Sekolah dasar merupakan jenjang pendidikan yang mendasari pendidikan selanjutnya. Ini mengingatkan kita sebagai pendidik untuk menanamkan nilai-nilai yang diberikan tidak bisa disebarkan secara asal-asalan karena tugas dan tanggung jawab kita selaku pendidik berada pada rentang usia peserta didik 7-12 tahun. Ketika masa itulah peserta didik akan membangun gambaran dalam pemikirannya untuk menentukan cita yang diimpi-impikan. Untuk itu pendidikan di sekolah dasar harus direncanakan dengan desain pelaksanaan yang terencana, komprehensif, dan masif. Kemudian kita juga telah memreteli bagaimana informasi secara cepat menyebar dan tanpa kontrol membanjiri setiap media , baik media elektronik ataupun media non-elektronik. Dalam kehidupan sehari-hari, pendidik dan peserta didik bersinggungan dengan media internet dan TV. Perihal memilih mana yang lebih baik, keduanya memberikan kontribusi dalam peningkatan kualitas hidup manusia jika digunakan dengan baik. Penggunaan tersebut bagaimana sebisa mungkin kita mengontrol program TV dengan memilih apakah layak atau tidak untuk jadi bahan tontonan. Program yang ditawarkan menarik peminat karena media pun berupaya untuk menarik hati pemirsanya. Perihal dampak media massa dalam hal ini media TV ikut andil dalam memberi perubahan sampai mengonstruksi pola pikir dan kebiasaan masyarakat. Lalu siapa saja yang terkena dampak media TV? Tak tanggung-tanggung seluruh elemen masyarakat terkena dampaknya termasuk peserta didik di sekolah. Hal yang perlu menjadi perhatian lagi ialah fokus siaran media adalah untuk profit sebagai prioritas. Tidak diragukan lagi, peran serta pendidik perlu untuk membantu peserta didik berliterasi media.
Bertolak dari masalah ini, maka pada materi ketiga ini Anda akan mempelajari tentang:
(1) Pengertian literasi media;
(2) Alasan pentingnya literasi media;
(3) Dampak terhadap peserta didik di sekolah.
Setelah membaca materi ini diharapkan peserta dapat memenuhi kemampuan:
(1) Memahami pengertian literasi media;
(2) Mengetahui alasan pentingnya literasi media;
(3) Mengetahui dampak terhadap peserta didik di sekolah.
Tiga kemampuan di atas menjadi bekal untuk Anda sebagai orang dewasa dalam memberi pengetahuan kepada peserta didik. Begitu pun untuk menjadi role model yang baik, kemampuan-kemampuan tersebut menjadi dasar yang cukup untuk Anda.
Semangat untuk tidak lupa menyebarkan ilmu yang telah didapat!
Literasi media atau disebut melek media bermakna sebagai suatu kemampuan dalam memahami, mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengembangkan media. Hal ini senada dengan Encang (2016, hlm. 39) yang menekankan bahwa secara sederhana literasi media ialah kemampuan yang dimiliki untuk berinteraksi dengan media secara bijak dan edukatif, khususnya media TV. Rahmi (2013, hlm. 268) literasi media “...capability to access, find out, fix, even share the substance of its messages” artinya berliterasi media sama halnya dengan kemampuan untuk mengidentifikasi, menemukan, membetulkan, bahkan menyebarkan isi pesan dari media. Berbicara mengenai literasi media, maka tidak dapat dipisahkan dengan tiga hal yakni kemajuan teknologi komunikasi, revolusi Gutenberg, dan budaya melek huruf. Kesimpulannya, literasi media merupakan perihal penting dan merupakan wahana untuk beradaptasi dengan media. Dalam hal menggunakan, berkomunikasi, berpraktik, beretika, berdialog dengan media terutama dalam memahami pesan media tersebut. Dengan tujuan untuk membangun identitas diri yang lebih baik, mengontrol pengaruh media terhadap lingkungan, dan mengonstruksi pola pikir, “periksa dahulu sumbernya”, “periksa dahulu tujuannya, untuk hal baik atau justru menjerumuskan.”
Beberapa poin penting yang dapat disimpulkan dari bahasan kali ini antara lain:
Media sering kali goyah dengan prinsipnya, tidak independen, kurang tepat, dan subjektif untuk kepentingan komersial yang mampu menggiring opini masyarakat
Sebagai kebutuhan akan adanya ledakan informasi yang termuat pada media, berupa strategi literasi media
Dampak negatif yang diberikan oleh media tidak dapat dihentikan, seperti berpengaruh pada fisik dan psikis, serta pola hidup bersosialisasi
Manusia terutama anak-anak akan selalu membutuhkan bimbingan menghadapi era kompetisi global
Sebagai alat peningkatan sumber daya manusia menghadapi era kompetisi global untuk mampu bersaing dengan negara lain
Berpartisipasi menghadapi sesuatu hal baru dan kekinian
Menerima perbedaan dengan bijak, pada aspek pendidikan, berbangsa dan bernegara, dan aspek lainnya
Memiliki landasan kontrol yang substansial untuk menghindari media yang memberi dampak negatif bagi diri sendiri maupun bagi orang lain
Melatih diri sebagai generasi yang kritis, berkualitas, dan cerdas
Dengan ilmu yang cukup, kita mampu memberi pengetahuan kepada orang lain untuk meningkatkan kualitas diri
Khususnya dalam dunia pendidikan, kapabilitas pemilihan media telah diintegrasikan ke dalam kurikulum 2013 yang harus dimiliki oleh pendidik dan peserta didik
Meningkatkan taraf hidup dan perubahan merupakan suatu kebutuhan dalam kehidupan modern
Khususnya bagi guru, skill ini dapat digunakan dalam membimbing peserta didik dalam menghadapi media masa
Wilson (dalam Sujana dan Rachmatin, 2019, hlm. 4) mengemukakan delapan peran penting literasi media dalam bersosial dan bernegara, antara lain:
(1) Sebagai saluran informasi dan pengetahuan yang tepat;
(2) Memberikan sarana untuk berdebat informasi;
(3) Memaparkan informasi secara garis besar;
(4) Membelajarkan masyarakat menjadi diri sendiri dan mengontruksi entitas diri;
(5) Mempromosikan adanya keterbukaan atau sebagai pengawas pemerintah;
(6) Sebagai pelopor demokrasi sekaligus fasilitator untuk sistem pemerintahan;
(7) Sebagai tempat untuk menyatupadukan kebudayaan antar dan luar negeri;
(8) Sebagai penasihat dan figur sosial.
Televisi merupakan salah satu media yang bisa dikatakan bersahabat erat dengan anak-anak. Perihal ‘persahabatan’ tersebut dengan konten televisi apakah hal tersebut ‘ramah’ bagi anak-anak? Diperkuat oleh Syahputra (dalam Rahmi, 2013, hlm. 271) “...toxic televisi memberikan dampak buruk kepada penonton. Racun-racun tersebut bergelimpangan memberi pengaruh buruk seperti halnya nikotin, pornografi, kekerasan, percintaan, supranatural, iklan, dan mistik adalah pengaruhnya.” Di sisi lain, kartun merupakan program yang paling disukai oleh anak-anak. Sebagai orang dewasa patutnya kita tetap perlu khawatir karena potensi pengaruh buruk terhadap anak tetap mengintai. Sebagaimana Irwanto memperhatikan anak dalam ruang lingkup media secara psikologis:
" Peserta didik SD berada pada usia konformitas ditandai dengan kemampuannya mengenal dan bersosialisasi dengan lingkungan rumah dan sekolah, mandiri, melakukan perbandingan dengan temuan-temuan baru, menilai nilai-nilai absolut menjadi hal relative, belajar mematuhi regulasi orang yang dominan, dan anak-anak membentuk kelompok atas dasar kesamaan jenis kelamin, gaya bahasa, dan gaya hidup."
Perlu diketahui bahwa kebutuhan anak yang paling diperlukan adalah bimbingan yang tepat datang dari orang tua dan guru, bukan dari media yang belum tentu baik. Maka dari itu, seyogianya pembimbing yang baik akan memberikan jalan yang baik pula.
Literasi media diartikan sebagai suatu kemampuan dalam mendapatkan akses, mengidentifikasi, mengevaluasi, dan menciptakan media baik dalam berbagai format untuk dibagikan pada berbagai bentuk media.
Literasi media sama halnya seperti sebuah kebutuhan pada zaman sekarang yang dapat dijadikan sebagai pendekatan dalam dunia pendidikan.
Pentingnya literasi media kerap kali media tidak independen, kurang tepat, dan subjektif, informasi dalam media meluap-luap tanpa kontrol, banyaknya dampak negatif menyebar ke pola pikir dan membentuk kebiasaan buruk, dampak negatif media berpengaruh pada berbagai sendi kehidupan, membuka pikiran, meningkatkan kualitas sumber daya manusia, dan ikut berkontribusi pada hal-hal baru.
Dalam dunia pendidikan, literasi media merupakan skill yang diperlukan oleh pendidik dalam membelajarkan kebiasaan baik kepada peserta didik. Pendidik dapat melatih kemampuan berpikir kritis dan tidak mudah mencela perbedaan yang dapat ditanamkan pada diri peserta didik.
Dampak media terhadap peserta didik di sekolah tidak lain ialah membentuk jati diri yang di luar harapan bangsa. Media yang buruk bagai racun, lantas racun tersebut menggelar wara-wiri dalam media, salah satunya media televisi.
Petunjuk :
Tekan tombol quiz.
Buatlah akun terlebih dahulu apabila belum memiliki akun.
Masukkan E-mail dan Password
Terdapat 5 pertanyaan pilihan ganda
Pilihlah salah satu jawaban yang Anda anggap tepat diantara 4 pilihan yang tersedia
Selamat mengerjakan!
Apabila Anda telah mencapai tingkat 80% atau lebih dari itu, maka Anda dapat meneruskan ke materi-4. Hebat! Jika masih di bawah 80% Anda harus kembali mempelajari materi-3, diutamakan pada bagian yang belum Anda kuasai.