfikir berbasis akhir
2. berfikir berbasi aturan
3. berfikir berbasi rasa peduli
Ada 9 tahapan pengambilan dan pengujian keputusan
1. Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan
2. Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi
3. Mengumpulkan fakta
4. Pengujian benar atau salah (uji legal, regulasi, intuisi, publikasi, dan panutan)
5. Penguji paradigm benar lawan benar
6. Melakukan prinsip resolusi, \
7. Investigasi opsi trilemma
8. Buat keputusan
9. Refleksi.
Hal-hal yang menurut saya di luar dugaan adalah untuk memutuskan suatu permasalahan alangkah baiknya dilakukan dengan melihat 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengambilan keputusan. Sebelumnya dalam penyelesaian masalah, pada beberapa kasus sudah melaksanakan pengambilan keputusan berdasarkan salah satu prinsip pengambilan keputusan dan melakukan beberapa langkah pengambilan keputusan. Tetapi masih memunculkan pertanyaan apakah keputusan yang saya atau kami ambil benar atau masih ada keraguan. Keraguan itu muncul karena saya belum menerapkan langkah-langkah pengambilan keputusan sesuai prinsip yang dapat digunakan sebagai dasar meyakinkan sebuah putusan.
Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?
Sebelum mempelajari modul ini, saya pernah mengambil keputusan dengan situasi dilema etika. Pengambilan keputusan saat itu tidak berpegang pada konsep pengambilan keputusan dengan melihat 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan ketika itu sudah melalui tahap identifikasi kasus, mencari tahu siapa yang terlibat dalam permasalahan, pencarian solusi bersama dengan musyawarah bersama pihak-pihak yang terlibat dengan meminta pertimbangan dari pihak yang lebih perpengalaman (kepala sekolah, komite, dan wali siswa), hingga akhirnya dibuatlah suatu keputusan bersama yang berdasarkan hasil musyawarah. Prinsip yang dijadikan dasar saat pengambilan keputusan saat itu lebih mengarah pada nilai peduli. Perbedaanya dengan saat ini karena telah mempelajari modul 3.1 tentang pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai pimpinan tentunya akan lebih berhati-hati dalam membuat keputusan. Prinsip utama sebagai pimpinan harus berpegang teguh kepada nilai-nilai kebajikan yaitu dengan menjadi teladan yang baik bagi orang-orang di sekitar. Meskipun kita pintar, tetaplah rendah hati. Seperti pepatah “padi semakin tua semakin merunduk”. Begitulah manusia jika dihadapkan pada pengambilan keputusan tentunya semakin pemikiran dan semakin sering bertemu dengan berbagai permasalahan akan melatih kit ajika sebagai pimpinan untuk dapat mengambil keputusan yang bijak. Tentunya, mulai sekarang jika menghadapi permasalahan dilema etika, akan mengambil keputusan dengan melihat 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengambilan keputusan. Diharapkan putusan yang telah melalui tahapan tersebut akan menjadi putusan yang benar dan dapat diterima semua orang serta tidak menimbulkan keraguan lagi.
Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?
Setelah mempelajari modul 3.1 akan memberikan dampak luar biasa bagi saya dan penerapan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Ketika saya menghadapi permasalahan dilema etika, saat ini yang langsung ada di pikiran adalah saya harus analisa dulu pertentangan apa yang terjadi. Meskipun belum konsisten untuk menerapkan langkah pengambilan keputusan sesuai konsep, tetapi saya sudah mencobanya sesuai dengan konsep dan menurut saya hal tersebut memberikan dampak terciptanya putusan yang valid dan menguatkan karena sudah teruji. Keinginan saya, jika menemui permasalahan dilema etika yang bagi saya itu berat, pasti saya akan melihat sesuai 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengambilan keputusan. Dengan melakukan tahapan yang tepat, saya berharap resiko yang mungkin muncul setelah putusan menjadi lebih kecil. Semoga saya bisa terus amanah untuk selalu mengutamakan kepentinga murid sebagai pemimpin pembelajaran sehingga bisa ikut serta memajukan kualitas pendidikan menjadi unggul.
Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?
Materi modul 3.1 ini sangat penting, karena materi-materi yang dipelajari pada modul guru penggerak adalah materi yang baru tetapi riil sesuai situasi di lapangan (sekolah). Ilmu dan pengalaman baru tentang membedakan dilema etika dan bujukan moral menjadi materi yang berkesan. Meskipun sudah dipelajari, tetapi ketika bertemu di lapangan suatu permasalahan yang jelas-jelas itu bujukan moral, kita terkadang masih terpengaruh dengan kondisi lingkungan untuk memilih putusan yang salah. Oleh karena itu, dengan mempelajari modul ini menambah keyakinan saya bahwa dalam pengambilan keputusan haruslah sesuai nilai-nilai kebajikan dan mampu melakukan tahapan-tahapan pengambilan keputusan yang tepat yang melibatkan pihak-pihak yang bermasalah dan pihak-pihak yang berwenang pengambilan keputusan. Tugas seorang pemimpin bagi saya sangat berat, itupun menjadi dilema. Tetapi dengan keyakinan dan niat tulus hati mulia bahwa kita pasti bisa menghadapi semua permasalahan tentu akan ada solusi. “Man Jadda Wajada” Barang siapa yang bersungguh-sungguh pasti berhasil.
Ernawati, CGP Angkatan 6 Kabupaten Kebumen
KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1
Model 4F (Fact, Feelings, Findings, and Future)
Facts (Peristiwa)
Alhamdulillah masuk pada pembelajaran modul 3.1. Kegiatan pembelajaran pada modul 3.1 masih seperti alur-alur modul sebelumnya. Diawali dengan kegiatan pretest modul 3.1 pada tanggal 01 Februari 2023 kemudian dilanjutkan dengan kegiatan Mulai dari diri, Eksplorasi konsep, Ruang kolaborasi, Demosntrasi kontekstual, Elaborasi pemahaman, Koneksi antar materi, dan Aksi nyata. Pada kegiatan mulai dari diri dan eksplorasi konsep, saya menjawab beberapa pertanyaan pemantik tentang pengambilan keputusan, tantangan yang saya hadapi ketika menghadapi kasus yang terjadi dan melibatkan diri saya. Materi yang dipelajari pada eksplorasi konsep antara lain peran sekolah sebagai institusi moral, unsur nilai-nilai kebajikan, perbedaan delima etika dan bujukan moral, paradigm pengambilan keputusan, prinsip pengambilan keputusan, dan langkah-langkah pengambilan keputusan. Disediakan berbagai contoh kasus yang berkaitan dengan delima etika dan bujukan moral pada kegiatan eksplorasi konsep forum diskusi. Harapannya, pemimpin dapat memberikan keputusan yang tepat jika menghadapi permasalahan yang terkait bujukan moral atau dilema etika.
Tahap ruang kolaborasi, saya melakukan kolaborasi virtual untuk saling berbagi pengalaman dan pendapat dalam menganalisis kasus nyata yang termasuk delima etika. Kolaborasi kali ini, saya satu kelompok dengan rekan sesama pengajar praktik sehingga kolaborasi dan diskusi berjalan antusias dan ramai.
Tahap demonstrasi kontekstual, saya melakukan analisis atas penerapan pengambilan keputusan pada permasalahan dilema etika. Sebelum menganalisis, saya harus mewawancarai 2 atau 3 kepala sekolah untuk mengumpulkan fakta tentang bagaimana para pimpinan dalam melaksanakan pengambilan keputusan di sekolah ketika menghadapi permasalahan dilema etika. Narasumber yang saya wawancarai ada 3 orang yaitu beliau Bapak Daldiri, S.Pd. (Kepala SDN Ayamputih), Bapak Sartiman, S.Pd. (Kepala SDN Ambalkumolo), dan Ibu Nur Khosidah, M.Pd. (Kepala SDN 2 Jogopaten). Analisis hasil wawancara dituangkan pada video dengan durasi minimal 12 menit.
Tahap elaborasi, saya menuliskan beberapa pertanyaan terkait konsep materi yang sudah dipelajari tetapi masih membutuhkan penguatan dan pemahaman lebih lanjut. Instruktur kegiatan elaborasi adalah beliau Ibu Sri Hastuti, S.Pd. M.Pd.
Tahap koneksi antar materi membuat kesimpulan (sintesis) dari keseluruhan materi yang telah dipelajari. Koneksi modul 3.1 saya mencoba menulis di blog googlesite. Tahap akhir aksi nyata, rencana saya akan mendiseminasikan materi yang saya dapatkan pada pendidikan guru penggerak tentang pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai pimpinan dengan rekan komunitas guru di sekolah. Semoga membawa manfaat bagi orang lain sesuai dengan motto guru penggerak “tergerak, bergerak, dan menggerakkan”.
Hambatan dalam menyelesaikan tahapan modul 3.1 yang lebih terasa yaitu karena kegiatan sekolah berjalan berdampingan dengan pendidikan guru penggerak sehingga untuk penyelesaian tugas merasa kekurangan tenggang waktu. Tantangannya kegiatan modul ini yaitu ketika harus memohon ijin kepada kepala sekolah untuk melakukan kegiatan wawancara. Alhamdulillah sudah selesai modul 3.1 dan semua tahapan dapat terselesaikan sesuai duedate.
Feelings (Perasaan)
Perasaan saya sangat senang selama pembelajaran berlangsung karena materi yang saya pelajari merupakan ilmu pengetahuan baru yang harus saya kuasai sebagai seorang pemimpin pembelajaran. Guru penggerak harus berperan sebagai pemimpin pembelajaran, menggerakan komunitas praktisi, coach bagi guru lain, mendorong kolaborasi antar guru dan memajukan kepemimpinan murid. Dalam menjalankan tugas tersebut saya harus terampil dalam mengambil keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan. Seperti yang telah saya pelajari sebelumnya seorang guru penggerak haruslah memiliki nilai mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid. Dalam pengambilan keputusan seorang pemimpin harus berdasarkan 3 unsur yaitu berpihak pada murid, bertanggung jawab, serta berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal. Setiap konsep materi dari awal sampai modul ini dipelajari saya menemukan banyak sekali keterkaitan sehingga terkonstruksi membentuk sebuah pemahaman baru.
Findings (Pembelajaran)
Pelajaran yang saya dapatkan dari modul 3.1 tentang pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin adalah dalam keterampilan pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin. Seringkali kita menghadapi beberapa kepentingan yang saling bersinggungan dan ada pihak-pihak yang merasa dirugikan atas sebuah keputusan. Adanya kepentingan atau pertentangan nilai yang kepentingan tersebut ada yang benar dan ada yang salah. Bagaimanapun permasalahan yang dihadapi, harus diselesaikan hingga mendapatkan putusan yang beresiko terkecil. Kegiatan pengambilan keputusan adalah suatu keterampilan. Jika terus terlatih tentu kita akan semakin memahami untuk melihat situasi dan kondisi bagaimana menyelesaikan permasalahan.
Pembelajaran yang didapatkan pada modul ini diantaranya tentang:
Peran sekolah sebagai institusi moral untuk membentuk karakter yang baik dan berbudaya bagi murid-murid masa depan. Kita sebagai guru juga berperan sebagai pemimpin pembelajaran yang memiliki tugas wajib untuk memberikan pendidikan moral kepada murid dengan selalu menanamkan nilai-nilai kebajikan serta memberikan teladan yang baik dalam perilaku sehari-hari.
Prinsip etika yang berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal yang disepakati dan disetujui bersama. Nilai-nilai kebajikan universal bisa berupa antara lain Keadilan, Keselamatan, Tanggung Jawab, Kejujuran, Rasa Syukur, Lurus Hati, Berprinsip, Integritas, Kasih Sayang, Rajin, Berkomitmen, Percaya Diri, Kesabaran, Keamanan, dan lain-lain
Keterampilan pengambilan keputusan mendasarkan keputusan kita pada 3 unsur yaitu berpihak pada murid, berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal, dan bertanggung jawab terhadap segala konsekuensi dari keputusan yang diambil.
Membedakan delima etika dan bujukan moral. Delima etika adalah situasi dimana ada dua keputusan yang sama-sama benar sedangkan bujukan moral adalah situasi dimana salah satu keputusan adalah benar/salah.
Paradigma yang terjadi pada situasi dilema etika ada 4 yaitu individu lawan masyarakat (kelompok), rasa keadilan lawan rasa kasihan, kebenaran lawan kesetiaan, dan jangka panjang lawan jangka pendek.
Tiga prinsip pengambilan keputusan : berpikir berbasis hasil akhir, berpikir berbasis peraturan, dan berpikir berbasis rasa peduli.
Untuk memandu kita dalam proses pengambilan keputusan yang tepat perlu melalui tahapan pengujian. Ada 9 langkah pengujian yang dapat dilakukan yaitu mengenali nilia-nilai yang saling bertentangan, menentukan siapa yang terlibat dalam situasi, mengumpulkan fakta, pengujian benar atau salah (uji legalitas, uji regulasi, uji intuisi, uji publikasi, dan uji panutan), pengujian paradigm benar lawan benar, melakukan resolusi, investigasi opsi trilemma, buat keputusan, dan refleksi.
Future (Penerapan)
Saya akan menerapkan keterampilan pengambilan keputusan berdasarkan 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan seseuai dengan konsep yang telah dipelajari agar semakin terlatih dan terampil dalam melakukan pengambilan keputusan. Dengan melakukan tahapan yang tepat, saya berharap resiko yang mungkin muncul setelah putusan menjadi lebih kecil. Semoga saya bisa terus amanah untuk selalu mengutamakan kepentinga murid sebagai pemimpin pembelajaran sehingga bisa ikut serta memajukan kualitas pendidikan menjadi unggul. Tidak hanya itu saya akan membagikan informasi terkait pemahaman materi baru yang saya pelajari dalam modul 3.1 ini kepada rekan guru yang lain melalui berbagai media baik itu secara langsung ataupun melaui berbagai media informasi digital yang mudah di akses oleh rekan guru yang lain.
Ernawati, CGP Angkatan 6 Kabupaten Kebumen