MULAI DARI DIRI MODUL 2.3
Selama menjadi guru, tentunya pembelajaran Anda pernah diobservasi atau disupervisi oleh kepala sekolah Anda. Bagaimana perasaan Anda ketika diobservasi?
Perasaan saya ketika diobservasi dan disupervisi Kepala Sekolah yaitu merasa tegang awalnya, tetapi setelah berjalan ternyata banyak pembelajaran yang didapatkan karena mendapatkan masukan dan saran serta sharing pendapat yang bermanfaat untuk perbaikan pembelajaran. Supervisi yang dilakukan Kepala Sekolah meliputi supervisi administrasi pembelajaran dan supervisi pengelolaan pembelajaran (praktik mengajak). Sebagai guru, sudah menjadi hal yang wajar jika harus diobservasi dan disupervisi karena kegiatan ini dapat digunakan sebagai sarana refleksi sebagai guru dalam tugas pokoknya.
Ceritakan pengalaman Anda saat observasi dan pasca kegiatan observasi tersebut.
Kegiatan observasi administrasi meliputi pengecekan kelengkapan pembelajaran, pada proses ini lebih dominan diisi kegiatan sharing pendapat untuk melengkapi isi perangkat pembelajaran. Kepala Sekolah memberikan masukan, saran, dan motivasi untuk perbaikan. Kepala sekolah membuka sharing terbuka, jika guru menemukan permasalahan dalam pembuatan administrasi pembelajaran. Setelah proses observasi administrasi, Kepala Sekolah memberikan hasil penilaian disertai saran yang membangun pada lembar ceklist kelengkapan.
Kegiatan observasi pengelolaan pembelajaran (praktik mengajar), Kepala Sekolah mendampingi guru di kelas ketika proses pembelajaran berlangsung. Guru memberikan rancangan perangkat pembelajaran yang digunakan saat itu. Sebagai guru yang sedang disupervisi, tentunya saya merasakan ada perasaan gugup dan grogi. Tetapi itu semua harus ditepis, agar proses pembelajaran tetap dapat berlangsung sesuai rencana untuk mencapai keberhasilan tujuan. Kepala Sekolah menunjukkan ekspresi antusias mengobservasi dari kegiatan awal sampai penutup. Setelah kegiatan observasi selesai, Kepala Sekolah menanyakan perasaan, kendala, dan alasan penggunaan model pembelajaran. Kepala Sekolah juga mengajak sharing permasalahan pembelajaran yang dirasakan oleh guru masih sulit diatasi. Proses observasipun secara umum lebih fokus pada kegiatan sharing/berbagi pendapat.
Menurut Anda, bagaimanakah proses supervisi akademik yang ideal yang dapat membantu diri Anda berkembang sebagai seorang pendidik?
Menurut saya proses supervisi yang ideal adalah kegiatan observasi yang lebih fokus pada kegiatan sharing/berbagi yang mengarahkan guru untuk mampu berpendapat menyelesaikan permasalahan agar mampu mengembangkan potensinya. Peran Kepala Sekolah bisa menjadi rekan yang membangun hubungan positif dengan guru sehingga komunikasi terkait hal pengembangan pembelajaran dapat terlaksana maksimal.
Menurut Anda, jika Anda saat ini menjadi seorang kepala sekolah yang perlu melakukan supervisi, dimana posisi Anda sehubungan dengan gambaran ideal di atas dari skala 1 s/d 10? Situasi belum ideal 1 dan situasi ideal 10.
Jika saya saat ini menjadi seorang kepala sekolah yang perlu melakukan supervisi, posisi saya masih berada pada skala 5. Saya masih perlu banyak belajar tentang manajemen diri, kepemimpinan pembelajaran, manajemen sekolah, dan masih banyak hal lain khususnya yang berhubungan dengan kegiatan supervisi. Melalui modul 2.3 guru punggerak menjadi sarana untuk belajar lebih mendalam tentang teknik coaching yang dapat diterapkan dalam kegiatan supervisi kepala sekolah.
Aspek apa saja yang Anda butuhkan untuk dapat mencapai situasi ideal itu?
Aspek yang saya butuhkan untuk mencapai situasi ideal yaitu
a. komunikasi yang memberdayakan agar saya mampu menjalin hubungan positif untuk saling percaya dan menghargai.
b. Pengembangan kompetensi sosial dan emosional (kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.
c. Pengetahuan tentang hakikat, komponen, proses, evaluasi, dan tindak lanjut kegiatan supervisi
Setelah Anda menjawab pertanyaan-pertanyaan reflektif, tuliskan harapan Anda terkait modul ini :
1. Apa saja harapan yang ingin Anda lihat pada diri Anda sebagai seorang pendidik setelah mempelajari modul ini?
Harapan yang ingin saya lihat pada diri saya sebagai pendidik setelah mempelajari modul 2.3 adalah saya mampu menjelaskan konsep coaching secara umum, membedakan coaching dengan pengembangan diri lainnya, yaitu mentoring, konseling, fasilitasi dan training, menjelaskan konsep coaching dalam konteks pendidikan sebagai pendekatan pengembangan kompetensi diri dan orang lain (rekan sejawat), mempraktikan kompetensi coaching dalam penyelesaian masalah di sekolah, dan mempraktikkan rangkaian supervisi akademik yang berdasarkan paradigma berpikir coaching.
2. Apa saja kegiatan, materi, manfaat yang Anda harapkan ada dalam modul ini?Kegiatan yang saya harapkan ada dalam modul ini:
a. Kegiatan belajar (eksplorasi materi) tentang konsep coaching dan supervise akademik yang disajikan dengan bahan yang konkret sehingga mampu mengubah paradigma komunikasi menggunakan teknik coaching.Memfasilitasi guru penggerak dengan kegiatan yang membangun komunikasi yang berdaya dengan rekan sesama CGP, fasilitator, dan pengajar praktik.
b. Penugasan praktik kegiatan coaching dan supervisi yang bermakna sehingga pemahaman guru penggerak lebih mendalam dan tertanam.
Materi yang saya harapkan ada dalam modul ini:
a. Konsep coaching yang lebih rinci, terstruktur, dan mudah dipahami
b. Paradigma berpikir, komunikasi yang memberdayakan, dan prinsip coaching
c. Kompetensi inti coaching yang bermanfaat bagi guru
d. Supervisi akademik dengan paradigm berpikir coaching.
Manfaat yang saya harapkan ada dalam modul ini:
a. Pemahaman lebih mendalam tentang konsep, prinsip, perbedaan coaching dalam konteks pendidikan agar saya sebagai guru mampu mengembangkan ide dan gagasan sesuai dengan paradigma berpikir coaching.
b. Memahami dan mampu mempraktikan kompetensi coaching dalam pembelajaran, hubungan dengan rekan, atau hubungan dengan masyarakat.
c. Memahami dan mampu mempraktikan supervise akademik sesuai dengan prinsip berpikir coaching.
Ernawati, CGP Angkatan 6 Kabupaten Kebumen.
Bayangkan Anda berada di empat situasi di bawah ini:
Anda tidak dapat memenuhi target pekerjaan, lalu kepala sekolah/rekan kerja Anda mengajukan pertanyaan berikut:
Mengapa target tidak tercapai?
Kelihatannya Anda tidak merencanakannya dengan baik ya?
Memangnya Anda tidak mencoba cara A, B, C, D?
Apakah tidak diperhitungkan sebelumnya bahwa ini tidak akan terpenuhi?
Anda sedang bingung bagaimana mengimplementasikan apa yang Anda pelajari dalam 10 hari ini. Lalu, Anda menghubungi instruktur Anda, dan ini yang ia tanyakan:
Apakah Anda mengerjakan semua tugas selama 10 hari?
Apakah setiap ada sesi sinkronus Anda hadir? (saat Anda selesai menjawab, ia melanjutkan?) Betul?
Mengapa Anda bisa bingung kalau Anda hadir terus?
Apakah Anda tidak mencoba mencari tahu saat di kelas?
Anda tidak memahami suatu materi pelatihan, lalu meminta rekan Anda menjelaskan. Lalu ini yang ia tanyakan:
Kenapa Anda tidak mengerti?
Apa Anda tidak memperhatikan saat dijelaskan di depan?
Coba rasakan Anda ditanya seperti ini:
Sudah berapa lama Anda berada di posisi ini?
Apa tanggung jawab utama Anda?
Anda ingin “A” atau “B”?
Apakah tugasnya sudah diselesaikan?
Dia berbakat atau tidak?
Dari empat situasi di atas, jawablah pertanyaan berikut ini:
1.Apa yang terjadi dalam diri Anda pada saat ditanya dengan pertanyaan-pertanyaan seperti di atas?
Saya hanya manusia biasa yang menginginkan perlakuan yang halus dari orang lain dalam hal berbicara karena itu akan terdengar lebih menenangkan dan membuat nyaman. Ketika saya ditanya dengan pertanyaan yang menghakimi saya dengan tuntutan dan disampaikan dengan bahasa mendikte itu akan menyakiti hati dan membuat semangat untuk bangkit berkembang menjadi luntur.
2. Apa yang Anda pikirkan?
Yang saya pikirkan ketika mendapatkan pertanyaan yang terasa mendikte dan menghakimi adalah membuat pikiran saya buyar atau tidak mampu berpikir lebih baik untuk menemukan solusi permasalahan. Ketika mendapatkan permasalahan tentunya yang dibutuhkan pikiran adalah ketenangan dan dukungan untuk menggali potensi.
3.Apa yang Anda rasakan?
Perasaaan yang saya rasakan menjadi ikut marah dan bahkan rasanya ingin ikut mengumpat dengan berkata sendiri bahwa saat ini saya membutuhkan dukungan bukan pelimpahan kesalahan.
4. Apa respon Anda?
Respon saya terhadap situasi tersebut saya berusaha untuk mengendalikan emosi dengan tetap tenang memanajeman diri dengan mempraktikan teknik STOP sehingga saya bisa mengambil pelajaran dari apa yang saya rasakan. Setelah pikiran lebih tenang, saya akan berbicara kembali dengan atasan/rekan untuk menyampaikan ide baru untuk penyelesaian masalah. Saya akan meminta saran dan masukan positif yang mendukung pengembangan kompetensi saya terhadap tanggung jawab yang dibebankan kepada saya.
Ernawati (CGP Angkatan 6 Kab. Kebumen)
Praktik Coaching Bersama Rekan CGP
Praktik Coaching dengan CGP Lain
Instruksi Penugasan
Buatlah sebuah kesimpulan dan refleksi yang disajikan dalam bentuk media informasi. Format media dapat disesuaikan dengan minat dan kreativitas Anda. Contoh media yang dapat dibuat: artikel, ilustrasi, grafik, video, rekaman audio, screencast presentasi, artikel dalam blog, dan lainnya. Selanjutnya, unggah media informasi yang telah dibuat ke Google Drive/Youtube Anda, dan jangan lupa untuk mengklik Bagikan/Shared agar bisa diakses oleh fasilitator.
Bacalah pertanyaan-pertanyaan ini untuk membantu Anda membuat kaitan tersebut:
Bagaimana peran Anda sebagai seorang coach di sekolah dan keterkaitannya dengan materi sebelumnya di paket modul 2 yaitu pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial dan emosi?
Bagaimana keterkaitan keerampilan coaching dengan pengembangan kompetensi sebagai pemimpin pembelajaran?
Unggahlah tautan media informasi pada laman LMS.
Coaching Supervisi Akademik
1.Pembelajaran
Minggu pertama bulan Desember 2022, masuk modul 2.3 yang mempelajari tentang coaching untuk supervisi akademik. Alur belajar masih sama dengan model sebelumnya yaitu diawali dengan kegiatan mulai dari diri untuk mengukur pemahaman dasar tentang konsep coaching di sekolah. Penugasan pada mulai dari diri membedakan perbedaan mentoring, konseling, dan coaching. Alur belajar selanjutnya belajar mandiri pada tahap eksplorasi konsep dan forum diskusi. Materi yang dipelajari pada eksplorasi konsep tentang teknik coaching dengan model TIRTA. Eksplor materi selesai dalam waktu 2 hari. Meskipun materi kompleks tetapi dapat terselesaikan tepat waktu.
Memasuki alur belajar ruang kolaborasi, kemampuan kolaborasi dengan rekan sesama CGP terasah. Anggota kelompok pada setiap kegiatan selalu berganti sehingga pada setiap kegiatan selalu mendapatkan rekan kerja sama yang bebeda-beda. Ruang kolaborasi modul 2.3 terbagi menjadi 2 sesi latihan dan sesi praktik coaching. Kelompok terdiri dari 2 orang yang akan melakukan praktik coaching secara bergantian peran coach dan coachee berdasarkan permasalahan yang berbeda. Pada sesi ini, banyak pembelajaran yang didapatkan dikarenakan kita praktik langsung coaching bersama rekan. Penugasan pada demonstrasi kontekstual dan aksi nyata membuat kita CGP lebih terampil dalam melakukan praktik coaching. Pada tahap kegiatan akhir aksi nyata, CGP diberikan kesempatan untuk belajar melaksanakan coaching supervisi akademik dimulai dari tahap pra observasi, observasi langsung, dan pasca observasi.
Sesi kedua ruang kolaborasi, kami diminta untuk praktik coaching kembali dengan durasi 15 menit setiap CGP. Pada sesi ini, tema coaching yang saya pilih berbeda dengan latihan coaching sebelumnya. Hal ini sengaja saya lakukan agar pengetahuan dan pemahaman saya bertambah. Alhamdulillah, rekan dalam kelompok saya dapat menyesuaikan diri dengan tema yang saya pilih. Hasil video dari praktik ini kemudian diunggah ke LMS sebagai tugas ruang kolaborasi.
2. Perasaan
Perasaan yang dirasakan ketika mempelajari materi baru yaitu antara senang, bahagia, pusing, dan sedih ketika menghadapi tugas yang lumayan banyak dan membutuhkan proses kerja yang lebih rumit. Materi pada modul 2.3 adalah materi yang baru saya ketahui. Istilah coach dan coachee, perbedaan mentoring, konseling, dan coaching, praktik supervisi akademik adalah materi baru yang membuat saya penasaran untuk mengetahui lebih lanjut. Hal yang sedikit membingungkan ketika pada tahap kolaborasi latihan praktik coaching. Ketika pertama masuk BOR meet, saya dipasangkan dengan rekan guru dari TK yang berbeda jenjang tingkat pendidikan. Alhamdulillah rekan saya sangat sabar dan berbicaranya lembut sekali. Mengawali percakapan masih terasa kaku karena masing-masing dari kami masih kekurangan perbendaharaan kalimat pertanyaan yang berbobot. Tetapi kami masih terus melanjutkan kegiatan hingga akhir secara bergantian menjadi coach dan coachee. Pada tahap latihan masih merasa bingung untuk menyusun pertanyaan berbobot. Kita memperbaiki penampilan pada saat tahap kolaborasi praktik.
Kegiatan demonstrasi kontekstual menugaskan kelompok CGP untuk bergantian berganti peran melaksanakan proses coaching dengan permasalahan yang telah disepakati kelompok. Tahap akhir pembuatan aksi nyata adalah tahap yang membuat perasaan lebih terasa nano-nano karena kita sebagai CGP harus mempraktikan kegiatan supervisi akademik dari tahap pra, observasi, hingga pasca. Tentunya, kita membutuhkan bantuan rekan sejawat/ guru untuk membantu menjadi coachee utuk dapat kita wawancara secara coaching. Dengan berpedoman alur TIRTA membuat saya lebih terarah dalam melakukan praktik coaching. Meskipun belum maksimal, tapi saya merasa senang dapat mempraktikkan coaching ini dengan baik. Memang perlu latihan yang kontinyu agar coaching dapat berjalan lancar dan tujuan yang diharapkan coachee dapat tercapai. Praktik coaching ini juga mengajarkan saya untuk menjadi pribadi yang lebih bijaksana dan matang sosial emosionalnya. Di sini lah keterampilan sosial emosional serta mindfulness saya praktikkan. Meskipun belum sempurna, namun tidak ada salahnya untuk terus berlatih dan berusaha.
Selain itu, saya juga merasa bahagia saat coachee mampu menemukan solusi dari permasalahan yang dihadapi sesuai tujuan yang diinginkan. Saya juga senang karena dapat membantu rekan untuk memaksimalkan potensi dirinya melalui pertanyaaan-pertanyaan berbobot yang saya berikan. Saya melihat rekan saya (coachee) yang melakukan praktik coaching merasakan hal yang sama. Mereka terlihat senang ketika mampu menemukan solusinya sendiri sesuai dengan keinginan dan harapannya. Hal yang sama juga saya rasakan, dengan melakukan coaching saya berusaha untuk memberikan pembelajaran diri serta pengalaman hidup coachee sehingga harapannya mereka dapat tumbuh menjadi pribadi yang mampu memaksimalkan potensi dan profesionalnya. Bahkan setelah melakukan praktik coaching pun, saya masih merasakan hal yang sama. Saya merasa senang dan yakin bahwa rekan saya akan menjadi seseorang yang berdaya dengan dirinya, semakin maksimal potensinya.
3. Pembelajaran
Coaching bertujuan untuk menuntun coachee untuk menemukan ide baru atau solusi untuk mengatasi tantangan yang dihadapi sesuai dengan tujuan yang diinginkannya. Pada modul 2.3, salah satu materi yang menjadi pokok pembelajaran adalah praktik coaching dengan model TIRTA yang sebenarnya merupakan akronim dari Tujuan (T), Identifikasi (I), Rencana aksi (R), Tanggung jawab (TA). Pada tahap Tujuan, coach perlu mengetahui tujuan apa yang hendak dicapai coachee. Identifikasi masalah, guru harus pandai membuat pertanyaan berbobot agar coachee bisa leluasa menyampaikan permasalahan dan menemukan solusi atas permasalahan secara mandiri oleh coachee. Jika coachee sudah mampu mengungapkan solusi yang mungkin dapat dilakukan, selajutnya coach membantu membentuk komitmen untuk melaksanakan rencana aksi nyata. Tugas coach hanya mengantarkan melalui mendengarkan aktif dan memberikan pertanyaan pertanyaan berbobot agar coachee merefleksikan sendiri tujuan yang ingin dicapai. Pengalaman hidup dan pengembangan diri yang akan dialami coachee tentu akan berbeda. Melalui tahap coaching TIRTA diharapkan coachee dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya.
4. Penerapan
Materi pembelajaran tentang coaching untuk supervisi akademik memberikan pengalaman yang berharga dalam hal peningkatan peran guru sebagai pemimpin pembelajaran, khususnya kompetensi dalam memimpin refleksi dan perbaikan kualitas proses belajar yang berpusat pada murid. Seorang guru harus membiasakan melakukan refleksi terkait perbaikan kualitas praktik pembelajaran. Selain itu, guru harus memandu rekan sesama guru untuk bersama menganalisis data hasil pembelajaran, merencanakan tindak lanjut berdasarkan hasil analisis untuk meningkatkan pembelajaran, dan melakukan refleksi berdasarkan umpan balik dari murid untuk perbaikan kualitas praktik pembelajaran. Refleksi dari kepala sekolah juga perlu dilakukan untuk perbaikan kualitas praktik pembelajaran. Bahan yang dapat dijadikan refleksi adalah berupa hasil supervisi dari kepala sekolah atau guru pamong.
Sebagai guru, menanggapi fungsi penting kegiatan refleksi tentunya dalam proses pembelajaran selanjutnya akan lebih banyak menggunakan/menerapkan teknik coaching untuk menganalisis data hasil pembelajaran dan merencenakan tindak lanjut untuk perbaikan kualitas pendidikan. Tekhnik coaching menempatkan supervisor dan guru yang disupervisi untuk membangun kemitraan yang setara dan guru (coachee) yang akan mengambil keputusan dalam rangka perbaikan kompetensinya. Coaching bukanlah proses konseling yang memberikan alternatif solusi namun sebuah proses menemukan solusi dari permasalahan yang berassala dari coachee sendiri. Tiga kompetensi coaching yaitu kehadiran penuh, mendengar aktif, mengajukan pertanyaan berbobot. Dari saya, guru yang selalu ingin belajar, hal yang ingin saya tingkatkan dalam tahap penerapan adalah mengembangkan keterampilan membuat/mengajukan pertanyaan yang berbobot. Terima kasih! Berbahagialah!
Ernawati, CGP Angkatan 6 Kab. Kebumen