REFLEKSI 1
Program Calon Guru Penggerak yang sedang saya ikuti ini, adalah suatu program yang membawa hal baru dalam sejarah hidup saya. Karena ini adalah suatu proses pendidikan dan pembelajaran jangka panjang yang secara sistematis terikat oleh waktu dan metode yang sudah disepakati. Hal yang mungkin perlu saya refleksikan untuk dijadikan prinsip diri adalah saya harus disiplin memegang teguh komitmen saya. Saya harus terus berjuang di tengah-tengah kesibukan yang saya hadapi. Secara prinsip saya selalu mengatakaan pada diri saya bahwa, yang satu dilakukan tetapi yang lainnya tidak boleh diabaikan. Dengan kata lain, saya harus benar-benar mampu menerapkan skala prioritas dalam melaksanakan semua tugas dan kewajiban saya. Sekaitan dengan pembelajaran di kelas, saya benar-benar merasa malu pada diri sendiri ketika saya berkesempatan mengenal dan belajar bersama teman-teman lainnya dalam program calon guru penggerak ini, yang menggali ide-ide cemerlang bapak Ki Hadjar Dewantara, terutama tentang menghambakan diri tanpa ikatan apapun, sambil harus memperhatikan aspek kodrat alam dan kodrat zaman yang para murid miliki.
Di sini hati saya benar-benar tersentuh dan terharu, karena selama ini saya kurang memperhatikan hal ini. Saya cenderung untuk menetapkan suatu target tertentu yang menekankan pencapaian kelas secara menyeluruh. Saya kurang memperhatikan perbedaan kekuatan masing-masing individu. Saya cenderung menilai keberhasilan dari aspek angka-angka yang tertulis di rapor, sebagai bentuk dukungan langsung akan standar penilaian yang sudah disepakati bersama. Hal ini tentu saja mencederai sudut pandang kodrat setiap individu. Karena hal inilah, maka saya berniat sungguh untuk memperhatikan perbedaan kemampuan individu dengan memberikan beban belajar yang memperhatikan kemampuan setiap murid. Kebetulan sekali saya mengajar di kelas 7 sebanyak 4 kelas paralel dan satu kelas di kelas 8. Dengan pemberlakuakn sistem kurikulum yang berbeda, maka saya akhirnya banyak belajar untuk merefleksikan diri dengan memahami karakteristik yang berbeda yang menjadi ciri khas masing-masingnya. Saya menemukan fleksibilitas pembelajaran di kelas 7 yang membuat saya menjadi sangat terkoneksi dengan program calon guru penggerak ini. Saya mencoba untuk menggali kemampuan para murid kelas 7 untuk menunjukkan bakat dan kemampuannya dalam belajar bahasa inggris. saya mencoba beberapa cara baru dengan mengadopsi pembelajaran yang sederhana tetapi berkesan bagi mereka. Dan ternyata mereka antusias menerimanya dan semakin penasaran untuk melaksanakannya. Dengan memanfaatkan fasilitas HP yang merekamiliki, saya berusaha untuk mengirimkan tautan-tautan tugas yang harus mereka selesaikan setelah menetima instruksi pembelajaran di kelas.
Pada titik ini, saya berusaha untuk menghambakan diri tanpa ikatan tertentu. Banyak pertanyaan yang timbul, saya layani dengan semangat pelayanan tulus ikhlas. Tetapi saya juga belajar untuk menerima diri, karena setiap urid saya memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Ada yang sangat cepatmemahami maksud yang saya kehendaki, ada pula yang mengalami kesulitan besar untuk memahami maksud sederhana yang saya sampaikan. Akhirnya saya memanfaatkan beberapa murid yang cepat dalamproses pemahaman instruksi untuk membantu saya dalam memberikan penjelasan tentang konsep yang saya maskudkan. Di sini, saya mau melatih pembelajaran kolaboatif antarindividu yang tidak semata-mata menjadikan guru sebagai sumber belajar. Pembelajaran teman sebaya ini, saya terus upayakan untuk dilakukan terutama dalam kegiatan-kegiatan diskusi atau kerja secara berkelompok. Ternyata dengan melakukan hal ini, para maurid merasa bahwa mereka berada di dunia yang sama untuk dapat belajar secara berkelompok atau berkolaborasi menyelesaikan tugasnya masing-masing. Yang saya minta bantuan untuk menolong rekan-rekannya merasa dihargai dan semakin percaya diri pada kemampuan yang dimilikinya. Dan semakin menunjukkan kemajuan untuk menjadi yang terbaik.
Selanjutnya, saya akan terus belajar untuk berinovasi, karena cara sekarang mungkin saja sesuai dengan karakter dan kemampuan para murid saat ini, yang mungkin saja di waktu yang akan datang menjadi berbeda dalam pola penanganan dan penerapannya. Dengan kata lain, nilai yang saya petik dari konsep Bapak Ki Hadjar Dewantara adalah pendidikan dan pembelajaran harus disesuaikan dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Semuanya harus berkembang dinamis dan fleksibel. Terima kasih, untuk nilai-nilai baik yang telah saya rasakan selama dua minggu pembelajaran di kelas calon guru penggerak angkatan 6, tahun 2022.
REFLEKSI 2
Perjalanan waktu semakin bergerak maju. Tidak terasa sudah semakin banyak hal yang disajikan kepada kami para peserta pendidikan guru penggerak angkatan 6, tahun 2022. Hal-hal yang sebagian besarnya terasa baru dan menantang bagi kami semua. Secara pribadi, saya semakin dibuat penasaran dengan apa yang akan terjadi, tentang materi apalagi yang akan menghiasi khazanah ruang ilmu pengetahuan dan konsep yang saya miliki. Karena sistematika dan struktur pembelajaran yang sangat baku membuat saya terus berpacu dengan waktu untuk sebisa mungkin mengatur skala prioritas kerja dan pelatihan ini. Banyak hal yang akhirnya mengantar saya pada suatu keyakinan bahwa hanya dengan keseimbangan pengaturan waktulah yang akan membuat saya bisa bekerja dengan baik sebagai pendidik tanpa harus mengurangi hak peserta didik dan mengikuti pelatihan CGP ini tanpa harus mengabaikan keutamaan nilai perhatian menyeluruh dan penyertaan diri utuh. Sayapun harus berdamai dengan waktu dan kegiatan-kegiatan utama yang harus saya lakukan. Dalam konteks memahami nilai dan peran guru penggerak, keadaan ini adalah ujian bagi saya untuk menempa diriku menjadi pribadi yang bernilai dan berperan sebagai seorang guru penggerak yang baik dan kompeten.
Menyimak nilai guru penggerak yang terdiri dari mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, serta berpihak pada murid; serta peran guru penggerak yang terdiri dari menjadi pemimpin pembelajaran, menjadi coach bagi guru lain, mendorong kolaborasi, mewujudkan kepemimpinan murid, menggerakan komunitas praktisi, saya diajak untuk merenung secara mendalam tentang tantangan yang saya alami dan potensi diri saya untuk menjalani serta memenuhi standar yang ditetapkan.berat nian dirasakan tetapi saya tetap harus membuka diri untuk siap berubah. Mindset lama harus diperbaharui dengan mindset baru. Pendidikan CGP inilah jalan terbaik untuk merubah mindset lama tersebut. Dengan nilai dan peran sebagai seorang calon guru penggerak yang harus saya miliki dan penuhi, maka saya dituntut untuk terus terbuka terhadap segala pengalaman belajar yang ada. Saya sungguh senang dan bahagia, dalam keadaan kalut dan hilang harapan, ada banyak pribadi inspiratif yang memberi harapan dan kekuatan baru. Di sini, saya bersyukur memiliki fasilitator yang selalu memberi warna inspirasi alur berpikir baru, ada pengajar praktik yang selalu siap menyokongketidakberdayaan konsep berpikir kami, dan ada teman-teman seperjuangan yang dengan segala caranya masing-masing, secara langsung maupun tidak langsung memperkuat keyakinan akan potensi yang kami miliki, agar siap maju menerima pengetahuan dan tantangan baru. Tak lupa pula ada instruktur yang selalu memberikan penguatan memadai terhadap konsep-konsep yang telah kami pelajari. Keadaan ini menjadi cermin penerapan nilai dan peran sebagai seorang guru penggerak. Secara langsung saya mengalami bagaimana harus berkolaborasi, bagaimana harus mandiri dan bayaak hal lain yang harus menjadi cerminan kepribadian seorang guru penggerak. Suatu idealisme sempurna yang secara bertahap dipraktikkan secara nyata dalam kegiatan pelatihan yang sudah dilaksanakan beberapa waktu ini.
Dampak langsungnya adalah saya semakin yakin untuk menata diri menuju upaya pemenuhan peran dan nilai diri saya sebagaai seorang calon guru penggerak. Dalam pembelajaran di kelas, saya terus berupaya memberikan pelayanan terbaik yang mengupayakan pembelajaran menyenangkan agar peserta didik merasa nyaman menunjukkan kemandirian dalam belajar dan menjadikan mereka peserta yang bisa memimpin pembelajaran tersebut. Dalam lingkungan komunitas belajar yang lebih luas, saya belajar untuk terus berkolaborasi dengan rekan-rekan guru lainnya untuk menemukan konsep belajar yang seirama untuk memberikan pembelajaran terbaik bagi para peserta didik. Bersama kepala sekolah, saya berusaha memberikan masukan-masukan positif tentang peluang inovasi pembelajaran dan terobosan peran pendidik dan tenaga kependidikan. Kerjasama baik ini, menghasilkan banyak perubahan yang mencerminkan terwujudnya lingkungan belajar dan lingkungan sekolah yang semakin berpihak pada murid. Nilai-nilai yang ditawarkan dalam program pendidikan guru penggerak ini semakin menambah motivasi saya untuk terus menjadi pribadi yang layak diteladani untuk mewujudkan sekolah bermutu yang berpusat pada murid. Lingkungan sekolaah juga sangat mendukung terobosan-terobosan yang diupayakan bersama ini. Bukan hal yang mustahil, tatkala kami bisa bergerak bersasma dengan irama yang berimbang, maka apa yang telah dan akan kami programkan dapat kami laksanakan dengan baik dan optimal demi perkembangan sikap yang bermuara pada karakter pelajar yang berprofil Pancasila.
Dengan demikian saya semakin bersyukur bisa mengambil bagian dalam pelatihan calon guru penggerak ini yang perlahan-lahan membentuk karakter dan kepribadian saya menjadi seorang guru penggerak yang bernilai dan mampu memainkan peran saya sesuai nilai dan peran guru penggerak yang telah saya pelajari. Semoga menjadi motivasi dan kekuatan bagi saya untuk terus berlangkah maju, jika gaung dan gema NILAI dan PERAN guru penggerak dapat saya pahami dan terapkan dalam kehidupan sehari-hari, terutama demi pelayanan utuh kepada para peserta didik
REFLEKSI 3
Waktu terus berlalu. Banyak hal baru telah saya ketahui, lewat pembelajaran individu dan pembelajaran kolaboratif bersama teman-teman dalam rauang kolaborasi dan bersama ibu fasilitator dan pendamping praktik. Semuanya membawa suasana baru dalam alur belajar yang terus mengalir alami. Ada banyak perjuangan yang harus terus dikumandangkan. Ada banyak usaha yang harus terus dijalani untuk mencapai tujuan. Semuanya tentu saja butuh pemahaman baik dan penerimaan diri tulus untuk mewujudnyatakannya. Ada banyak catatan penting yang terekam baik dalam alur berpikir saya, tetapi ada satu pengalaman istimewa yang menjadi momentum perubahan dalam cara berpikir saya, yakni paradigma inkuiri apresiatif dengan model ATAP dan Kanvas BAGJA. Di sini, saya belajar untuk melakukan suatu refleksi atas perencanaan dan perumusan konsep secara baik. Bahwa segala sesuatu yang akana kita lakukan bisa juga dimulai dengan alur yang sudah ditetapkan yakni ATAP dan BAGJA. Alur tersebut terurai sebagai berikut: Aset, Tantangan, Aksi, Pelajaran. Sementara itu, alur yang terdapat di dalam Kanvas BAGJA terurai sebagai berikut: Buat pertanyaan, Ambil pelajaran, Gali mimpi, Jabarkan rencana, Atur eksekusi. Baik alur ATAP maupun konsep Kanvas BAGJA, semuanya menitikberatkan pada pengenalan akan potensi atau kekuatan ataupun kelemahan yang kita miliki. Dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan kita, maka kita bisa mulai merumuskan langkah-langkah yang tepat untuk mengambil pelajaran lalu menggali mimpi, menjabarkan rencana-rencana kita dan akhirnya mengatur eksekusi atau mewujudnyatakannya dalam tindakan dan pada akhirnya kita akan mencapai kekuatan tertinggi milik kita sendiri. Dengan rumusan reflektif yang berdasarkan pengalaman nyata tentang diri sendiri ini, diyakini bahwa segala visi yang dirancang dapat diimplementasikan dalam misi yang bisa dipertanggungjawabkan pelaksanaannya. Hal menyenangkan ini telah menjadi titik tolak alur perubahan pola pikir saya. Bahwa merancang visi dan cara pengimplementasiannya, bisa dilakukan dengan lebih sistematis jika saya bisa memahami secara sungguh model ATAP dan kanvas BAGJA. Ya, suatu siklus pembelajaran dwi mingguan yang semakin hari semakin mengantar saya ke gerbang cara berpikir kritis reflektif dan sistematis. Terima kasih, alur ATAP dan kanvas BAGJA telah menjadi paradigma inkuiri reflektif yang sangat berguna bagi saya dalam perumusan visi atau rencana apapun untuk mencapai hasil yang optimal. Karena diharapkan dengan alur ATAP dan kanvas BAGJA, maka kita sebagai guru dapat mengupayakan tercapainya tujuan pendidikan yang menuntun segala kekuatan kodrat anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya. Kita juga dapat mengupayakan terbentuknya jati diri murid Indonesia yang berprofil Pelajar Pancasila yakni yang Beriman, Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Berakhlak Mulia, Berkebinekaan Global, Gotong Royong, Bernalar Kritis, Mandiri, Kreatif. Pendidik harus memahami dan mendalami kodrat alam dan kodrat zaman yang ada pada setiap murid sebagai individu yang unik dan berbeda. Rumusan visi yang dibuat harus terfokus pada kebutuhan murid yakni setinggi-tingginya untuk kebahagiaannya. Pendidik juga harus menggerakkan dirinya dan lingkungan sekitar agar dapat berupaya optimal mewujudkan lingkungan belajar yang berpihak pada murid sehingga mereka dapat memiliki karakter yang mencerminkan dirinya sebagai murid yang berprofil Pelajar Pancasila
Agar guru mampu mewujudkan visinya maka guru harus mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, dan berpihak pada murid. Guru juga harus menjadi pemimpin pembelajaran, coach bagi guru lain, kolaboratif, mewujudkan kepemimpinan murid, dan penggerak komunitas. Diharapkan dengan melaksanakan Inkuiri Apresiatif kita dapat mencapai kekuatan tertinggi, sehingga dengan kekuatan itu gagasan VISI dapat dirumuskan dan dilaksanakan dengan baik sesuai potensi dan kekuatan yang dimiliki diri sendiri dan komunitas masing-masing.
REFLEKSI 4
Hari demi hari perjalanan pembelajaran di program CGP, semakin seru. Ada banyak hal baru yang ternyata selalu membuka cakrawala konsep dan wawasan yang memberi harapan. Pada edisi kali ini ada hal mencengangkan yang kembali menjadi pusat perhatian para pembelajar, yakni segenap peserta program Calon Guru Penggerak. Hal yang sudah biasa dilaksanakan namun mungkin saja kurang terbiasa direfleksikan sebagai potensi nilai unggul yang dapat dibanggakan dan menjadi andalan dalam setiap pergerakan atau usaha menuju kemajuan. Hal tersebut adalah Disiplin Positif. Dalam pembelajaran kali ini, terdapat benang merah keterkaitan nilai-nilai penting yang sangat bermakna bagi kami pembelajar di program Calon Guru Penggerak ini. Ada disiplin positif yang memuat nilai-nilai kebajikan universal. yang didalamnya memuat beragam unsur nilai yang dapat menjadi acuan bagi siapa saja yang ingin berubah dan meraih nilai-nilai hidup yang lebih bermakna dan berkualitas. Nilai-nilai tersebut terpapar jelas dan bisa menjadi acuan utama bagi kita untuk menjadi visi dan misi dalam menjalani hidup sebagai individu maupun sebagai kelompok yang memiliki ketrikatan peraturan atau nilai yang harus dipatuhi atau dipenuhi. Juga dipaparkan tentang teori-teori motivasi yang menjadikan kita terbimbing dan terpandu untuk memiliki kekuatan reflektif terhadap apa yang sudah kita laksanakan maupun yang sedang atau sudah kita laksanakan. Dalama teori motivasi itu juga dikaitkan dengan bentuk-bentuk apresiasi terhadap pelaksanaannya, antara lain berupa hukuman atau penghargaan atau restitusi. Dimana baik hukuman, penghargaan maupun restitusi memiliki keterkaitan implikasinya masing-masing sebagai suatu hubungan sebab akibat dari pelaksanaan atau penerimaan konsep yang dilaksanakan. Ada unsur penting lainnya yang tidak bisa dilupakan adalah konsep tentang keyakinan kelas. Keyakinan kelas ini merupakan hal penting yang dapat menjadi kekuatan dahsyat bagi setiap orang yang mampu merumuskan dan menyepakatinya. Karena dengan merumuskan suatu keyakinan bersama secara demokratis dan terbuka, maka apapun nulai-nilai atau pernyataan-pernyataan yang disepakati atau disimpulkan tersebut, tidak dapat dengan mudah dielakkan atau diabaikan. Hal ini dapat terjadi karena nilai-nilai atau pernyataan-pernyataan tersbut merupakan hasil kesepakatan bersama. Jika diabaikan ataupun dilanggar maka itu menunjukkan suatu tindalak inkonsisten yang tidak dapat ditolerir lagi. Maka keyakinan kelas bisa menjadi kekuatan intrinsik yang membangun setiap pribadi atau individu untuk secara sadar melaksanakan apapun yang telah disepakati. Hal ini juga memiliki keterkaitan erat dengan kebutuhan dasar manusia, dimanaa kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat dilaksanakan jika setiap individu dapat menempatkan dirinya sesuai dengan nilai dan peran dirinya sendiri. Sampai di sini, posisi kontrol guru maupun pelaksana keyakinan kelas masing-masing menjadi sangat penting untuk membangun kesadaran individu dan mengembangkan kesadaran pribadi dalam menghidupkan motivasi-motivasi yang lahir dari dorongan intrinsik atau dorongan dari dalam diri sendiri. Motivasi-motivasi intrinsik ini dalam penerapan segitiga restitusi, dapat dikaitkan sebagai kekuatan untuk menempatkan diri pada titik tertinggi yakni menempatkan diri sendiri untuk senantiasa menjadi pencetus solusi atau penjaga keseimbangan komunikasi karena berada pada posisi ideal yakni posisi tidak bertentangan dengan keyakinan diri dan kelompok yang telah disepakati. Dengan semua nilai yang telah dipelajari ini, timbullah keyakinan diri untuk menjalani hari-hari hidup ini dengan kekuatan yang semakin kokoh, berdiri tegak dengan pandangan baru yang melihat segala persoalan sebagai hal biasa yang bisa ditemukenali penyebabya dan dijalankan solusi terbaiknya. Semoga hal-hal positif ini mengantar diri saya dan semua orang yang berjuang bersama saya untuk senantiasa mampu berkata, Salam dan Bahagia.
REFLEKSI 5
Guru Tergerak, Guru bergerak, Guru Menggerakkan, Indonesia Maju
Salam dan Bahagia,
Patutlah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Rahim, karena pada kesempatan ini saya bisa diberi kesempatan untuk menuliskan jurnal refleksi diri terkait bahan pembelajaran modul 2.1 program guru penggerak yang menekankan aspek Pembelajaran Berdiferensiasi. Suatu kajian penting yang menekankan pemahaman menyeluruh pada seluruh potensi yang dimiliki oleh para peseta didik. Dengan melakukan pembelajaran berdiferensiasi maka kita sebagai guru sudah bisa belajar juga untuk menekankan dan mengedepankan karakteristik masing-masing pribadi sebagai individu unik, berbeda dan mempunyai ciri potensialnya sendiri. Pada tahap ini, konsep dan pemahaman tentang karateristik peserta didik menjadi semakin penting untuk diteliti dan dibahas. Apalagi jika mempertimbangkan refleksi atas pendapat berikut:” Apakah satu ukuran selalu cocok untuk semua? (Justin Tarte). Jawaban lugas atas pertanyaan ini tentu saja, tidak. Karena mempertimbangkan adanya perbedaan amsing-masing individu yang mencerminkan kekuatan dan potensi yang berbeda satu terhadap yang lainnya. Dengan materi pembelajaran berdiferensiasi ini, maka saya telah berkesempatan untuk belajar tentang: 1). Pembelajaran Berdiferensiasi itu bersifat proaktif: bahwa kebutuhan belajar setiap murid berbeda-beda satu terhadap yang lainnya. Maka sangat diperlukan opsi pembelajaran yang sesuai dan terus menerus dirancang dalam upaya mengekspresikan dan mencapai tujuan pembelajaran. 2). Pembelajaran berdiferensiasi berpusat pada murid dan bersifat kualitatif dan kuantitatif: bahwa kemampuan tinggi tidak saja serta merta diberikan beban tanggungjawab tugas yang lebih berat dan banyak. Tetapi lebih dari itu perlu diperhitungkan juga efektivitasnya. Jika kita mampu mengundang murid untuk terlibat aktif dalaam pembelajaran yang relevan saat itu dan membuat murid merasa tertarik untuk belajar maka pengetahuan, keterampilan dan pemahamannya akan mulai dibangun. Proses ini tentu saja tidak bisa dilepas dari kesiapan dirinya tentang konsep yang dimiliki sebelumnya. Proses ini bisa juga terjadi dallam lingkungan belajar secara individu, kelompok maupun kelas. 3). Demikian juga pembelajaran berdiferensiasi berakar pada penilaian yang dimulai saat penilaian diagnostik, penilaian sepanjang unit pembelajaran, dan penilaian di akhir pembelajaran pada suatu cakupan materi tertentu dengan menggunakan beberapa pendekatan di antaranya pendekatan konten, pendekatan proses, dan pendekatan produk.
Dengan memperhatikan gaya belajar masing-masing individu maka variasi penilaian yang kita lakukan dan penekanan konten, proses dan produk yang akan dilakukan dapat dipertimbangkan secara matang terhadap efektivitas kegiatan pembelajaran itu sendiri. Untuk mengembangkan pembelajaran berdiferensiasi maka sangat dibutuhkan peran pemimpin pembelajaran yakni kepala sekolah terhadap para gurunya denganmembangun sistem yang memadai agar para guru dapat memahami dan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi secara optimal pada aspek pengetahuan maupun keterampilannya.
Semoga dengan semangat penerapan pembelajaran berdiferensiasi, optimalisasi pelayanan pembelajaran kepada para peserta didik dapat terjadi dengan baik sehingga pemberdayaan potensi masing-masing individu dapat dilakukan dengan baik pula
REFLEKSI 6
Guru Tergerak, Guru Bergerak, Guru Menggerakkan, Indonesia Maju.
Kegiatan berefleksi merupakan bagin penting dalam proses pembelajaran selama mengikuti Program Guru Penggerak, untuk mengetahui sejauh mana pemahaman konsep, pengalaman yang dirasakan, dan penerapan yang dilakukan tentang materi-materi pembelajaran yang telah dijalani. Menyadari pentingnya makna refleksi maka kegiatan refleksi dwi mingguan ini tetap harus dilaksanakan. Dalam pendidikan guru, jurnal refleksi dipandang sebagai salah satu elemen kunci pengembangan keprofesian karena dapat mendorong guru untuk mengaitkan teori dan praktik, serta menumbuhkan keterampilan dalam mengevaluasi sebuah topik secara kritis (Bain dkk, 1999). Sementara itu, menuliskan jurnal refleksi secara rutin akan memberikan ruang bagi seorang praktisi untuk mengambil jeda dan merenungi apakah praktik yang dijalankannya sudah sesuai, sehingga ia dapat memikirkan langkah berikutnya untuk meningkatkan praktik yang sudah berlangsung (Driscoll & Teh, 2001). Jurnal ini juga dapat menjadi sarana untuk menyadari emosi dan reaksi diri yang terjadi sepanjang pembelajaran (Denton, 2018), sehingga kita dapat semakin mengenali diri sendiri.
Menilik dari sisi perjalanan waktu, maka perjalanan pembelajaran semakin hari menjadi semakin menyenangkan. Banyak hal tak terduga menjadi bagian tak terpisahkan dari perkembangan diri yang saya rasakan. Inspirasi-inspirasi yang menggelorakan semangat perubahan baru dalam diri saya senantiasa menggelorakan semangat saya untuk terus bertahan dan terus berkembang. Tidak terasa juga di penghujung tahun 2022 ini, kami sudah menapakkan jejak di modul yang sangat istimewa yakni modul 2.2 yang berkaitan erat dengan Pembelajaran Sosial Emosional.
Bagaimanakah melakukan refleksi yang bermakna?
Kegiatan berefleksi bagaikan kita sedang bercermin. Malalui kegiatan bercermin, kita bisa mengenal keadaan diri kita. Secara tampilan fisik kita bisa mengetahui yang sebenarnya yang terlihat, melalui serangkaian pengamatan dan keseriusan menilai kekurangan atau kelebihannya dan kemampuan untuk menerima apa yang telah kita miliki. Dalam kondisi tenang penuh perhatian kita akan dapat mengamati dan mengenali apa yang ada di dalam cermin itu sebagai pantulan keadaan diri kita yang sebenarnya. Demikianpun, kegiatan berefleksi membutuhkan keadaan hati yang tenang dan pikiran yang jernih agar bisa mengenali segala keadaan diri kita dan potensi diri kita melalui apa yang kita pikirkan, apa yang telah kita lakukan dan apa yang sedang kita rencanakan. Kegiatan berefleksi juga bukan sekedar menuliskan kembali tentang kemampuan pemahaman aspek teoretis yang telah kita peroleh tetapi juga berkaitan erat dengan bagaimana kita menginternalisasikan aspek konsep tersebut dalam kehidupan nyata sehari-hari, dalam lingkungan sekolah maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan demikian maka sebagai seorang Calon Guru Penggerak, kita mampu mengungkapkan pengalaman berdasarkan pikiran, perkataan, dan perbuatan kita sendiri. Merujuk pada pola roda emosi Plutchik, maka kegiatan berefleksi berkaitan dengan modul 2.2 dilakukan dengan model 4F (Facts, Feelings, Findings, Future), sebuah model refleksi yang dikembangkan oleh Dr. Roger Greenaway, yang dapat pula diterjemahkan menjadi 4P, dengan pertanyaan-pertanyaan yang disesuaikan dengan keadaan yang sedang terjadi pada saat kegiatan penulisan jurnal dilakukan. Alurnya adalah sebagai berikut:
Facts (Peristiwa): Ceritakan pengalaman Anda mengikuti pembelajaran pada minggu ini atau pada saat menerapkan aksi nyata ke dalam kelas? Apa hal baik yang saya alami dalam proses tersebut? Ceritakan juga hambatan atau kesulitan Anda selama proses pembelajaran pada minggu ini? Apa yang saya lakukan dalam mengatasi kendala tersebut? Feelings (Perasaan): Bagaimana perasaan Anda selama pembelajaran berlangsung? Apa yang saya rasakan ketika menerapkan aksi nyata ke dalam kelas? Ceritakan hal yang membuat Anda memiliki perasaan tersebut. Findings (Pembelajaran): Pelajaran apa yang saya dapatkan dari proses ini? Apa hal baru yang saya ketahui mengenai diri saya setelah proses ini? Future (Penerapan): Apa yang bisa saya lakukan dengan lebih baik jika saya melakukan hal serupa di masa depan? Apa aksi/tindakan yang akan saya lakukan setelah belajar dari peristiwa ini?
Berdasarkan alur 4F dia tas maka refleksi tentang Pembelajaran Sosial dan Emosional pada modul 2.2 diuraikan sebagai berikut:
Facts (Peristiwa)
Pmebelajaran yang kami lakukan secara kolaboratif, memang sangat menyenangkan. Meskipun masing-masing kami memiliki kondisi yang berbeda satu sama lain, namun dengan dorongan motivasi fasilitator dan pengajar praktik, kami dapat menggunakan berbagai macam teknik untuk kembali mengarahkan hati dan pikiran kami agar selalu tetap fokus. Mindfulness adalah kata kunci yang sering kami kumandangkan untuk memberikan motivasi langsung pada diri kami sendiri maupun untuk sesama teman kami yang mengalami kesulitan. Dengan alur MERDEKA, kami memulai tahapan kegiatan Mulai dari Diri yang mengukur pengetahuan awal CGP terkait materi yang akan dipelajari. Tahap demi tahap harus dilalui secara sistematis di antaranya eksplorasi konsep, ruang kolaborasi, unggah tugas ruang kolaborasi, demonstrasi konseptual, elaborasi pemahaman, koneksi antar materi, dan aksi nyata, dengan satu tujuan agar semua materi dapat dipelajari, dipahami, dan dipraktikkan secara optimal. Dalam berproses, ada banyak sekali tantangan menghadang, yang harus saya lalui. Dengan kekuatan PSE, saya berusaha menerapkan secara langsung sebagai suatu bentuk praktik yang baik auntuk mengelolah keseimbangan pikiran, perasaan dan tindakan saya. Berkat kerjasama dan koordinasi baik dengan semua lini, maka saya bisa melampaui tugas yang menantang ini.
Feelings (Perasaan)
Antusiasme saya mengikuti kegiatan pembelajaran dimensi Penerapan Kompetensi Sosial dan Emosional dalam pembelajaran di kelas merupakan hal baru bagi saya secara teoretis, meskipun demikian, saya sering mempraktikkannya di dalam kegaitan pembelajaran saya meskipun tidak dilakukan secara rutin. Hal inilah yang membangkitkan ketertarikan lebih besar lagi dan mendorong saya untuk lebih intens mengikuti kegiatan pembelajaran KSE. Dengan dorongan ini, sayapun ingin mempraktikkan penerapan KSE ini di dalam proses pembelajaran saya sambil terus mengkolaborasikannya dengan unsur pembelajran berdiferensiasi yang memberdayakan semua kekuatan dan potensi maisng-masing siswa.
Findings (Pembelajaran)
Saya mensyukuri kesempatan belajar ini. Bersama fasilitator yang sungguh luar biasa kompetensi individunya dan kolaborasi teman-teman beserta pengajar praktik yang sangat baik, saya pada akhirnya memiliki atau mencapai keadaan untuk kembali bersemangat lagi. Pembelajaranpun langsung saya upayakan untuk lebih menerapkan kegiatan yang beralur belajar berdiferensiasi dengan menerapkan langkah-langkah KSE. Pembelajaranpun menjadi semakin menarik dan reflektif. Dengan contoh-contoh yang dipraktikkan bersama fasilitator, sayapun akhirnya bisa mempraktikkan dengan cara yang lebih baik dalam pembelajaran di kelas. Teknik STOP adalah pilihan terbuka yang saya terapkan dalam kegiatan pembelajaran saya.
Future (Penerapan)
Harapan yang bisa saya upayakan pencapaiannya adalah melalui pemahaman dan pembelajaran modul PSE, saya dapat mengenali perasaan, mengelola diri, memahami orang lain, dan membangun komunikasi, serta mengambil keputusan dengan lebih baik. Sehingga, saya akan mampu melaksanakan pembelajaran, kegiatan sekolah, kegiatan di masyarakat, dan di keluarga dengan lebih baik, responsive, dan bertanggung jawab. Dengan praktik rutin penerapan KSE di kelas, maka saya yakin akan timbul keseimbangan dalama diri siswa dan pada akhirnya akan membentuk karakteristik baru dalam diri siswa untuk mengupayakan pencapaian keseimbangan dalam dirinya. Diharapkan, dengan keseimbangan itu para siswa dapat menyadari potensi dirinya dan mengupayakan pemberdayaannya agar mencapai nilai atau level tertinggi pada masing-masing individu siswa.
Semoga refleksi Dwi Mingguan ini bermanfaat dalam menggambarkan akumulasi niat dan usaha saya mencapai nilai tertinggi pengembangan diri saya tentang Pembelajaran Berdiferensiasi dalam alur Kompetensi Sosial dan Emosional. Salam dan Bahagia.
REFLEKSI 7
Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 2.3
Coaching untuk Supervisi Akademik Model Driscoll
Guru Tergerak, Guru Bergerak, Guru Menggerakkan, Indonesia Maju
1. What
Jurnal Refleksi ini merujuk pada tema Coaching untuk Supervisi Akademik. Model jurnal ini dibuat dengan alur Model Discrol untuk memberdayakan penekanan pada unsur Pendeskripsian peristiwa, Analisisis peristiwa, dan tindak lanjut terhadap peristiwa yang terjadi. Berdasarkan alur tersebut maka menjadi penting dan mendasar untuk menempatkan unsur pemahaman coaching itu sendiri sebagai ulasan utama pada bagian pertama. Pembahasan modul 2.3 ini berkaitan erat dengan coaching untuk supervisi akademik. Secara setereotipe, saya berkeyakinan bahwa coaching sama halnya dengan segala sesuatu yang berkaitan dengan kepelatihan atau transfer ilmu dari seseorang yang memiliki kompetensi tertentu ke orang lainnya yang menjadi peserta, yang ingin mendapatkan kompetensi tertentu sesuai kebutuhannya masing-masing. Dalam hal ini konsep tentang coaching masih dianggap sama seperti kegiatan mentoring. Tetapi ternyata konsep saya belum tepat. Hal ini dapat disadari ketika berkesempatan melakukan kegiatan belajar mandiri pada alur eksplorasi konsep dan diperkuat lagi pada kegiatan ruang kolaborasi ketika mendapat penjelasan yang sangat transparan oleh fasilitator. Dan pada akhirnya pemahaman saya tentang coaching semakin meningkat tatkala secara berkelompok, kami melakukan kegiatan praktik coaching.
Melalui kegiatan praktik dalam masing-masing ruang Google Meeting (Break out Room), kami seanjutnya memperoleh kesempatan untuk melakukan praktik secara bergantian sesuai dengan peran yang disepakati, yakni coach, coachee, dan supervisor/pengamat. Perasaan saya begitu berbeda, karena pada kesempatan ini kami harus memerankan diri kami sesuai peran dan fungsi yang telah disepakati. Kamipun saling berkoordinasi untuk bersungguh-sungguh memerankan tugas yang telah dipercayakan untuk kami praktikkan. Dan selanjutnya kami diberikan kesempatan untuk mendapatkan penguatan dari fasilitator dan dilanjutkan dengan kegiatan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilakukan. Secara terstruktur kami juga diberikan kesempatan untuk berkolaborasi dengan rekan sejawat dalam praktik coaching dengan topik yang sudah dipraktikkan atau menemukan topik yang baru. Pada kesempatan ini, kami harus mendokumentasikan atau merekam aktivitas praktik coaching kami, untuk selanjutnya diupload ke LMS sebagai bagian dari penugasan dalam ruang kolaborasi. Dan selanjutnya kami berkesempatan melakukan praktik coaching dengan pola kemitraan setara sebagai coach, coachee, dan supervisor atau pengamat. Banyak hal baru yang harus kami pelajari dan kami latih, agar kegiatan praktik coaching ini menjadi hal baru penting, dan bisa dipraktikkan untuk pengembangan pelaksanaan coaching untuk supervisi akademik. Pada tahap ini, kami bertiga (Saya, Bu Kusnul, dan Bu Rima) belajar bersama dan berkoordinasi partisipatif untuk benar-benar merancang pelaksanaan praktik ini. Sampai pada pencapaian ini, saya mulai merasakan bagaimana sebenarnya coaching itu dikoordinasikan baik untuk pengembangan dan perubahan paradigma akademik di Indonesia pada umumnya dan di sekolah masing-masing pada khususnya. Latihan coaching ini menjadi bagian penting dalam mengembangkan pemahaman saya tentang coaching itu sendiri. Dengan konsep TIRTa, kami berusaha untuk melakukan kegiatan praktik ini, dengan kesadaran (kehadiran) penuh dan mindfulness untuk mendapatkan pemahaman yang baik dan lancar selama kegiatan berlangsung. Dengan tiga peran yang berbeda, pada akhirnya kami mampu menyelesaikan kegiatan praktik coaching ini. Semua kami merasa bangga dan bahagia karena hal baru ini telah menjadi bagian penting dalam hidup kami, yakni konsep tentang berpraktik coaching ini.
2. So What
Berawal dari kekosongan pemahaman menyeluruh dan kedangkalan konsep utama coaching, secara bertahap saya mulai memahaminya dan mulai mempraktikkannya dalam konsep kolaboratif dengan sesama rekan calon guru penggerak. Melalui proses praktik coaching, saya terus mengasah kemampuan coaching yang merupakan bagian penting kegiatan supervisi akademik. Keadaan ini merupakan suatu tantangan besar untuk membangun kepercayaan diri menjadi lebih baik, agar segala keraguan tentang makna coaching yang membingungkan dan meragukan dapat terpecahkan dan teratasi berkat konsep baru yang telah dipelajari dan dipraktikkan. Dengan metodologi konstruktif yang ampuh yakni ruang kolaborasi dan alur TIRTa, kami dapat mengenal lebih jauh tentang makna coaching sesungguhnya. Secara pasti, kamipun pada akhirnya dituntut untuk berperilaku bijak dan sabar dalam menghadapi segala persoalan dan tantangan yang ada. Kami dituntut untuk belajar memiliki prinsip etika yang baik ketika menemukan atau menjumpai persoalan di tempat kami berada. Dalam ketidaksempurnaan yang kami miliki, kamipun terus berlatih dan berbenah diri untuk mengenal lebih jauh dan memperdalam kemampuan bercoaching. Dalam berpraktik coaching, saya menemukan nuansa rasa yang baru tatkala bisa menuntun sesama calon guru penggerak menemukan solusi atas persoalan yang dihadapi selama kolaborasi praktik coaching.
Dalam berpraktik coaching kami saling menjalin komunikasi untuk memanfaatkan peluang pelatihan yang isitmewa ini untuk mengeksplorasi diri dengan lebih baik. Selalu muncul perasaan senang dan bahagia tatkala berbagai solusi atas persoalan berhasil dicetuskan dan diperoleh sebagai cara menyelesaikan persoalan yang dialami. Sebagai coach, saya belajar mendampingi coachee menemukan solusinya atas persoalannya. Saya terus belajar memiliki kemampuan untuk menuntun coachee dan memberikan apresiasi dan motivasi terhadap pencapaian yang telah diperolehnya. Dengan demikian, dalaam konteks hubungan timbal balik antara coach dan coachee maka segala hasil yang didapatkan menjadi tanggungjawab kolaboratif antara dua pihak yang saling bekerjasama dan saling menunjang satu terhadap yang lainnya. Dengan berpraktik coaching saya juga belajar menjadi pribadi yang mampu mengoptimalisasikan potensi diri demi pengembangan karakteristik pribadi, rekan sejawat maupun peserta didik. Dengan proses yang sudah dijalani ini dan selanjutnya terus menerus diperjuangkan untuk dipraktikkan secara mandiri, maka sangat diharapkan adanya peningkatan kemampuan dan kompetensi kegiatan coaching untuk menemukan solusi atas persoalan yang dihadapi. Proses yang akan terjadi sungguh dibutuhkan adanya niat untuk melakukan praktik berulang, berkelanjutan dan terus-menerus, agar dapat menjadi suatu pola yang membiasakan diri saya dalam melakukan kegiatan coaching. Bermodal pengalaman praktik coaching ini, maka saya berusaha untuk terus berlatih menjadi seorang coach yang baik demi peningkatan kemampuan akademik peserta didik dan pengembangan diri saya sendiri.
3. Now What
Sebagaimana tujuan coaching adalah menuntun coachee untuk menemukan ide atas pemecahan suatu masalah atau solusi, maka kematangan diri dan profesionalitas saya sangat dituntut untuk dipenuhi. Diharapkan dengan kematangan pribadi dan penguasaan diri yang baik terhadap penyelesaian suatu permasalahan melalui kegiatan coaching, maka proses penemuan solusi menjadi jalan terbaik yang melewati proses standar yang diharapkan dan hasil ideal yang diimpikan.
Karena itu saya terus berjuang mencari sumber-sumber belajar inspiratif untuk meningkatkan kemampuan dan kompetensi saya dalam bercoaching. Harapan saya, semua teman pendidik dapat memiliki kemampuan coaching sehingga dapat mengambil peran aktif dalam meningkatkan standar akademik yang ada di sekolah. Dengan prinsip belajar di mana saja, kapan saja dan dengan siapa saja, maka saya akan terus berupaya menemukan berbagai sumber belajar untuk meningkatkan kompetensi sayamodul 2.3 adalah titik awal pembelajarannya, namun demikian, informasi dan pengetahuan tentang coaching ini juga akan saya dapatkan dari berbagai sumber referensi misalnya artikel ilmiah, buku, video contoh praktik coaching, nara sumber, dan lain-lain. Tentunya ini juga membutuhkan dukungan-dukungan dari berbagai pihak, di antaranya pimpinan sekolah, rekan sejawat, keluarga, dan masyarakat sekitar. Sangat diharapkan agar apa yang sudah saya pelajari tentang coaching ini dapat saya bagi dengan rekan sejawat agar mereka juga dapat "menuntun" dan memberdayakan potensi murid dan rekan sejawat lainnya agar tidak kehilangan arah dan semena-mena dalam melakukan pendampingan penyelesaian suatu persoalan dengan kekuatan dirinya miliki tanpa harus mengabaikan kebebasan pribadi orang yang didampinginya. Semoga pengalaman berpraktik ini membawa dampak positif bagi diri saya untuk terus berbagi dengan sesama dalam meningkatkan kompetensi pembelajaran dan peningkatan prinsip-prinsip pelayanan akademik yang efektif dan produktif. Semoga bermanfaat
REFLEKSI 8
KEPUTUSAN KECIL AKAN BERMAKNA BESAR BAGI PRIBADI PELAKSANANYA
Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 3.1
Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan sebagai Pemimpin.
Seiring perjalanan waktu, banyak hal yang sudah menjadi bagian pengalaman yang menggambarkan kompetensi pengetahuan dan keterampilan beserta penerapannya teruji dalam karya pengabdian bagi anak bangsa. Banyak hal positif yang dipelajari pada modul 1 dan modul 2 telah menjadi bagian tak terpisahkan dalam karya pelayanan di komunitas pendidikan hingga saat ini. Semuanya dilewati dengan tahap perencanaan, pelaksanaan, dan dilanjutkan dengan kesempatan berefleksi tentang proses pelaksanaan hingga akhir beserta nilai-nilai yang dapat diperoleh baik secara langsung maupun tidak. Bagian penting yang tidak pernah dilupakan adalah kegiatan berefleksi. Mengapa? Karena refleksi merupakan bagian penting yang tak boleh diabaikan dalam rangka mengukur, menimbang potensi yang telah kita kembangkan, peluang yang telah kita peroleh, maupun tantangan yang telah kita lewati, serta permasalahan yang telah kita temukan jalan keluarnya. Dengan berefleksi kita bisa mempertahankan pencapaian positif kita dan memperbaiki kekurangan kita. Dengan demikian upaya peningkatan dan pencapaian kemampuan setinggi-tingginya dapat kita lakukan atau rencanakan kembali. Dengan berefleksi kita bisa berdialog dengan diri kita sendiri maupun sesama kita tentang apa yang perlu ditingkatkan dan apa yang perlu diperbaiki. Momentum berefleksi adalah momentum memaknai setiap apa yang telah dilakukan dan merancang apa yang harus dilakukan untuk mencapai target yang direncanakan pada saat ini untuk waktu yang akan datang. Dengan berefleksi, saya akan berusaha menemukan jati diri saya yang sesungguhnya untuk selanjutnya diajak masuk dalam dimensi kontemplatif diri untuk mencari, menemukan, dan menggali sedalam-dalamnya sumber daya potensial yang dapat dieksplorasi secara lebih efektif lagi. Menuju refleksi Dwi Mingguan di awal pelaksanaan Modul 3.1 ini, saya memulainya dengan semangat baru untuk belajar menjadi seorang pembuat keputusan. Suatu periode belajar yang sangat berguna untuk meningkatkan kompetensi saya sebagai seorang pemimpin pembelajaran yang mampu membuat keputusan yang benar.
Refleksi pada kesempatan kali ini adalah menggunakan model 4F yang mengedepankan unsur Facts, Feelings, Findings, Future yang dikembangkan oleh Dr. Roger Greenaway. Adapun uraian hasil refleksinya tertuang sebagamana yang saya sampaikan berikut ini.
FACTS (PERISTIWA)
Berdasarkan alur waktu yang telah berlalu, pembelajaran di modul 3.1 dimulai dengan kegiatan pretest untuk menakar pemahaman awal sebelum masuk tahap pembelajaran sesungguhnya. Kegiatan pretest ini dilaksanakan pada tanggal 1 Februari 2023. Suatu awal kegiatan yang sangat berbobot dimana saya harus melanjutkan kegiatan lain di antaranya melaksanakan kegiatan yang dimulai dari diri sendiri dan dilanjutkan dengan kegiatan eksplorasi konsep. Banyak hal baru yang sungguh membuka wawasan saya secara teoretis. Jika ditelaah lebih jauh sebenarnya secara faktual praktis, saya sering melakukan hal-hal tersebut. Hal ini berkaitan erat dengan Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin
Di dalamnya saya menemukan banyak pertanyaan pemantik yang “menggugat” eksistensi saya untuk berani belajar lebih jauh dan dalam lagi tentang bagaimana seharusnya seorang mengambil keputusan secara tepat. Juga diperkenalkan dan dihadapkan dengan studi kasus yang harus ditemukan solusinya dengan konsep yang dipelajari berkaitan erat dengan dilema etika, godaan moral, dan prinsip-prinsip kebajikan universal. Kegiatan kolaboratif juga sangat ditekankan dengan adanya menanggapi gagasan atau laporan sesama teman CGP. Selanjutnya, berdasarkan alur belajar yang sudah baku dengan memilih satu tugas berupa studi kasus yang harus dilampirkan di LMS untuk ditanggapi dan didiskusikan sesama teman CGP.
FEELINGS(PERASAAN)
Dalam unsur rasa, boleh dikatakan bahwa perasaan yang saya alami adalah sangat senang karena menglami pembaharuan konsep tentang bagaimana seharusnya seorang pemimpin mengambil sebuah keputusan secara benar. Dalam kegiatan kajian dan analisis kasus yang dipelajari, saya seperti kembali memutar film lama yang beberapa slidenya seolah-olah merupakan kenangan tentang pengalaman saya dan para murid saya, atau saya dan teman-teman seperjuangan saya. Pada kesempatan ini, saya berada pada titik seolah-olah kembali belajar untuk merefleksikan pengalaman lama atau kegiatan masa lalu dalam menangani persoalan anak-anak, para peserta didik.
FINDINGS (PEMBELAJARAN)
Nilai pembelajaran yang diperoleh adalah saya bisa mengenal berbagai teknik dalam mengambil suatu keputusan beserta tantangan-tantangan potensial yang harus ditemukan solusinya. Saya juga dilatih untuk menemukan solusi atas beberapa studi kasus yang ada. Kesimpulan atas semuanya adalah bahwa semua keputusan yang diambil harus benar-benar berlandaskan pada usaha tulus dan luhur yang sebesar-besarnya digunakan untuk kepentingan peserta didik. Keputusan yang kita ambil harus sebisa mungkin berasarkan 3 unsur utama yakni berpihak kepada murid, berdasarkan nilai nilai kebajikan universal dan bertanggung jawan tehadap segala konsekuensi dari keputusan yang diambil. Dalam upaya pencapaian keputusan tersebut kita akan mengalami dilema etika tatkala kita harus memilih satu keputusan terbaik terhadap dua sisi pilihan yang sama-sama memiliki kebenarannya. Kita juga akan mengalami suatu bujukan moral, yakni kita berhadpan dengan situasi dimana seseorang mengambil sebuah keputusan di antara pilihan benar dan salah. Paradigma yang terjadi pada situasi dilema etika atau bujukan moral yang bisa dikategorikan seperti di bawah ini:
1. Individu lawan kelompok (individual vs community)
2. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
3. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
4. Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)
Adapun Tiga Prinsip Pengambilan Keputusan, yang dapat dijadikan referensi adalah:
1. Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)
2. Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
3. Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)
Selanjutnya ada 9 (Sembilan) langkah untuk memandu kita dalam mengambil keputusan dan menguji keputusan yang akan diambil dalam situasi dilema etika atau bujukan moral yang membingungkan, sembilan langkah tersebut yang dapat kita lakukan yaitu :
1. Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan
2. Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini
3. Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini.
4. Pengujian benar atau salah : Uji Legalitas, Uji Regulasi/ Standar Profesional, Uji Intuisi, Uji Publikasi dan Uji Panutan/ Idola
5. Pengujian Paradigma Benar lawan Benar.
6. Melakukan Prinsip Resolusi
7. Investigasi Opsi Trilema
8. Buat Keputusan
9. Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan
FUTURE (PENERAPAN)
Dari pemaparan konsep tentang pengambilan keputusan, saya belajar banyak dalam pemaparan secara konsep pada LMS. Saya merasa tertarik dan berusaha untuk siap menerapkan keterampilan pengambilan keputusan berdasarkan 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan untuk mulai belajar dan terus belajar menerapkannya dalam aktivitas saya di kelas maupun di lingkungan sekolah saya sebagai pemimpin pembelajaran. Hal ini agar sesuai dengan konsep yang telah dipelajari sehingga semakin terlatih dan terampil dalam melakukan pengambilan keputusan. Dan segala ilmu baru yang sangat berdaya guna ini bisa juga disaringkan kepada rekan-rekan pendidik lainnya agar dapat memiliki keyakinan dan kekuatan penanganan suatu persoalan.
Demikianlah refleksi singkat yang mendeskripsikan apa yang saya pikirkan, apa yang saya perbuat selama kurun waktu pembelajaran modul 3.1. Semoga hal kecil yang saya pelajari ini menghasilkan sesuatu yang sangat berguna untuk kepentingan peserta didik yang dipercayakan kepada saya. Semoga kesempatan ini menjadi semakin berarti bagi setiap orang yang selalu ingin belajar tentang hal baru dan menjadikannya bermakna bagi sesama. Terima Kasih
REFLEKSI 9
JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN MODUL 3.2
Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya
Jurnal refleksi merupakan catatan praktis pendokumentasian segala aktivitas yang melibatkan seluruh aspek pribadi masing-masing Calon Guru Penggerak. Kekuatan pemahaman konsep dan penerapannya dalam rangkaian aktivitas akan membentuk penguatan karakter bagi masing-masing individu Calon Guru Penggerak. Pada kesempatan ini, catatan reflektif saya bertemakan Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya. Refleksi ini akan dilaksanakan dengan alur model 8 yakni model yang diadaptasi dari refleksi yang digunakan pada praktik klinis (Driscoll & Teh, 2001). Model yang dikenal dengan Model “What?” ini pada dasarnya terdiri dari 3 bagian, namun dapat dikembangkan dengan berbagai variasi bergantung pada pertanyaan detail yang dipilih.
WHAT (Tentang apa)
Refleksi saat ini menekankan pada kegiatan pembelajaran alur Merdeka modul 3.2 yang diawali dengan Mulai Dari Diri. Pada tahap ini Calon Guru Penggerak diajak melakukan refleksi dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan aperseptif dalam konsep ekosistem sekolah dan peran pemimpin dalam pengelolaan sumber daya sekolah. Kegaitan selanjutnya adalah melaksanakan kegiatan Eksplorasi Konsep Mandiri. Pada sesi ini Calon Guru Penggerak melakukan eksplorasi mandiri dengan cara menelaaah konsep dasar tentang sekolah sebagai ekosistem, pendekatan berbasis kekurangan dan berbasis aset, sejarah pendekatan asset, dan 7 aset/modal sebuah komunitas. Dilanjutkan Eksplorasi Konsep Diskusi, Calon Guru Penggerak berdiskusi membahas kasus yang dialami oleh Ibu Lilin dan Pak Pupur, dengan mengkomunikasikan, gagasan, ide dan pemikiran bersama Calon Guru Penggerak lain dalam satu kelas.
Selanjutnya dalam alur belajar Ruang Kolaborasi para Calon Guru Penggerak berkolaborasi menyelesaikan tugas kelompok, sesuai dengan kelompoknya masing-masing dan dalam peran setiap anggota sebagaimana yang disepakati oleh masing-masing kelompok. Tugas kelompok yang sudah didiskusikan pada hari pertama selanjutnya dipresentasikan pada hari berikutnya terutama berkaitan dengan tema pokok "Identifikasi 7 modal utama/asset lingkungan sekolah dan pemanfaatannya". Pada tahap selanjutnya para Calon Guru Penggerak bersiap melakukan Demonstrasi Kontekstual di mana para Calon Guru Penggerak menganalisis visi dan prakarsa perubahan dari tayangan video, mengidentifikasi kegiatan yang berhubungan dengan tahapan BAGJA, serta menganalisis potensi-potensi dan kekuatan-kekuatan yang ada sebagai modal utama yang dimiliki dan untuk dapat dimanfaatkan dalam usaha meningkatkan kinerja pelayanan pembelajaran bagi para peserta didik. Kegiatan pembelajaran selanjutnya adalah Elaborasi Pemahaman tentang strategi pengelolaan sumber daya, dilanjutkan dengan Konekasi Antar materi yang menghubungkan materi modul ini dengan modul yang dipelajari sebelumnya, dan akhirnya dilanjutkan dengan kegiatan Aksi Nyata yang memberikan kesempatan kepada para Calon Guru Penggerak untuk secara kolaboratif mengidentifikasi bersama warga sekolah lainnya tentang asset/modal/kekuatan yang dimiliki sekolah yang dapat diberdayakan untuk pengembangan pemberdayaan pelayanan pembelajaran bagi seluruh peserta didik.
WHO (Siapa Pelaksananya)
Ada banyak pihak yang terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran modul 3.2 ini. Kerjasama kolaboratif ini merupakan alur pembelajaran yang memberikan kesempatan bagi semua Calon Guru Penggerak untuk senantiasa mengekplorasi kapasitas dirinya untuk mencapai pemahaman yang baik tentang Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya. Pihk-pihak yang terlibat antara lain: Teman-teman Calon Guru Penggerak, Fasilitator, Pengajar Praktik, Instruktur, Kepala sekolah, Rekan sejawat di sekolah, para peserta didik SMP PGRI 01 Batu.
WHERE (Dimanakah Pelaksanaannya)
Pelaksanaan kegiatan pendidikan guru penggerak modul 3.2 dilaksanakan secara DaRing melalui LMS (Learning Management System) guru penggerak dalam SIM PKB masing-masing Calon Guru Penggerak. Melalui sistem pembelajaran yang terstruktur dan waktu yang terjadwal secara sistem dan jika ada hal tertentu akan dilakukan kesepakatan melalui diskusi untuk mencapai kesepakatan bersama, maka segala tugas dan kewajiban harus diselesaikan sesuai waktunya. Sangat diharapkan agar segala tugas dan kewajiban yang ada bisa terpenuhi sebelum saat Due Date yang ditetapkan.
WHEN (Kapan Pelaksanaannya)
Kegiatan pembelajaram modul 3.2 (Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya), sudah dan sedang dilaksanakn dengan baik dan lancar dengan mengikuti alur MERDEKA sesuai rincian jadwal yang ada sampai pada batas Due Date yang telah disepakati dan ditetapkan.
Mulai Dari Diri dilaksanakan pada 16 Februari 2023
Eksplorasi Konsep Mandiri dilaksanakan pada 16 Februari 2023
Eksplorasi Konsep-Forum Diskusi terjadwal pada 16 Februari 2023.
Ruang Kolaborasi-Diskusi pada 16 Februari 2023
Ruang Kolaborasi Presentasi dilaksanakan pada 17 Februari 2023.
Demonstrasi Kontekstual dilaksanakan 18 Februari 2023
Elaborasi Pemahaman dijadwalkan (Due Date) 24 Februari 2023
Koneksi Antar Materi (Due Date) 27 Februari 2023.
Aksi Nyata (Due Date) 27 Februari 2023.
Masing-masing tahap alur pembelajaran memiliki tenggat waktu yang berbeda. Calon Guru Penggerak dituntut untuk mengatur waktu sebaik mungkin, sehingga kegiatan Calon Guru Penggerak dapat berjalan lancar, tanpa harus mengabaikan pelaksanaan tugas pokok di sekolah masing-masing Calon Guru Penggerak. Selanjutnya kegiatan Pendampingan Individu dan pelaksanaan Lokakarya dilaksanakan sesuai jadwal yang disepakati bersama Calon Guru Penggerak dan para Pengajar Praktik.
WHY (Mengapa Dilaksanakan)
Pelaksanaan kegiatan Pembelajaran modul 3.2 berlandaskan pada beberapa harapan pencapaian tujuan yakni:
Tujuan Umum/ Capaian Umum yakni Calon Guru Penggerak mampu:
Mengidentifikasi dan mendapatkan sumber daya dari berbagai sumber yang sah untuk menjalankan program sekolah.
Menggunakan sumber daya sekolah secara efektif untuk meningkatkan kualitas belajar.
Tujuan Khusus/Capaian Khusus yakni Calon Guru Penggerak mampu:
Menganalisis asset dan kekuatan dalam pengelolaan potensi sumber daya yang efektif dan efisien.
Merancang pemetaan potensi yang masing-masing sekolah miliki dengan menggunakan pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (Asset-Based-Community Development)
Menunjukkan sikap aktif, terbuka, kritis dan kreatif dalam upaya pengelolaan sumber daya.
HOW (Bagaimana Pelaksanaannya)
Pembelajaran modul 3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya dilaksanakan secara online melalui LMS. Banyak hal-hal baru yang saya dapatkan dari modul 3.2 dan harus dipahami. Saya berusaha menyelesaikan setiap tugas dalam LMS dengan tepat waktu. Mulai Dari Diri dan Eksplorasi Konsep dilakukan secara mandiri, dengan menjawab pertanyaan yang ada dalam LMS atau mengungkapkan pendapat setelah membaca materi dan saling berkomentar dengan Calon Guru Penggerak lain. Ruang Kolaborasi terbagi dalam empat kelompok dengan tugas utama mengidentifikasi 7 aset atau modal utama di sekolah masing-masing anggota kelompok dan pemanfaatannya. Hasil identifikasi / pemetaan diperesentasikan dalam bentuk poster, tabel, mind map, PPT dan bentuk lainnya.
Hal-hal baru dan pengalaman tertentu yang saya peroleh:
Saya mendapat banyak hal baru yang dapat menunjang pemberdayaan pelayanan pembelajaran di sekolah yakni:
Sekolah sebagai ekosistem
Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset/ Pendekatan Berbasis Aset/ Kekuatan.
Tujuh asset/ modal utama komunitas.
Rencana yang ingin saya lakukan di masa mendatang antara lain:
Menganalisis aset/modal dan kekuatan dalam pengelolaan sumber daya yang efektif dan efisien.
Merancang pemetaan potensi yang dimiliki sekolah saya menggunakan Pendekatan Berbasis Aset.
Selalu menunjukkan sikap aktif, kritis, terbuka dan kreatif dalam upaya pengelolaan sumber daya untuk mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada murid.
Nilai baru yang menjadi kekuatan saya untuk berkolaborasi dengan ekosistem yang ada di sekolah adalah memiliki visi yang baik untuk mengidentifikasi dan memetakan potensi-potensi kekuatan yang ada dengan memanfaatkan modal manusia, sosial, politik, agama dan budaya, fisik, lingkungan/ alam, maupun finansial melalaui pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (Asset-Based-Community Development). Kerjasama dan dukungan yang baik dari semua unsur ekosistem yang ada menjadi sangat penting karena dengan keutuhan kolaborasi dan ritme gerak yang sama serta semangat yang selaras maka aset atau modal yang ada dapat teridentifikasi dan terkelola dengan baik untuk pengembangan pelayanan kebutujan murid secara berkelanjutan.
Semoga semangat yang berkobar ini menyemarakkan semangat komunitas belajar di ekosistem sekolah demi kemajuan bersama, secara khusus demi para murid tercinta. Akhirnya segala niat baik haruslah tetap dikuatkan ikhtiarnya untuk dilaksanakan. Hanya orang yang berani mengambil resikolah yang akan berani mencoba mengambil keputusan. Tanpa keberanian tersebut maka tidak pernah akan ada suatu keputusan, dalam hal ini harus berani menjadi pemimpin yang mampu mengelola sumber daya yang ada dengan metode pendekatan ABCD (Asset-Based-Community Development).
Salam dan Bahagia
REFLEKSI 10
"Perubahan tidak dapat dimulai dari atas. Semuanya berawal dan berakhir dari guru. Jangan menunggu aba-aba, jangan menunggu perintah. Ambillah langkah pertama." (Nadiem Makarim)
Di penghujung pelaksanaan pembelajaran kolaboratif Program Guru Penggerak ini, perasaan tentang pentingnya peningkatan kompetensi seorang guru menjadi semakin tinggi. Betapa tidak, semua tahap pembelajaran yang telah dilewati semakin mengukuhkan harapan untuk berkompeten dalam menumbuhkembangkan pemberdayaan potensi diri baik bagi pendidik maupun bagi murid. Seiring berjalannya waktu, tema-tema dan topik-topik pembelajaranpun semakin mengerucut untuk sampai ke titik pemberdayaan potensi masing-masing individu. Tema kali inipun berhubungan erat dengan kegiatan “Penyusunan Program yang Berdampak pada Murid”. Sebuah tema yang secara langsung mempelajari dan memberikan pengalaman nyata bagi setiap calon guru penggerak untuk menemukan dan memberdayakan daya upaya efektif untuk merencanakan dan melaksanakan suatu program yang memberikan dampak positif bagi murid. Kreasi dan inisiasi menjadi tuntutan utama dalam pemberdayaan aspek-aspke pokok dan utama untuk memenuhi ketercapaian kebutuhan belajar murid. Dengan landasan filosofi bahwa ketercapaian program ini harus menyentuh aspek profil pelajar Pancasila, maka hendaknya gagasan programnya harus direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi dengan sungguh agar semua komponen komunitas di sekolah dapat menjadi pelopor lahirnya semangat kepemimpinan murid yang baik dan berpengharapan. Dengan demikian akan terciptalah suatu budaya baru yang sungguh-sungguh menempatkan murid dalam pusaran utama pemenuhan kebutuhannya mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasinya. Mengapa hal ini bisa terjadi? Jawabannya adalah karena suara murid didengarkan, pilihan murid dihiraukan, dan jiwa kepemilikan para murid diakui. Dengan memberdayakan voice, choice, dan ownership, sebenarnya secara hakiki, para pendidik telah menanamkan sejak dini pemberdayaan penemuan potensi diri para murid. Mereka akan terlibat langsung dalam merancang suatu kegiatan karena mereka turut menyampaikan ide atau gagasannya. Mereka juga terlibat dalam memilih alternatif-alternatif yang menjadi pemenuhan kebutuhan utama pembelajarannya. Mereka juga menjadi penganggungjawab utama pelaksanaan program tersebut, karena mereka yakin dengan tanggungjawab yang mereka miliki. Dengan kesadaran dari mereka, pleh mereka , dan untuk mereka, segala program yang ada akan dijalankan dengan optimal. Dalam pembelajaran ini, sesungguhnya pemberdayaan voice, choice, dan ownership inilah yang akan menjadi kekuatan untuk terus maju melaksanakan setiap program yang telah direncanakan, dilaksanakan, dan direfleksikan. Secara terperinci tahap refleksi dwi mingguan ini akan diuraikan dealam pola refleksi 4F yakni berkaitan dengan Fact: Peristiwa, Feelings: Perasaan, Findings: Pembelajaran, Future: Penerapan. Jurnal refleksi minggu ini menggunakan model 1 yang dikembangkan oleh Dr. Roger Greenaway.
FACT: Peristiwa
Secara faktual pembelajaran pada kesempatan ini menekankan pada kemampuan menginisiasi suatu kegiatan atau program yang memberdayakan suara murid, pilihan murid, dan kepemilikan murid. Diharapkan program yang dibuat tersebut dapat berdampak langsung bagi murid untuk mewujudkan jiwa kepemimpinan yang dapat diterapkan secara kontekstual dalam kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, maupun ekstrakurikuler. Tema terakhir ini menjadi tema yang mendorong pemberdayaan potensi individu dalam menemukan kekuatan-kekuatan yang dimiliki suatu komunitas untuk mencapai kemampuan tertinggi dalam menciptakan peluang keberpihakan terhadap kebutuhan murid.
FEELINGS: Perasaan
Dalam aspek perasaan, secara umum suasana kebahagiaan dan rasa syukur senantiasa menjadi bagian dari jati diriku. Semuanya kembali berpulang pada pemahaman bahwa biarlah beban hari ini ditanggung cukup untuk sehari ini, karena besok akan ada bagian tanggungannya sendiri. Maka rasa senang dan bahagia dalam mengikuti kegiatan program guru penggerak ini, menjadi semakin besar karena menjelang penghujung kegiatan ini, bobot dan kualitas pembelajarannya menjadi semakin memadai dan intens. Hal ini pulalah yang turut menjadi aspek penting dalam evaluasi diri saya sendiri. Bahwa pada akhirnya ketika sampai pada tahap refleksi ini, saya menjadi semakin mampu memaknai kegiatan ini sebagai kegiatan sarat makna, karena membuat saya mengetahui banyak hal dalam upaya peningkatan kualitas diri dalam pelayanan kepada para peserta didik. Dengan semangat keberpihakan pada murid, maka saya juga sangat optimis bahwa hal ini dapat menjadi titik balik untuk menghantar murid kita menuju gerbang kesuksesan dirinya dan cita-citanya yang dirindukan. Diharapkan pula, dengan rancangan program yang kita terapkan, keterlibatan mereka dapat menjadi kesempatan istimewa bagi mereka untuk menempa diri dan mengasah jiwa menuju pribadi yang sukses di kemudian hari nanti.
FINDINGS: Pembelajaran
Ternyata keberpihakan kita yang besar dan tulus terhadap para murid dapat membangkitkan semangat mereka untuk terus dapat maju menuju gerbang kesuksesannya. Sebelum mempelajari materi ini, seringkali dijumpai bahwa para guru kurang mengupayakan pemberdayaan kesempatan bagi para murid untuk memanfaatkan potensi suaranya, menentukan pilihannya, dan menunjukkan semangat kepemimpinannya. Jika demikian maka tentu saja kita sudah mengabaikan potensi perkembangannya. Di sini, sangat diharapkan peran kita untuk menempatkan pribadi para murid sebagai sentral perubahan. Kita juga dapat berperan sebagai pendamping pengembangan potensi perubahan untuk mencapai jiwa kepemimpinan yang baik. Oleh karena itu, kita perlu membuka ruang terbuka untuk para murid untuk mempraktikkan kemampuan-kemampuan mereka terutama dalam kesempatan untuk mengambil keputusan atas gagasan yang meeka cetus atau prakarsai. Dalam kesempatan ini, hubungan kesetaraan guru dan murid akan bersifat sebagai mitra yang setara. Tanggungjawab yang diemban adalah merupakan tugas bersama, bukan tugas sepihak baik dari guru maupun dari pihak murid. Dengan kesetaraan ini maka para murid akan belajar menetapkan tujuan yang akan dicapai, terlibat dalam proses pelaksanaannya, meningkatkan tanggungjawabnya, menumbuhkan rasa ingin tahunya, melatih semangat berinisiasi, mengasah kemampuan melakukan pilihan, juga belajar menunjukkan praktik atas minat dominan yang dimilikinya. Di lain pihak, para guru akan belajar menghargai kemampuan murid, belajar mendiring murid untuk terus berupaya optimal dalam pengembangan karakteristiknya, menawarkan dan memberikan kesempatan pada para murid untuk menunjukkan kreativitasnya.
FUTURE: Penerapan
Rencana selanjutnya adalah merancang suatu program bermakna yang melibatkan unsur-unsur dalam komunitas belajar di sekolah. Rencana yang akan dilaksanakan tersebut berkaitan erat dengan kegiatan untuk mengakomodasi suara, pilihan dan kepemimpinan para murid. Dengan perencanaan terancang baik maka sangat diharapkan komunitas yang ada dapat menggalang suatu kegiatan aktif, kreatif, mandiri yang menunjukkan keberpihakan kepada murid. Sehingga para murid dapat mengalami dunia yang dikehendaki dengan segala tahap pemenuhan karakter dalam diri para murid. Dengan pengalaman belajar di program guru penggerak ini, cara pandang saya tentang gaya kepemimpinan menjadi semakin membumi dalam diri murid, sehingga mereka benar-benar merasakan aspek ownershipnya.
Berdasarkan pernyataan Menteri Pendidikan Nasional - Nadiem Makarim-di prakata awal refleksi dwi mingguan ini, maka Pengelolaan Program yang Berdampak Positif pada Murid, sebaiknya berawal dan dimulai dari satuan pendidikan di mana saya bekerja, yaitu dengan merancang dan mengelola program -program sekolah baik intrakurikuler, kokurikuler maupun ekstrakurikuler dengan melibatkan segenap komponen komunitas sekolah (kepala sekolah, guru, murid, wali murid, paguyuban kelas, komite, dan masyarakat). Karena sungguh disadari bahwa rancangan dan pengelolaan program ini akan bermuara pada kebutuhan murid dengan semangat utama dari murid, oleh murid, dan untuk murid.
Terima Kasih. Guru bergerak, Indonesia maju
REFLEKSI 11
PENDAMPINGAN INDIVIDU DAN MAKNA DAYA LENTINGNYA
Dalam pelaksanaan pendidikan dan pelatihan di program Guru Penggerak, Pendampingan Individu merupakan bagian tak terpisahkan dari keutuhan pelaksanaan kegiatan Guru Penggerak. Konsep atau perspektif pribadi tentang pendampingan individu menjadi tanda tanya besar yang berkecamuk dalam diri saya. Ada banyak pertanyaan yang muncul menggelayuti pikiran yang ada. Pendampingan individu dibayangkan sebagai suatu kegiatan supervisi yang dilakukan oleh pengajar praktik terhadap kegiatan pembelajaran yang saya lakukan. Karena Pengajar Praktik yang akan bertanggungjawab terhadap saya, belum saya kenal maka muncul situasi yang memantik konflik batin. Ada kekuatiran, ada keragu-raguan, dan ada ketidakpercayaan terhadap diri saya sendiri. Pertanyaan utamanya adalah sanggupkan saya memenuhi ekspektasi Pendamping Praktik dengan seperangkat rubrik standar penilaian yang mungkin saja di luar perhitungan saya. Tetapi semuanya berpaling lagi pada pepatah yang mengatakan, “Pengalaman adalah Guru Terbaik”. Semua keragu-raguan itu menjadi sirna karena Pendampingan Individu benar-benar membuat saya tersadarkan tentang pentingnya kesempatan ini untuk dialami dan direfleksikan. Karena berkat pendampingan individu bersama Bu Anita Eka Putri, saya semakin memahami dan dikuatkan untuk terus melaksanakan aktivitas pembelajaran melalui LMS dan menyelesaikan semua tugas yang ada. Selain hal tersebutkan di atas, saya juga menjadi semakin dikuatkan perihal hal-hal apa saja yang telah saya lakukan dan akan saya selesaikan. Saya benar-benar mendapatkan reinforcement yang sangat bermakna dan bernilai, sehingga sayapun semakin yakin dengan diri saya sendiri. Saya juga akhirnya menjadi yakin dengan pencapaian yang telah saya peroleh selama ini.
Pendampingan individu I, benar-benar menjadi tonggak daya lenting istimewa bagi saya. Selanjutnya banyak hal lainnya yang membuat saya semakin dikuatkan untuk terus belajar menjadi lebih paham dan lebih berkembang tentang materi-materi selanjutnya. Nilai yang bisa diperoleh tentang pentingnya pendampingan individu adalah bahwa dengan pendampingan individu yang baik dan konstan maka alur pembelajaran yang dilaksanakan menjadi semakin terarah sesuai panduan yang diharapkan. Dengan pendampingan individu, para calon guru penggerak akan dapat memiliki keyakinan diri tinggi untuk mengambil keputusan yang tepat terhadap pilihan-pilihan yang ada. Mana yang bisa dijadikan nilai pembelajaran lanjutan dalam hidup sebagai guru yang menjadi pemimpin pembelajaran adalah sebagai guru, sang pemimpin pembelajaran harus terus menerus melakukan pendampingan yang baik dan efektif terhadap setiap murid yang dipercayakan pelayanan pendidikannya kepada kita. Pendampingan terhadap aspek pengetahuan dan keterampilan menjadi tanggungjawab penting dan uatama yang harus kita penuhi bagi mereka. Tanggungjawab pengembangan karakter dan kepribadian para murid juga mejadi aspek utama yang harus kita berdayakan.
Sangat diharapkan agar semangat “Ing Ngarso Sung Tulodo (seorang pemimpin pembelajaran, guru harus mampu memberikan suri tauladan). Ing Madyo Mbangun Karso, (seorang pemimpinpembelajaran, guru di tengah kesibukannya harus juga mampu membangkitkan atau menggugah semangat). Tut Wuri Handayani, (seorang pemimpin pembelajaran, guru harus memberikan dorongan moral dan semangat kerja dari belakang). Dengan demikian maka cita-cita setiap murid untuk mencapai kebahagiaan setinggi-tingginya bagi dirinya sendiri dan sebagai anggota masyarakat dapat diwujudnyatakan dalam kehidupan sehari-hari. Gurupun, akhirnya bisa menjadi pribadi yang bisa mempraktikkan nilai dan perannya yang sangat berharga bagi murid untuk bertumbuh dan berkembang sempurna sebagai generasi penerus bangsa Indonesia tercinta ini
REFLEKSI 12
LOKAKARYA DAN PELUANG BELAJAR MENGENAL DIRI
"Teknologi adalah tools, hanya suatu alat. Bukan segalanya. Kualitas pembelajaran dalam kelas, interaksi antara guru dan murid itu esensinya." (Nadiem Makarim)
“Semakin orang lain memahami kamu dan semakin kamu terbuka pada orang lain, maka, hubungan yang terjalin akan semakin baik dan kepercayaan terhadap orang lain akan meningkat”. (Intisari Teori Johari Window: Joseph Luft dan Harry Ingham, 1955).
Latar Belakang
Lokakarya dan peluang belajar mengenal diri merupakan tinjauan utama yang melatarbelakangi penulisan jurnal refleksi ini. Dengan berlokakarya, kesempatan untuk mengenal diri menjadi semakin lebih besar. Dengan mengenal diri secara baik, kesempatan untuk meningkatkan kapasitas diri menuju jenjang profesionalitas tinggi semakin terbuka lebar. Dapat pula dikatakan bahwa lokakarya guru penggerak yang diadakan beberapa kali merupakan upaya nyata untuk memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada para calon guru penggerak untuk mengenal dirinya sendiri. Mas Menteri Nadiem Makarim pernah mengatakan "Teknologi adalah tools, hanya suatu alat. Bukan segalanya. Kualitas pembelajaran dalam kelas, interaksi antara guru dan murid itu esensinya."
Sedangkan dalam teori yang terkenal tentang kepribadian dan pengenalan diri Joseph Luft dan Harry Ingham, 1955 mengatakan bahwa:” “Semakin orang lain memahami kamu dan semakin kamu terbuka pada orang lain, maka, hubungan yang terjalin akan semakin baik dan kepercayaan terhadap orang lain akan meningkat”.
Merujuk pada apa yang dikatakan oleh Mas Menteri Nadiem Makarim, maka dapat dilihat bahwa kesempatan berlokakarya merupakan kesempatan sempurna untuk melengkapi dan merefleksikan segala daya upaya pemahaman dan pembelajaran yang telah dilakukan melalui LMS, dan dikolaborasikan dalam praktik nyata di ruang kelas bersama teman-teman CGP lainnya. Dengan demikian maka kualitas pembelajaran yang diperolah dalam kegiatan lokakarya akan memberikan warna berbeda dan cita rasa yang lebih nyata tentang bagaimana sebenarnya memahami dan menerapkan setiap makna pembelajaran yang telah dilakukan sebelumnya melalui media LMS. Esensi dasar yang diperoleh adalah adanya interaksi antara guru dan murid, dalam hal ini terjadi antara para pendamping praktik dan para calon guru penggerak.
Sementara itu, berdasarkan konsep Jauhari Window, dapat dipastikan bahwa kesempatan berkolaborasi dalam kegiatan lokakarya merupakan kesempatan dan peluang bagi setiap calon guru penggerak untuk saling memahami dan terbuka satu sama laing dalam mengeksplorasi kompetensi yang dimiliki setiap individu dan menyelaraskannya dengan konsep bersama yang telah disepakati. Dengan demikian hubungan interaksi akan terjalin semakin baik dan nilai rasa kepercayaan satu terhadap yang lainnya akan semakin tinggi dan berkualitas baik. Konsep Jauhari Window ini membuka peluang setiap individu guru penggerak untuk berani berpendapat dan berlatih menengarkan pendapat para rekan calon guru penggerak lainnya. Menyadari pentingnya lokakarya, maka kemampuan berinteraksi dalam kegiatan kolaboratif di kelas menjadi sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan pemahaman teoretis modul-modul pembelajaran yang telah tersusun, berdampak juga terhadap kemampuan penanaman karakter baik yang harus dimiliki oleh masing-masing individu sebagai pembelajar tak ada batas waktu dalam kerangka gerakan perubahan menuju Indonesi maju.
Deskripsi Lokakarya
Setelah menjalani beberapa kali kegiatan Lokakarya, maka semakin besar saya merasakan manfaat atas terlaksananya kegiatan ini. Dengan situasi yang menghadirkan pembelajaran aktif dan kreatif terkini oleh para pengajar praktik, maka banyak manfaat yang telah saya terima, diantaranya:
ü Bisa memilih dan mengadaptasi model-model pembelajaran yang terpusat pada peserta didik.
ü Belajar untuk memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk mengeksplori kemampuannya baik akademik maupun non akademik denga memperhatikan fungsi kontrol budi pekerti dan kebudayaan yang dilaksanakan berdasarkan kesepakatan bersama di awal pembelajaran, sehingga para peserta lokakarya dapat semakin percaya diri dan memiliki kebebasan terukur dalam berpendapat dan mengekplorasi diri.
ü Belajar mengenal dan menyesuaikan pembelajaran dengan zamannya, di mana saat ini disebut dengan zaman milenial maka dalam pembelajaran harus melibatkan teknologi sebagai media pembelajaran maupun sebagai sumber pengetahuan.
ü Belajar membimbing, mengarahkan, dan mengayomi diri untuk mengembangkan minat dan kemampuan sebagai seorang calon guru penggerak agar pada saatnya nanti menjadi seorang guru penggerak yang berkompetensi tinggi.
Hasil yang Dicapai setelah Mengikuti Lokakarya
Kegiatan lokakarya yang dilaksanakan secara konstruktif dan sangat bermakna telah menghadirkan semangat kebersamaan dalam alur gerak berpikir yang seirama bagi setiap calon guru penggerak. Dengan kegiatan lokakarya, para calon guru penggerak benar-benar mendapat reinforcement untuk terus berkreasi dan berinovasi demi kemajuan pendidikan Indonesia, sekaligus demi pengembangan setinggi-tingginya potensi para murid untuk mencapai kebahagiaan sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat. Dengan kegiatan kolaborasi aktif setiap individu calon guru penggerak dan para pengajar praktik yang luar biasa, kami para calon guru penggerak terus dilatih dan dibimbing untuk mempersiapkan diri menjadi pemimpin pembelajaran yang baik dan berkualitas. Sintaks pembelajaran yang dipilih dan dilakukan memberikan pesan bermakna dan mendalam bagi para calon guru penggerak untuk selanjutnya menerapkannya dalam praktik nyata pembelajaran sebagai sorang pemimpin yang bijak dalam mendorong tereksplorasinya segala bakat dan potensi diri murid.
Nilai Reflektif yang Diperoleh Dari Pelaksanaan Lokakarya
Kegiatan lokakarya merupakan bentuk nyata tindakan reflektif terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan secara masif dan terstruktur dalam media LMS. Dengan berlokakarya, para calon guru penggerak dapat menyamakan visi dan misi pembelajaran dalam setiap modul yang telah dipelajari sebelumnya. Dengan demikian, diharapkan agar kegiatan lokakarya menjadi kesempatan berkalibrasi terhadap segala konsep yang ada untuk mencetak dan memandirikan para calon guru penggerak sebagai guru penggerak, sang pemimpin pembelajaran yang mampu menerapkan nilai dan perannya secara benar dalam menemukenali bakat dan potensi murid menuju tercapainya murid yang berprofil pelajar Pancasila.
Guru Tergerak, Bergerak, dan Menggerakan,
Murid Berprofil Pelajar Pancasila,
INDONESIA MAJU
REFLEKSI 13
ELABORASI PEMAHAMAN DAN REFLEKSI KOLABORASI BERMAKNA
"Be fearless, walau ada rintangan, kita pasti bisa melewati itu semua apapun hambatannya." (Nadiem Makarim)
"Kolaborasi memungkinkan kita untuk mengetahui lebih banyak daripada yang mampu kita ketahui sendiri." (Paul Solarz is a teacher at Westgate Elementary School in Arlington Heights, Illinois, since 1999. He advocates for student-centered teaching practices and a focus on 21st Century skills attainment.).
Model refleksi yang digunakan saat ini adalah Model Driscoll. Model ini diadaptasi dari refleksi yang digunakan pada praktik klinis (Driscoll & Teh, 2001). Model ini juga dikenal dengan Model “What?”
WHAT
Elaborasi Pemahaman Dan Refleksi Kolaborasi Bermakna, merupakan kalimat topik dan kunci pembahasan yang akan dilakukan pada kesempatan refleksi saat ini. Hal ini dipandang penting karena elaborasi pemahaman merupakan bagian penting dalam sintaks pembelajaran pada setiap modul yang dilalui. Dengan adanya elaborasi pemahaman maka kesempatan untuk berkolaborasi bersama para instruktur yang menguasai tema utama topik yang dibahas menjadi sangat bermakna bagi setiap individu calon guru penggerak. Sebagaimana yang telah dikemukanan oleh Mas Menteri Nadiem Makarim, "Be fearless, walau ada rintangan, kita pasti bisa melewati itu semua apapun hambatannya", maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam kebersamaan dan kolaborasi bermakna, segala ketakutan dan kekuatiran akan terhalau oleh karena kebersamaan bermakna yang menguatkan. Di lain pihak, Paul Solarz seorang guru di Westgate Elementary School in Arlington Heights, Illinois, since 1999, mengatakan bahwa "Kolaborasi memungkinkan kita untuk mengetahui lebih banyak daripada yang mampu kita ketahui sendiri." Apa yang dikatakan Paul Solarz memberikan garansi akurat bahwa dengan berkolaborasi kita akan mengetahui lebih banyak daripada apa yang mampu kita ketahui sendiri. Maka menjadi sangat bersemangat bagi diri saya sendiri ketika tiba saatnya bagi saya untuk memasuki ruang Elaborasi Pemahaman, karena di dalam ruang elaborasai tersebut, saya bisa menggali banyak informasi dari praktik-praktik baik yang dilakukan dan dialami sesama calon guru penggerak atau oleh sang Instruktur itu sendiri.
SO WHAT
Setelah menjalani beberapakali kegiatan Elaborasi Pemahaman, maka semakin sadarlah saya akan pentingnya kebersamaan bermakna dalam melakukan suatu perencanaan kegiatan. Dan juga semakin pentingya untuk dilaksanakan suatu kegiatan yang memiliki kesempatan bagi para pesertanya untuk berbagi dalam keberagaman pendapat danpengalaman untuk dikalibrasi dan diteguhkan bersama menjadi suatu hasil final yang disepakati. Tentu saja hasil kesepakatan tersebut merupakan langkah awal bagi pembaharuan arah gerakan bersama untuk mewujudkan rancangan tujuan yang dicita-citakan. Dengan mendasarkan pada pentingnya kegiatan Elaborasi Pemahaman, maka tahap pelaksanaan kegiatan ini selalu memberikan pesan bermakna bagi saya dalam memperkuat keyakinan tentang nilai-nilai kebenaran dalam setiap konsep pembelajaran yang saya pelajari dan saya praktikkan secara nyata pada setiap karya pelayanan saya. Dengan adanya Elaborasi Pemahaman, sayapun menjadi tercerahkan untuk terus berlangkah yakin menuju pembaharuan diri dalam aspek konsep dan praktik yang berkekuatan tetap dan mandiri untuk berkepribadian pendidik yang baik, sebagai sang pemimpin pembelajaran yang bisa berpikir jernih dan bertindak bijak serta selalu menaruh perhatian besar dan keberpihakan tinggi bagi setiap murid yang ada.
NOW WHAT
Kegiatan-kegiatan Elaborasi Pemahaman saat ini menjadi bagian tak terpisahkan dalam sintaks pembelajaran kami, para calon guru penggerak. Dengan demikian menjadi biasa dan terkonstruksi baik bahwa kegiatan elaborasi pemahaman merupakan hal penting tak terpisahkan untuk membuat kami para calon guru penggerak mampu bergerak maju menuju pribadi pendidik yang baik dan berakhlak mulia. Dengan mengalami secara nyata kegiatan Elaborasi Pemahaman, maka secara nyata pula kami para calon guru penggerak, belajar untuk menjadi pendidik yang mampu mengelaborasikan diri kami dalam semangat keberpihakan perhatian, diri, dan kebijakan terhadap pemberdayaan potensi diri para murid untuk selanjutnya mengantar para murid mencapai kebahagiaan setinggi-tingginya baginya sebagai diri sendiri dan sebagai anggota masyarakat. Diharapkan pula kegiatan elaborasi pemahaman, akan sanggup mewujudkan jiwa-jiwa pembelajar sepanjang hayat bagi pembentukan karakter murid yang berprofil Pelajar Pancasila.
Guru Tergerak, Bergerak, dan Menggerakan,
Murid Berprofil Pelajar Pancasila,
INDONESIA MAJU
REFLEKSI 14
PROGRAM GURU PENGGERAK DAN KEBERMAKNAAN REFLEKSINYA
“Momentum adalah hal yang tidak kekal, selalu naik dan turun. Jika kamu tidak menangkap momentum itu di saat terbaiknya, kamu akan kehilangannya.” (Nadiem Makarim)
"Kesadaran diri memberimu kemampuan untuk belajar dari kesalahan serta kesuksesanmu." - Lawrence Bossidy (Lawrence Arthur "Larry" Bossidy (born March 5, 1935) is an American author and retired businessman. He served as CEO of AlliedSignal (later Honeywell) in the 1990s, prior to which he spent more than 30 years rising through executive positions at General Electric.).
Model refleksi yang digunakan saat ini adalah Model Driscoll. Model ini diadaptasi dari refleksi yang digunakan pada praktik klinis (Driscoll & Teh, 2001). Model ini dikenal dengan Model “What?”
WHAT
Refleksi adalah suatu kegiatan tak terpisahkan dari pengalaman nyata yang dialami untuk selanjutnya menjadi bagian hidup yang kita jalani. Refleksi adalah suatu kegiatan sarat makna untuk mengantar kita melakukan flashback atas apa yang telah terjadi. Program guru penggerak telah melahirkan gagasan besar untuk memberikan kesempatan kepada setiap pihak yang terlibat di dalamnya, melakukan kegiatan reflektif. Dengan demikian akan ada banyak pribadi yang bisa bercermin tentang apa, mengapa, bagaimana, bilamana, serta bagaimana setiap pribadi menghiasi hidupnya dengan pengalaman-pengamalan yang akan memberikan makna bagi hidupnya sendiri. Dalam konteks belajar, dengan melakukan refleksi maka setiap individu pembelajar akan mempersiapkan dirinya bercermin terhadap rencana yang dirancang, proses yang dilakukan, dan target atau pencapaian yang diraih. "Kesadaran diri memberimu kemampuan untuk belajar dari kesalahan serta kesuksesanmu." Demikian pendapat yang menekankan pentingnya refleksi untuk menjadikan setiap pribadi mengalami kesadarn diri yang pada akhirnya memberikan kesempatan untuk mampu belajar dari kesalahan yang dilakukan maupun kesuksesan yang diraih. Selain itu, “Momentum adalah hal yang tidak kekal, selalu naik dan turun. Jika kamu tidak menangkap momentum itu di saat terbaiknya, kamu akan kehilangannya.” Dengan demikian ketika kita berefleksi, kita akan memiliki momentum untuk sadar diri bahwa waktu terbaik bagi kita untuk meraih kesuksesan tidak selalu kita miliki. Maka setiap waktu akan menjadi sangat berharga bagi kita dalam upaya menjadi pribadi sempurna dalam mewujudkan apa yang kita cita-citakan.
SO WHAT
Setelah melakukan refleksi selama beberapa kali, maka semakin penting pula disadari bahwa refleksi merupakan suatu kegiatan tak terpisahkan bagi setiap pembelajar, terutama guru sebagai pemimpin pembelajaran, untuk menjadikan kegiatan refleksi sebagai bagian tak terpisahkan dalam seintaks pembelajaran yang dilakukan dalam kolaborasi bermakna bersama para muridnya. Dengan berefleksi para guru sebagai pemimpin pembelajaran diajak untuk melihat pencapaian yang telah diraih dan kembali merancang perbaikan jika terdapat kemungkinan hal yang tidak sesuai harapan, dan meningkatkan upaya kontribusi lebih tinggi terhadap pencapaian-pencapaian yang telah diraih.
NOW WHAT
Dengan melakukan kegiatan refleksi, kebermaknaan nilainya telah menjadi bagian tak terpisahkan dalam diriku untuk terus berupaya menjadi karakter tak terpisahkan jika kelak nanti menjadi seorang guru penggerak. Hal baik ini selanjutnya akan menjadi upaya gerakan bersama para rekan guru lainnya untuk mengoptimalisasi manfaat besar yang diperoleh jika kegiatan berefleksi tentang segala perencanaan yang sudah dirancang dan program yang telah dilaksanakan selalu diawali dan diakhiri dengan kegiatan-kegiatan reflektif yang bermakna. Dengan demikian maka akan ada pertanggungjawaban moral terhadap kegagalan maupun kesuksesan yang telah dialami. Karena dengan kegiatan refleksi, kegagalan akan dipahami dan disadari sebagai suatu keberhasilan yang tertunda saja. Dengan melakukan refleksi maka kegagalan tersebut akan berbuah keberhasilan, dan selanjutnya keberhasilan yang telah diraih akan menjadi aset berharga kapasitas modal bagi diri sendiri dan sesama yang kita layani, terutama terhadap para murid yang sedang berjuang mencapai pemberdayaan potensi dirinya.
Salam dan Bahagia
Murid Berprofil Pelajar Pancasila,
INDONESIA MAJU