Modul 2.1
Pembelajaran untuk Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid
Pembelajaran untuk Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid
Pengantar Modul
Tomlinson (2001) dalam bukunya yang berjudul How to Differentiate Instruction in Mixed Ability Classroom menyampaikan bahwa kita dapat mengkategorikan kebutuhan belajar murid, paling tidak berdasarkan 3 aspek.
Ketiga aspek tersebut adalah:
Kesiapan belajar (readiness) murid. Kesiapan belajar (readiness) adalah kapasitas untuk mempelajari materi baru. Sebuah tugas yang mempertimbangkan tingkat kesiapan murid akan membawa murid keluar dari zona nyaman mereka, namun dengan lingkungan belajar yang tepat dan dukungan yang memadai, mereka tetap dapat menguasai materi baru tersebut. Ada 6 dari beberapa contoh perspektif kontinum tersebut, dengan mengadaptasi alat yang disebut Equalizer yang diperkenalkan oleh Tomlinson (Tomlinson, 2001). A. Bersifat mendasar - Bersifat transformatif. Saat sebagian murid dihadapkan pada sebuah ide yang baru, atau jika ide itu bukan di salah satu bidang yang dikuasai oleh murid, mereka sering membutuhkan informasi pendukung yang lebih jelas, sederhana, dan tidak bertele-tele untuk memahami ide tersebut. B. Konkret - Abstrak. Guru mungkin dapat mengukur kesiapan belajar murid dengan melihat apakah mereka masih di tingkatan perlu belajar secara konkret atau sudah siap bergerak mempelajari sesuatu yang lebih abstrak. C. Sederhana - Kompleks. Beberapa murid mungkin perlu bekerja dengan materi lebih sederhana dengan satu abstraksi pada satu waktu; yang lain mungkin bisa menangani kerumitan berbagai abstraksi. D. Terstruktur - Open Ended. Kadang-kadang murid perlu menyelesaikan tugas yang ditata dengan cukup baik untuk mereka, di mana mereka tidak memiliki terlalu banyak keputusan untuk dibuat. Namun, di waktu lain, murid siap menjelajah dan menggunakan kreativitas mereka. E. Tergantung (dependent) - Mandiri (Independent). Walaupun pada akhirnya kita mengharapkan bahwa semua murid kita dapat belajar, berpikir dan menghasilkan pekerjaan secara mandiri, namun beberapa murid mungkin akan siap untuk kemandirian yang lebih awal daripada yang lain. F. Lambat - Cepat. Beberapa murid dengan kemampuan yang baik dalam suatu mata pelajaran mungkin perlu bergerak cepat melalui materi yang telah ia kuasai atau sedikit menantang. Tetapi di lain waktu, murid yang sama mungkin akan membutuhkan lebih banyak waktu daripada yang lain untuk mempelajari sebuah topik
Minat murid
Ada murid yang minat nya sangat besar dalam bidang seni, matematika, sains, drama, memasak, dsb. Minat adalah salah satu motivator penting bagi murid untuk dapat ‘terlibat aktif’ dalam proses pembelajaran.Tomlinson (2001) menjelaskan bahwa mempertimbangkan minat murid dalam merancang pembelajaran memiliki tujuan diantaranya:
Membantu murid menyadari bahwa ada kecocokan antara sekolah dan keinginan mereka sendiri untuk belajar
Menunjukkan keterhubungan antara semua pembelajaran;
Menggunakan keterampilan atau ide yang familiar bagi murid sebagai jembatan untuk mempelajari ide atau keterampilan yang kurang familiar atau baru bagi mereka, dan;
Meningkatkan motivasi murid untuk belajar.
Beberapa ide yang dapat dilakukan untuk meningkatkan dan mempertahankan minat diantaranya misalnya:
Meminta murid untuk memilih apakah mereka ingin mendemonstrasikan pemahaman dengan menulis lagu, melakukan pertunjukan atau menari.
Menggunakan teknik Jigsaw dan pembelajaran kooperatif.
Menggunakan strategi investigasi kelompok berdasarkan minat.
Membuat kegiatan “sehari di tempat kerja”. Murid diminta mempelajari bagaimana sebuah keterampilan tertentu diaplikasikan dalam kehidupan nyata. Mereka boleh memilih profesi yang sesuai minat mereka.
Membuat model.
Profil belajar murid
Profil belajar murid terkait dengan banyak faktor, seperti: bahasa, budaya, kesehatan, keadaan keluarga, dan kekhususan lainnya. Selain itu juga akan berhubungan dengan gaya belajar seseorang. Menurut Tomlinson (dalam Hockett, 2018) profil belajar murid ini merupakan pendekatan yang disukai murid untuk belajar, yang dipengaruhi oleh gaya berpikir, kecerdasan, budaya, latar belakang, jenis kelamin, dll. Menurut Tomlinson (2001), ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi pembelajaran seseorang. Berikut ini adalah beberapa yang harus diperhatikan:
Lingkungan: suhu, tingkat aktivitas, tingkat kebisingan, jumlah cahaya.
Pengaruh Budaya: santai - terstruktur, pendiam - ekspresif, personal - impersonal.
Visual: belajar dengan melihat (diagram, power point, catatan, peta, grafik organisator).
Auditori: belajar dengan mendengar (kuliah, membaca dengan keras, mendengarkan musik).
Kinestetik: belajar sambil melakukan (bergerak dan meregangkan tubuh, kegiatan hands on, dsb).
Sebagai guru, kita semua tentu tahu bahwa murid akan menunjukkan kinerja yang lebih baik jika tugas-tugas yang diberikan sesuai dengan keterampilan dan pemahaman yang mereka miliki sebelumnya (kesiapan belajar). Diharapkan, tugas-tugas yang kita berikan dapat memicu keingintahuan atau hasrat dalam diri murid (minat), dan juga memberikan kesempatan kepada para murid kita untuk bekerja sesuai kemampuan dan dengan cara yang mereka sukai (profil belajar).
EKSPLORASI KONSEP
Peta konsep yang dapat mempermudah pemahaman tentang pembelajaran berdiferensiasi dapat dilihat sebagaimana tertera pada alur berikut.
Pembelajaran berdiferensiasi sangat berkaitan dengan filosofi pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara, nilai dan peran guru penggerak, visi guru penggerak, serta budaya positif. Salah satu filosofi pendidkan menurut Ki Hajar Dewantara adalah sistem “among”, guru harus dapat menuntun murid untuk berkembang sesuai dengan kodratnya, hal ini sangat sesuai dengan pembelajaran berdiferensiasi. Salah satu nilai dan peran guru penggerak adalah menciptakan pembelajaran yang berpihak kepada murid, yaitu pembelajaran yang memerdekakan pemikiran dan potensi murid. Hal tersebut sejalan dengan pembelajaran berdiferensiasi. Salah satu visi guru penggerak adalah mewujudkan merdeka belajar dan profil pelajar pancasila, untuk mewujudkan visi tersebut salah satu caranya adalah dengan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi. Budaya positif juga harus kita bangun agar dapat mendukung pembelajaran berdirensiasi.
RUANG KOLABORASI MODUL 2.1
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 2.1
KONEKSI ANTARMATERI MODUL 2.1
AKSI NYATA MODUL 2.1
by FREDERIKUS TO GOA FREDERIKUS
- Friday, 23 December 2022, 10:53 PM
Secara etimologis, berdiferensiasi bermakna berbeda. Dengan demikian jika dikaitkan dengan pembelajaran, maka Pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang mengakomodir dan menerima kesiapan belajar yang melingkupi keseluruhan keberadaan kemampuan muridnya. Pembelajaran ini menyadari sepenuhnya akan perbedaan kesiapan dan perbedaan kebutuhan belajar murid. Guru selanjutnya memposisikan dirinya untuk memfasilitasi para murid tersebut sesuai dengan kebutuhannya, karena dalam pembelajaran ini guru harus sadar sepenuhnya bahwa setiap murid mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Hal ini menuntut guru untuk tidak memberikan standar dan perlakuan yang sama kepada setiap individu murid yang memang berbeda. Oleh karena itu, guru sangat dituntut memiliki kreativitas dan upaya rasional dalam memberdayakan potensi para muridnya dengan tindakan-tindakan yang masuk akal dan efektif dalam menyikapi keadaan setiap muridnya. Dalam mengambil suatu keputusan baik dalam perencanaan, proses, maupun tindak lanjutnya, guru harus terus memperhatikan dan mempertimbangkan aspek diferensiasi yang ada. Ini dilakukan untuk menempatkan kebutuhan belajar para murid sebagai pusat ekplorasi yang akan dikembangkan oleh guru dalam memenuhi kebutuhan belajar muridnya. Namun, pada titik ini guru juga tidak membelenggu dirinya untuk menyiapkan pembelajaran dengan sistem satu murid satu metode belajar, tetapi dengan memakai strategi-strategi tertentu maka guru bisa melakukan pengelompokan skala kebutuhan belajar murid, sehingga kolaborasi kelompok tersebut akan menjadi langkah efektif dalam pembelajarannya. Dengan berkelompok tersebutlah, kebutuhan belajar para murid dapat didiferensiasikan dalam skala yang sama dalam kelompoknya dan berkembang secara seiring sejalan pula. Secara lebih rinci pembelajaran berdiferensiasi memiliki ciri atau karakteristik antara lain: lingkungan belajarnya mengundang murid untuk belajar, kurikulumnya memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas, sistematika penilaiannya berkelanjutan, para gurunya memiliki kemampuan dalam menanggapi atau merespon kebutuhan belajar murid, dan sistem manajemen kelasnya dirancang sebagai kelas yang efektif bagi semua muridnya. Hal penting yang harus diperhatikan agar pembelajaran berdiferensiasi dapat diterapkan dengan baik antara lain:
1. Guru perlu melakukan pemetaan kebutuhan belajar berdasarkan tiga aspek, yaitu: kesiapan belajar, minat belajar, dan profil belajar murid
2. Merencanakan pembelajaran berdiferensiasi berdasarkan hasil pemetaan (memberikan berbagai pilihan baik dari strategi, materi, maupun cara belajar)
3. Mengevaluasi dan melakukan refleksi atas kegiatan pembelajaran yang sudah dilaksanakan.
Terdapat juga 3 strategi berdiferensiasi antara lain berkaitan dengan aspek Konten, Proses, dan Produk
1. Direfensiasi konten. Diferensiasi konten adalah apa yang kita ajarkan kepada murid. Konten dapat dibedakan sebagai tanggapan terhadap kesiapan, minat, dan profil belajar murid maupun kombinasi dari ketiganya. Guru perlu menyediakan bahan dan alat sesuai dengan kebutuhan belajar murid.
2. Diferensiasi proses. Diferensiasi proses mengacu pada bagaimana murid akan memahami atau memaknai apa yang dipelajari. Diferensiasi proses dapat dilakukan dengan cara: a. menggunakan kegiatan berjenjang, b. menyediakan pertanyaan pemandu, c. membuat daftar tugas dan menentukan tempo pengerjaannya, d. mengembangkan kegiatan bervariasi
3. Diferensiasi produk. Diferensiasi produk adalah hasil pekerjaan atau unjuk kerja yang harus ditunjukkan murid dalam rupa karangan, pidato, rekaman, dan diagram atau bentuk karya lainnya. Produk yang diberikan meliputi 2 alternatif antara lain: a. memberikan tantangan dan keragaman atau variasi, b. memberikan murid pilihan kepada murid untuk menentukan pembelajaran seperti apa yang ingin mereka jalani, dan bentuk karakter seperti apa yang akan mereka jalankan selama kegiatan pembelajaran.
Untuk menerapkan pembelajaran berdiferensiasi tentun saja akan ada tantangan dan hambatan. Untuk itu guru harus tetap bersikap positif dan persuasif. Pendekatan yang dapat dilakukan adalah terus belajar dan berbagi pengalaman dengan teman sejawat lainnya dengan membuat jaringan MGMPS, saling mendukung dan memberi semangat dengan sesama teman sejawat, menerapkan apa yang sudah kita peroleh, dan terus berusaha mengevaluasi dan memperbaiki proses pembelajaran yang sudah kita terapkan.