Dalam proses pembelajaran dalam Program Guru Penggerak, kegiatan refleksi praktik pembelajaran diramu dalam siklus MERRDEKA yang merupakan akronim dari Mulai dari Diri, Eksplorasi Konsep, Ruang Kolaborasi, Refleksi Terbimbing, Demonstrasi Kontekstual, Elaborasi Pemahaman, Koneksi Antarmateri, dan Aksi Nyata. Dengan model pembelajaran ini, keinginan untuk bebas menjadi pembelajar sepanjang hayat dapat terwujud dengan baik.
Pengantar Modul
Wednesday, 8 March 2023, 9:58 PM
"Perubahan tidak dapat dimulai dari atas. Semuanya berawal dan berakhir dari guru. Jangan menunggu aba-aba, jangan menunggu perintah. Ambillah langkah pertama." (Nadiem Makarim)
Di penghujung pelaksanaan pembelajaran kolaboratif Program Guru Penggerak ini, perasaan tentang pentingnya peningkatan kompetensi seorang guru menjadi semakin tinggi. Betapa tidak, semua tahap pembelajaran yang telah dilewati semakin mengukuhkan harapan untuk berkompeten dalam menumbuhkembangkan pemberdayaan potensi diri baik bagi pendidik maupun bagi murid. Seiring berjalannya waktu, tema-tema dan topik-topik pembelajaranpun semakin mengerucut untuk sampai ke titik pemberdayaan potensi masing-masing individu. Tema kali inipun berhubungan erat dengan kegiatan “Penyusunan Program yang Berdampak pada Murid”. Sebuah tema yang secara langsung mempelajari dan memberikan pengalaman nyata bagi setiap calon guru penggerak untuk menemukan dan memberdayakan daya upaya efektif untuk merencanakan dan melaksanakan suatu program yang memberikan dampak positif bagi murid. Kreasi dan inisiasi menjadi tuntutan utama dalam pemberdayaan aspek-aspke pokok dan utama untuk memenuhi ketercapaian kebutuhan belajar murid. Dengan landasan filosofi bahwa ketercapaian program ini harus menyentuh aspek profil pelajar Pancasila, maka hendaknya gagasan programnya harus direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi dengan sungguh agar semua komponen komunitas di sekolah dapat menjadi pelopor lahirnya semangat kepemimpinan murid yang baik dan berpengharapan. Dengan demikian akan terciptalah suatu budaya baru yang sungguh-sungguh menempatkan murid dalam pusaran utama pemenuhan kebutuhannya mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasinya. Mengapa hal ini bisa terjadi? Jawabannya adalah karena suara murid didengarkan, pilihan murid dihiraukan, dan jiwa kepemilikan para murid diakui. Dengan memberdayakan voice, choice, dan ownership, sebenarnya secara hakiki, para pendidik telah menanamkan sejak dini pemberdayaan penemuan potensi diri para murid. Mereka akan terlibat langsung dalam merancang suatu kegiatan karena mereka turut menyampaikan ide atau gagasannya. Mereka juga terlibat dalam memilih alternatif-alternatif yang menjadi pemenuhan kebutuhan utama pembelajarannya. Mereka juga menjadi penganggungjawab utama pelaksanaan program tersebut, karena mereka yakin dengan tanggungjawab yang mereka miliki. Dengan kesadaran dari mereka, pleh mereka , dan untuk mereka, segala program yang ada akan dijalankan dengan optimal. Dalam pembelajaran ini, sesungguhnya pemberdayaan voice, choice, dan ownership inilah yang akan menjadi kekuatan untuk terus maju melaksanakan setiap program yang telah direncanakan, dilaksanakan, dan direfleksikan. Secara terperinci tahap refleksi dwi mingguan ini akan diuraikan dealam pola refleksi 4F yakni berkaitan dengan Fact: Peristiwa, Feelings: Perasaan, Findings: Pembelajaran, Future: Penerapan. Jurnal refleksi minggu ini menggunakan model 1 yang dikembangkan oleh Dr. Roger Greenaway.
FACT: Peristiwa
Secara faktual pembelajaran pada kesempatan ini menekankan pada kemampuan menginisiasi suatu kegiatan atau program yang memberdayakan suara murid, pilihan murid, dan kepemilikan murid. Diharapkan program yang dibuat tersebut dapat berdampak langsung bagi murid untuk mewujudkan jiwa kepemimpinan yang dapat diterapkan secara kontekstual dalam kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, maupun ekstrakurikuler. Tema terakhir ini menjadi tema yang mendorong pemberdayaan potensi individu dalam menemukan kekuatan-kekuatan yang dimiliki suatu komunitas untuk mencapai kemampuan tertinggi dalam menciptakan peluang keberpihakan terhadap kebutuhan murid.
FEELINGS: Perasaan
Dalam aspek perasaan, secara umum suasana kebahagiaan dan rasa syukur senantiasa menjadi bagian dari jati diriku. Semuanya kembali berpulang pada pemahaman bahwa biarlah beban hari ini ditanggung cukup untuk sehari ini, karena besok akan ada bagian tanggungannya sendiri. Maka rasa senang dan bahagia dalam mengikuti kegiatan program guru penggerak ini, menjadi semakin besar karena menjelang penghujung kegiatan ini, bobot dan kualitas pembelajarannya menjadi semakin memadai dan intens. Hal ini pulalah yang turut menjadi aspek penting dalam evaluasi diri saya sendiri. Bahwa pada akhirnya ketika sampai pada tahap refleksi ini, saya menjadi semakin mampu memaknai kegiatan ini sebagai kegiatan sarat makna, karena membuat saya mengetahui banyak hal dalam upaya peningkatan kualitas diri dalam pelayanan kepada para peserta didik. Dengan semangat keberpihakan pada murid, maka saya juga sangat optimis bahwa hal ini dapat menjadi titik balik untuk menghantar murid kita menuju gerbang kesuksesan dirinya dan cita-citanya yang dirindukan. Diharapkan pula, dengan rancangan program yang kita terapkan, keterlibatan mereka dapat menjadi kesempatan istimewa bagi mereka untuk menempa diri dan mengasah jiwa menuju pribadi yang sukses di kemudian hari nanti.
FINDINGS: Pembelajaran
Ternyata keberpihakan kita yang besar dan tulus terhadap para murid dapat membangkitkan semangat mereka untuk terus dapat maju menuju gerbang kesuksesannya. Sebelum mempelajari materi ini, seringkali dijumpai bahwa para guru kurang mengupayakan pemberdayaan kesempatan bagi para murid untuk memanfaatkan potensi suaranya, menentukan pilihannya, dan menunjukkan semangat kepemimpinannya. Jika demikian maka tentu saja kita sudah mengabaikan potensi perkembangannya. Di sini, sangat diharapkan peran kita untuk menempatkan pribadi para murid sebagai sentral perubahan. Kita juga dapat berperan sebagai pendamping pengembangan potensi perubahan untuk mencapai jiwa kepemimpinan yang baik. Oleh karena itu, kita perlu membuka ruang terbuka untuk para murid untuk mempraktikkan kemampuan-kemampuan mereka terutama dalam kesempatan untuk mengambil keputusan atas gagasan yang meeka cetus atau prakarsai. Dalam kesempatan ini, hubungan kesetaraan guru dan murid akan bersifat sebagai mitra yang setara. Tanggungjawab yang diemban adalah merupakan tugas bersama, bukan tugas sepihak baik dari guru maupun dari pihak murid. Dengan kesetaraan ini maka para murid akan belajar menetapkan tujuan yang akan dicapai, terlibat dalam proses pelaksanaannya, meningkatkan tanggungjawabnya, menumbuhkan rasa ingin tahunya, melatih semangat berinisiasi, mengasah kemampuan melakukan pilihan, juga belajar menunjukkan praktik atas minat dominan yang dimilikinya. Di lain pihak, para guru akan belajar menghargai kemampuan murid, belajar mendiring murid untuk terus berupaya optimal dalam pengembangan karakteristiknya, menawarkan dan memberikan kesempatan pada para murid untuk menunjukkan kreativitasnya.
FUTURE: Penerapan
Rencana selanjutnya adalah merancang suatu program bermakna yang melibatkan unsur-unsur dalam komunitas belajar di sekolah. Rencana yang akan dilaksanakan tersebut berkaitan erat dengan kegiatan untuk mengakomodasi suara, pilihan dan kepemimpinan para murid. Dengan perencanaan terancang baik maka sangat diharapkan komunitas yang ada dapat menggalang suatu kegiatan aktif, kreatif, mandiri yang menunjukkan keberpihakan kepada murid. Sehingga para murid dapat mengalami dunia yang dikehendaki dengan segala tahap pemenuhan karakter dalam diri para murid. Dengan pengalaman belajar di program guru penggerak ini, cara pandang saya tentang gaya kepemimpinan menjadi semakin membumi dalam diri murid, sehingga mereka benar-benar merasakan aspek ownershipnya.
Berdasarkan pernyataan Menteri Pendidikan Nasional - Nadiem Makarim-di prakata awal refleksi dwi mingguan ini, maka Pengelolaan Program yang Berdampak Positif pada Murid, sebaiknya berawal dan dimulai dari satuan pendidikan di mana saya bekerja, yaitu dengan merancang dan mengelola program -program sekolah baik intrakurikuler, kokurikuler maupun ekstrakurikuler dengan melibatkan segenap komponen komunitas sekolah (kepala sekolah, guru, murid, wali murid, paguyuban kelas, komite, dan masyarakat). Karena sungguh disadari bahwa rancangan dan pengelolaan program ini akan bermuara pada kebutuhan murid dengan semangat utama dari murid, oleh murid, dan untuk murid.
Terima Kasih. Guru bergerak, Indonesia Maju!