Modul 1.4
Budaya Positif
Budaya Positif
RUANG KOLABORASI MODUL 1.4
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.4
KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 1.4
Tema utama modul 1.4 adalah: Keyakinan Kelas yang Berpihak pada Murid sebagai Perwujudan Budaya Positif di Sekolah. Merujuk pada konsep pendidikan yang disampaikan Bapak Ki Hajar Dewantara yakni: “Menuntun segala kodrat yang ada pada anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat”, maka dalam proses menuntun, anak perlu diberikan kebebasan dalam belajar serta berpikir, dituntun oleh para pendidik agar anak tidak kehilangan arah serta membahayakan dirinya. Hal ini pulalah yang menjadi tema besar Kebijakan Pendidikan Indonesia yaitu MERDEKA BELAJAR. Sebagaimana UU No 20 tahun 2003 Pasal 3 yang menyebutkan bahwa, “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”, maka “Merdeka Belajar” dan “Tujuan Pendidikan Nasional Indonesia” akhirnya melahirkan sebuah pedoman yang sangat dinanti-nanti untuk menjadi alur dan rel pembentukan karakteristik pembangunan pendidikan Indonesia yakni Profil Pelajar Pancasila. Suatu profil yang bertujuan memantapkan pembentukan watak dan peradaban bangsa, yang satu nilai pentingnya bisa bisa dilakukan di sekolah-sekolah atau lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia yakni dengan menerapkan budaya positif. Sekolah perlu menyediakan lingkungan yang positif, aman, nyaman agar murid murid mampu berpikir, bertindak, dan mencipta dengan merdeka, mandiri dan bertanggung jawab.
REFLEKSI MODUL 1.4
PENTINGNYA BUDAYA POSITIF, SEBUAH REFLEKSI SINGKAT MODUL 1.4
Pengantar
Tema utama modul 1.4 adalah Budaya Positif. Dalam pelaksanaannya ada berbagai macam cara dan jenis kegiatan untuk mewujudnyatakan budaya positif itu sendiri. Satu dari sekian banyak tindakan yang dapat dilakukan adalah membuat keyakinan kelas. Ya, sebuah keyakinan kelas yang berpihak pada murid tentu saja dapat disebut sebagai suatu langkah nyata atau aksi nyata perwujudan budaya positif di lingkungan kelas dan/atau di lingkungan sekolah.
Isi
Merujuk pada konsep pendidikan yang disampaikan Bapak Ki Hajar Dewantara yakni: “Menuntun segala kodrat yang ada pada anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat”, maka dalam proses menuntun, anak perlu diberikan kebebasan dalam belajar serta berpikir, dituntun oleh para pendidik agar anak tidak kehilangan arah serta membahayakan dirinya. Hal ini pulalah yang menjadi tema besar Kebijakan Pendidikan Indonesia yaitu MERDEKA BELAJAR. Sebagaimana UU No 20 tahun 2003 Pasal 3 yang menyebutkan bahwa, “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”, maka dalam platformnya “Merdeka Belajar” dan “Tujuan Pendidikan Nasional Indonesia” akhirnya melahirkan sebuah pedoman yang sangat dinanti-nanti untuk menjadi alur dan rel pembentukan karakteristik pembangunan pendidikan Indonesia yakni Profil Pelajar Pancasila. Suatu profil yang bertujuan memantapkan pembentukan watak dan peradaban bangsa, yang satu nilai pentingnya bisa bisa dilakukan di sekolah-sekolah atau lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia yakni dengan menerapkan budaya positif. Sekolah perlu menyediakan lingkungan yang positif, aman, nyaman agar murid murid mampu berpikir, bertindak, dan mencipta dengan merdeka, mandiri dan bertanggung jawab.
Langkah awal penerapan budaya positif, bisa dimulai dengan membuat keyakinan kelas. Dalam pelaksanaannya, keyakinan kelas ini harus melibatkan peserta didik, selain unsur-unsur utama lainnya yakni kepala sekolah, para guru dan stakeholder lainnya. Menurut Gossen (1998), “suatu keyakinan akan lebih memotivasi seseorang dari dalam atau memotivasi secara intrinsik. Seseorang akan lebih tergerak dan bersemangat untuk menjalankan keyakinannya, daripada hanya sekedar mengikuti serangkaian peraturan”. Dengan demikian maka keyakinan kelas yang dirancang secara bersama-sama merupakan kekuatan yang dapat menjadi penuntun dan pembimbing bertumbuhkembangnya karakteristik kepribadian siswa selama berada di lingkungan kelas atau lingkungan sekolah. Dan hal inipun akan menjadi pembiasaan diri yang dilakukan sehari-hari dan berkembang menjadi kebiasaan yang akhirnya membentuk karakter diri. Mengapa hal keyakinan kelas diyakini sebagai sesuatu yang penting? Karena keyakinan kelas dapat:
Menciptakan pembelajaran yang berpusat pada murid
Memunculkan keterlibatan murid dalam menentukan kelas yang diimpikan sehingga murid lebih bertanggung jawab akan keputusan yang mereka buat bersama-sama
Menumbuhkan komunikasi efektif antara murid dan guru
Melatih kemandirian murid dalam berpikir kritis dan peduli terhadap sesama
Langkah-langkah pembuatan keyakinan kelas adalah:
Berkoordinasi dengan kepala sekolah dan rekan-rekan guru
Melakukan sosialisasi kepada siswa tentang konsep keyakinan kelas
Bertanya kepada siswa tentang bentuk kelas impian mereka
Merumuskan bagaimana cara mewujudkan impian tersebut.
Kegiatan ini dilaksanakan di kelas dengan didahului tahap sosialisasi tentang konsep keyakinan kelas dan konsekuensinya. Dilakukan di kelas di mana masing-masing siswa menuliskan satu kata bernilai positif yang memberikan inspirasi dan harapan baginya. Kata tersebut lalu dicatat di papan tulis dan selanjutnya ditulis di kertas post it atau sticky note, dan ditempelkan di papan tulis.
Kata-kata itu selanjutnya dikelompokkan menjadi tiga bagian utama berdasarkan jenis dan diksinya, dan akan dirumuskan menjadi 3 kalimat aktif efektif sebagai keyakinan kelas. Diskusi dan perumusannya dilakukan secara terbuka pada semua gagasan yang dilontarkan agar suasana menjadi nyaman dan menyenangkan.
Penutup.
Kesimpulan yang dapat dijadikan kekuatan moral pelaksanaan pembentukan keyakinan kelas adalah: dengan adanya keyakinan kelas yang sudah dibuat dan disepakati bersama-sama, diharapkan siswa tidak lagi merasa terpaksa dan terancam dalam berbuat baik tentang nilai-nilai kebajikan yang sesuai nilai-nilai karakter dirinya sendiri maupun karakter lingkungannya. Sehingga diharapkan melalui keyakinan kelas yang sudah disepakati ini, terciptalah budaya positif baik di dalam lingkungan kelas maupun di lingkungan sekolah.
REFLEKSI DWI MINGGUAN
Sunday, 13 November 2022, 2:05 PM
Hari demi hari perjalanan pembelajaran di program CGP, semakin seru. Ada banyak hal baru yang ternyata selalu membuka cakrawala konsep dan wawasan yang memberi harapan. Pada edisi kali ini ada hal mencengangkan yang kembali menjadi pusat perhatian para pembelajar, yakni segenap peserta program Calon Guru Penggerak. Hal yang sudah biasa dilaksanakan namun mungkin saja kurang terbiasa direfleksikan sebagai potensi nilai unggul yang dapat dibanggakan dan menjadi andalan dalam setiap pergerakan atau usaha menuju kemajuan. Hal tersebut adalah Disiplin Positif. Dalam pembelajaran kali ini, terdapat benang merah keterkaitan nilai-nilai penting yang sangat bermakna bagi kami pembelajar di program Calon Guru Penggerak ini. Ada disiplin positif yang memuat nilai-nilai kebajikan universal. yang didalamnya memuat beragam unsur nilai yang dapat menjadi acuan bagi siapa saja yang ingin berubah dan meraih nilai-nilai hidup yang lebih bermakna dan berkualitas. Nilai-nilai tersebut terpapar jelas dan bisa menjadi acuan utama bagi kita untuk menjadi visi dan misi dalam menjalani hidup sebagai individu maupun sebagai kelompok yang memiliki ketrikatan peraturan atau nilai yang harus dipatuhi atau dipenuhi. Juga dipaparkan tentang teori-teori motivasi yang menjadikan kita terbimbing dan terpandu untuk memiliki kekuatan reflektif terhadap apa yang sudah kita laksanakan maupun yang sedang atau sudah kita laksanakan. Dalama teori motivasi itu juga dikaitkan dengan bentuk-bentuk apresiasi terhadap pelaksanaannya, antara lain berupa hukuman atau penghargaan atau restitusi. Dimana baik hukuman, penghargaan maupun restitusi memiliki keterkaitan implikasinya masing-masing sebagai suatu hubungan sebab akibat dari pelaksanaan atau penerimaan konsep yang dilaksanakan. Ada unsur penting lainnya yang tidak bisa dilupakan adalah konsep tentang keyakinan kelas. Keyakinan kelas ini merupakan hal penting yang dapat menjadi kekuatan dahsyat bagi setiap orang yang mampu merumuskan dan menyepakatinya. Karena dengan merumuskan suatu keyakinan bersama secara demokratis dan terbuka, maka apapun nulai-nilai atau pernyataan-pernyataan yang disepakati atau disimpulkan tersebut, tidak dapat dengan mudah dielakkan atau diabaikan. Hal ini dapat terjadi karena nilai-nilai atau pernyataan-pernyataan tersbut merupakan hasil kesepakatan bersama. Jika diabaikan ataupun dilanggar maka itu menunjukkan suatu tindalak inkonsisten yang tidak dapat ditolerir lagi. Maka keyakinan kelas bisa menjadi kekuatan intrinsik yang membangun setiap pribadi atau individu untuk secara sadar melaksanakan apapun yang telah disepakati. Hal ini juga memiliki keterkaitan erat dengan kebutuhan dasar manusia, dimanaa kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat dilaksanakan jika setiap individu dapat menempatkan dirinya sesuai dengan nilai dan peran dirinya sendiri. Sampai di sini, posisi kontrol guru maupun pelaksana keyakinan kelas masing-masing menjadi sangat penting untuk membangun kesadaran individu dan mengembangkan kesadaran pribadi dalam menghidupkan motivasi-motivasi yang lahir dari dorongan intrinsik atau dorongan dari dalam diri sendiri. Motivasi-motivasi intrinsik ini dalam penerapan segitiga restitusi, dapat dikaitkan sebagai kekuatan untuk menempatkan diri pada titik tertinggi yakni menempatkan diri sendiri untuk senantiasa menjadi pencetus solusi atau penjaga keseimbangan komunikasi karena berada pada posisi ideal yakni posisi tidak bertentangan dengan keyakinan diri dan kelompok yang telah disepakati. Dengan semua nilai yang telah dipelajari ini, timbullah keyakinan diri untuk menjalani hari-hari hidup ini dengan kekuatan yang semakin kokoh, berdiri tegak dengan pandangan baru yang melihat segala persoalan sebagai hal biasa yang bisa ditemukenali penyebabya dan dijalankan solusi terbaiknya. Semoga hal-hal positif ini mengantar diri saya dan semua orang yang berjuang bersama saya untuk senantiasa mampu berkata, Salam dan Bahagia.
Guru Tergerak, Guru Bergerak, Guru Menggerakkan.