Peristiwa positif yang saya alami berkaitan dengan relasi dengan guru yaitu ketika usia 11 tahun (SD kelas 5). Ketika saya berada pada usia tersebut, saya memiliki hubungan yang sangat dekat dengan guru kelas 5 SD hingga saya mengidolakan beliau karena keuletan beliau dalam mengajar, membimbing kegiatan lomba, dan memberikan contoh perilaku yang patut di contoh baik di rumah maupun sekolah.
Peristiwa negatif yang saya rasakan berkaitan dengan relasi dengan guru yaitu ketika usia 17 tahun (SMA kelas 2). Saya adalah siswa yang tidak suka dengan pelajaran Matematika, jadi ketika kelas 2 SMA saya seperti ingin menghindari guru Matematika ketika ada jadwal pelajaran tersebut sehingga hubungan saya dengan guru Matematika kala itu tidak terlalu dekat karena saya seperti tidak ingin lebih dekat.
Pada peristiwa positif, teman-teman satu kelas saya yang sama-sama memiliki hubungan dekat dengan guru kelas 5 SD sama-sama menjadikan guru tersebut sebagai idola. Pada peristiwa negatif, teman sebangku saya sering saya repotkan ketika saya tidak bisa mengerjakan tugas matematika
Dampak emosi yang saya rasakan hingga sekarang ini ketika mengalami peristiwa positif antara lain : senang, gembira, optimis, tertarik, dan cinta. Dalam kaitannya dengan tugas mengajar saya, saya berkiblat dengan guru idola pada masa itu sehingga saya merasakan emosi yang senang, gembira, tertarik, dan cinta dengan murid-murid.
Dampak emosi yang saya rasakan hingga sekarang ketika mengalami peristiwa negatif antara lain: Khawatir, dan menyesal. Karena adanya peristiwa negatif di masa lalu, sekarang saya merasa khawatir ketika berhadapan dengan tes yang berhubungan dengan logika matematika dan saya menyesal karena rasa tidak suka di masa lalu membuat saya menjadi tidak bisa dan harus mencoba belajar lagi ketika sudah dewasa.
Momen di masa sekolah menyimpan banyak kenangan, yang paling diingat dan dirasakan tentunya yang paling berkesan karena pada masa sekolah fungsi otak kita bekerja dengan baik di usia tersebut. Sesuatu yang bernilai positif akan dipertahankan hingga dewasa sedangkan sesuatu yang negative akan menjadi pembelajaran di masa depan sehingga momen di masa sekolah masih mempengaruhi pola hidup, pola pikir, dan karakter hingga usia dewasa.
Pelajaran hidup yang diperoleh dari kegiatan trapezium usia dan roda emosi adalah saya dapat menemukan pengalaman yang pernah saya alami di masa sekolah. Pengalaman adalah guru terbaik. Ya benar sekali, selama hidup dari masa pra sekolah, sekolah, sampai masa kerja kita menemukan banyak sekali pengalaman baik yang positif maupun negative yang tentunya menjadi guru/pelajaran berharga dalam menghadapi kehidupan selanjutnya. Peran kita sebagai pendidik, melalui mengingat peristiwa masa lalu di masa sekolah kita sebagai guru dapat menemukan solusi permasalahan jika pada murid kita ditemukan suatu permasalahan dengan apa yang pernah kita alami di masa lalu. Kita bisa belajar dari diri sendiri, saya akan meneladani guru saya di kelas 5 SD dengan keuletannya, hubungan baik dengan murid, kreativitas, dan kesabarannya membimbing murid. Pada contoh kasus negative yang saya alami, tentunya saya akan menemukan solusi jika menemukan murid saya yang tidak menyukai mata pelajaran tertentu. Sesuai dengan filosofi pemikiran KHD tentunya saya tidak akan memaksa anak untuk dapat/mampu melakukan hal yang tidak disukai murid.
Guru harus mau belajar, belajar dari diri sendiri, lingkungan sekitar, dan dari murid. Maknai setiap proses pembelajaran adalah berpusat murid dengan peran guru menjadi penuntun agar murid mampu menjadi pemelajar merdeka.
1. Apa nilai-nilai dalam diri saya yang membantu saya menggerakkan murid, rekan guru, dan komunitas sekolah saya?
Nilai-nilai yang ada pada diri saya yang membantu menggerakkan murid, rekan guru, dan komunitas sekolah saya antara lain mampu menjadi pemimpin pembelajaran yang baik di kelas, mampu melakukan kegiatan kolaboratif bersama murid, rekan guru, dan komunitas sekolah, serta memiliki semangat untuk bisa bergerak lebih inovatif.
2. Apa peran yang selama ini saya mainkan dalam menggerakkan murid, rekan guru, dan komunitas sekolah saya?
Peran yang saya mainkan dalam menggerakan murid adalah dengan menjadi fasilitator pembelajaran menyesuaikan kebutuhan murid, memberikan motivasi pada siswa untuk melakukan hal yang mereka sukai dengan percaya diri, memberikan teladan pengembangan karakter sehingga murid tergerak sendiri untuk mengikuti, memberikan pembelajaran yang menyenangkan agar murid mudah untuk digerakkan menjadi pemelajar mandiri.
Peran yang saya mainkan dalam menggerakan rekan guru dan komunitas sekolah adalah rajin memberikan motivasi tentang kemudahan melaksanakan pengembangan diri, selalu bersedia dengan senang hati untuk membantu rekan guru yang ingin belajar bersama, membentuk kelompok belajar guru kecil di sekolah untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan pengembangan diri.
Ernawati, CGP Angkatan 6 Kab. Kebumen
Apa kaitan antara diagram identitas gunung es dengan penumbuhan Profil Pelajar Pancasila pada murid dan transformasi pendidikan?
Gunung es mengajarkan bahwa kita tidak hanya cukup mempertimbangkan sesuatu dari apa yang terlihat dipermukaan saja. Bagian yang tidak terlihat bisa jadi merupakan perilaku, potensi, kebiasaan, dan karakter yang tersembunyi yang dimiliki anak dan hanya anak tersebut yang mampu untuk mengembangkannya dan sebagai guru perlu menuntun untuk memunculkan bagian yang tidak terlihat tersebut dengan meminta dukungan dari keluarga yang lebih memahami karakter anak secara penuh. Melalui projek pembelajaran profil pelajar Pancasila yang diterapkan guru akan dapat memunculkan karakter anak yang tersembunyi sesuai yang diharapkan projek P5.
Apa konsekuensi logis dari diagram identitas gunung es pada peran saya sebagai Guru Penggerak dalam transformasi pendidikan?
Konsekuensi logis dari diagram identitas gunung es terhadap peran saya sebagai guru penggerak adalah saya harus bisa mengembangkan kompetensi diri saya sesuai dengan kompetensi guru penggerak agar saya dapat memunculkan dan membantu murid mengembangkan potensi, perilaku, kebiasaan, karakter yang tersembunyi di bawah sadar secara maksimal sebagai usaha tranformasi pendidikan.
Apa kaitan antara diagram identitas gunung es dengan penumbuhan Profil Pelajar Pancasila pada murid dan transformasi pendidikan?
Gunung es mengajarkan bahwa kita tidak hanya cukup mempertimbangkan sesuatu dari apa yang terlihat dipermukaan saja. Bagian yang tidak terlihat bisa jadi merupakan perilaku, potensi, kebiasaan, dan karakter yang tersembunyi yang dimiliki anak dan hanya anak tersebut yang mampu untuk mengembangkannya dan sebagai guru perlu menuntun untuk memunculkan bagian yang tidak terlihat tersebut dengan meminta dukungan dari keluarga yang lebih memahami karakter anak secara penuh. Melalui projek pembelajaran profil pelajar Pancasila yang diterapkan guru akan dapat memunculkan karakter anak yang tersembunyi sesuai yang diharapkan projek P5.
Apa konsekuensi logis dari diagram identitas gunung es pada peran saya sebagai Guru Penggerak dalam transformasi pendidikan?
Konsekuensi logis dari diagram identitas gunung es terhadap peran saya sebagai guru penggerak adalah saya harus bisa mengembangkan kompetensi diri saya sesuai dengan kompetensi guru penggerak agar saya dapat memunculkan dan membantu murid mengembangkan potensi, perilaku, kebiasaan, karakter yang tersembunyi di bawah sadar secara maksimal sebagai usaha tranformasi pendidikan.
1. Apa yang dapat saya ceritakan mengenai salah SATU dari nilai-nilai GP (berpihak pada murid, inovatif, kolaboratif, reflektif, dan mandiri) yang telah membantu saya dalam melayani murid saya dengan lebih baik?. Tuliskan dalam bentuk narasi singkat untuk berbagi dalam kelompok dalam tahap Ruang Kolaborasi.
SATU nilai guru penggerak yang dapat membantu saya melayani murid dengan baik yaitu pendidik harus berpihak pada murid dengan mengusahakan selalu apa yang dibutuhkan murid, melakukan segala aktivitas pembelajaran yang disukai murid, serta menjadi teladan yang baik bagi murid dalam usaha pengembangan karakter. Jika murid sudah merasa kebutuhannya terpenuhi tentunya berdampak baik dalam usaha mencapai tujuan transformasi pendidikan. Jika saya sudah memahami peran saya sebagai guru harus menghamba pada murid (berpusat pada murid) tentu dalam diri kita sebagai pendidik sudah tertanam rasa ikhlas seluas-luasnya untuk siap melayani murid agar menjadi pribadi yang merdeka belajar sebagai manusia dan masyarakat agar mencapai kebahagiaan dan keselamatan.
2. Apa saja 10 kegiatan di sekolah yang saya anggap masuk sebagai contoh penerapan dari peran GP yang saya pahami saat ini (pemimpin pembelajaran, pendorong kolaborasi, penggerak komunitas praktisi, mewujudkan kepemimpinan murid, menjadi coach bagi rekan guru)?. Buatlah daftarnya untuk digunakan saat berbagi ide dalam kelompok dalam tahap Ruang Kolaborasi.
a. Menciptakan suasana belajar di kelas yang nyaman bagi siswa dengan membuat kesepakatan kelas tentang suasana belajar yang murid inginkan. Bisa dimulai dengan menata kelas menjadi kelas yang berdaya karya siswa, dan penataan tempat duduk kolaboratif.
b. Melaksanakan pembelajaran yang menyenangkan dengan pemanfaatan lingkungan belajar di luar kelas. Misal bisa dengan penerapan metode bermain di lapangan, kegiatan tanam cabai bersama di kebun sekolah, jalan-jalan keliling desa untuk mengenal masyarakat dan budayanya.
c. Memanfaatkan media LCD dan pencarian google/youtobe dalam pembelajaran sehingga dapat membantu mengkonkretkan suatu materi yang abstrak yang tidak bisa dijelaskan atau dipelajari secara langsung.
d. Melaksanakan kegiatan refleksi pembelajaran dengan memberikan umpan balik kepada siswa sebagai bahan perbaikan dan koreksi saya sebagai pendidik di kelas.
e. Melibatkan orang tua/wali, alumni, atau tenaga ahli untuk menjadi sumber belajar di kelas.
f. Bersama-sama rekan sejawat berkolaborasi mengembangkan kompetensi dengan belajar melalui platform merdeka mengajar Kemdikburistek.
g. Menjadi narasumber bagi rekan guru di sekolah memberikan pemahaman dan bantuan dalam penggunaan aplikasi pendukung proses pembelajaran (e-ktsp.id)
h. Mengembangkan program pembiasaan pada siswa untuk pengembangan karakter/budaya positif yang baik bagi siswa (membaca asmaul husna di awal masuk, literasi membaca di pagi hari, menyanyi lagu nasional, senam pagi, jumat berbagi, dll)
i. Mengembangkan program sekolah menghidupkan kembali program apotik hidup agar murid-murid dapat memahami tanaman-tanaman sederhana yang memiliki kaya manfaat.
j. Mengembangkan program budaya buang sampah pada tempatnya dan pemanfaatan sampah plastik agar lingkungan bersih dari sampah.
Membuat kesimpulan berdasarkan pengalaman dan aksi yang bisa dilakukan untuk menguatkan peran dan nilai Guru Penggerak.
Gambaran Diri di Masa Depan
Tugas: Membuat gambaran diri sebagai Guru Penggerak di masa depan
Bayangkan diri Bapak/Ibu sudah lulus program ini dan telah menjalani peran sebagai Guru Penggerak selama 3 tahun. Pada saat itu, tentunya Bapak/Ibu sudah memiliki kepercayaan diri dan telah membawakan kegiatan-kegiatan yang mewujudkan nilai dan peran sebagai Guru Penggerak. Buatlah kisah narasi tertulis/presentasi PowerPoint/poster/peta pikiran/video/audio sederhana yang dapat menggambarkan kira-kira apa saja aktivitas Bapak/Ibu sebagai Guru Penggerak baik dalam keseharian, atau yang terprogram rutin berkesinambungan, maupun yang sifatnya ad-hoc (khusus). Buatlah sedemikian rupa sehingga dapat menggambarkan nilai-nilai Guru Penggerak (berpihak pada murid, mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif) yang Bapak/Ibu telah dihidupi selama 3 tahun tersebut.
Poin utama tugas kisah narasi ini adalah pada kedalaman penggambaran detail kegiatan yang mewujudkan tiap nilai Guru Penggerak. Jangan terjebak pada hiasan, sajian, dan tampilan saja. Terlampir di bawah adalah rubrik yang dapat membantu Bapak/Ibu dalam membuat kisah narasi tersebut, juga sebagai petunjuk untuk penilaian.
Nilai dan Peran Guru Penggerak