REFLEKSI MODUL
Sunday, 5 February 2023, 9:35 PM
by FREDERIKUS TO GOA FREDERIKUS
Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan sebagai Pemimpin.
Seiring perjalanan waktu, banyak hal yang sudah menjadi bagian pengalaman yang menggambarkan kompetensi pengetahuan dan keterampilan beserta penerapannya teruji dalam karya pengabdian bagi anak bangsa. Banyak hal positif yang dipelajari pada modul 1 dan modul 2 telah menjadi bagian tak terpisahkan dalam karya pelayanan di komunitas pendidikan hingga saat ini. Semuanya dilewati dengan tahap perencanaan, pelaksanaan, dan dilanjutkan dengan kesempatan berefleksi tentang proses pelaksanaan hingga akhir beserta nilai-nilai yang dapat diperoleh baik secara langsung maupun tidak. Bagian penting yang tidak pernah dilupakan adalah kegiatan berefleksi. Mengapa? Karena refleksi merupakan bagian penting yang tak boleh diabaikan dalam rangka mengukur, menimbang potensi yang telah kita kembangkan, peluang yang telah kita peroleh, maupun tantangan yang telah kita lewati, serta permasalahan yang telah kita temukan jalan keluarnya. Dengan berefleksi kita bisa mempertahankan pencapaian positif kita dan memperbaiki kekurangan kita. Dengan demikian upaya peningkatan dan pencapaian kemampuan setinggi-tingginya dapat kita lakukan atau rencanakan kembali. Dengan berefleksi kita bisa berdialog dengan diri kita sendiri maupun sesama kita tentang apa yang perlu ditingkatkan dan apa yang perlu diperbaiki. Momentum berefleksi adalah momentum memaknai setiap apa yang telah dilakukan dan merancang apa yang harus dilakukan untuk mencapai target yang direncanakan pada saat ini untuk waktu yang akan datang. Dengan berefleksi, saya akan berusaha menemukan jati diri saya yang sesungguhnya untuk selanjutnya diajak masuk dalam dimensi kontemplatif diri untuk mencari, menemukan, dan menggali sedalam-dalamnya sumber daya potensial yang dapat dieksplorasi secara lebih efektif lagi. Menuju refleksi Dwi Mingguan di awal pelaksanaan Modul 3.1 ini, saya memulainya dengan semangat baru untuk belajar menjadi seorang pembuat keputusan. Suatu periode belajar yang sangat berguna untuk meningkatkan kompetensi saya sebagai seorang pemimpin pembelajaran yang mampu membuat keputusan yang benar.
Refleksi pada kesempatan kali ini adalah menggunakan model 4F yang mengedepankan unsur Facts, Feelings, Findings, Future yang dikembangkan oleh Dr. Roger Greenaway. Adapun uraian hasil refleksinya tertuang sebagamana yang saya sampaikan berikut ini.
FACTS (PERISTIWA)
Berdasarkan alur waktu yang telah berlalu, pembelajaran di modul 3.1 dimulai dengan kegiatan pretest untuk menakar pemahaman awal sebelum masuk tahap pembelajaran sesungguhnya. Kegiatan pretest ini dilaksanakan pada tanggal 1 Februari 2023. Suatu awal kegiatan yang sangat berbobot dimana saya harus melanjutkan kegiatan lain di antaranya melaksanakan kegiatan yang dimulai dari diri sendiri dan dilanjutkan dengan kegiatan eksplorasi konsep. Banyak hal baru yang sungguh membuka wawasan saya secara teoretis. Jika ditelaah lebih jauh sebenarnya secara faktual praktis, saya sering melakukan hal-hal tersebut. Hal ini berkaitan erat dengan Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin
Di dalamnya saya menemukan banyak pertanyaan pemantik yang “menggugat” eksistensi saya untuk berani belajar lebih jauh dan dalam lagi tentang bagaimana seharusnya seorang mengambil keputusan secara tepat. Juga diperkenalkan dan dihadapkan dengan studi kasus yang harus ditemukan solusinya dengan konsep yang dipelajari berkaitan erat dengan dilema etika, godaan moral, dan prinsip-prinsip kebajikan universal. Kegiatan kolaboratif juga sangat ditekankan dengan adanya menanggapi gagasan atau laporan sesama teman CGP. Selanjutnya, berdasarkan alur belajar yang sudah baku dengan memilih satu tugas berupa studi kasus yang harus dilampirkan di LMS untuk ditanggapi dan didiskusikan sesama teman CGP.
FEELINGS(PERASAAN)
Dalam unsur rasa, boleh dikatakan bahwa perasaan yang saya alami adalah sangat senang karena menglami pembaharuan konsep tentang bagaimana seharusnya seorang pemimpin mengambil sebuah keputusan secara benar. Dalam kegiatan kajian dan analisis kasus yang dipelajari, saya seperti kembali memutar film lama yang beberapa slidenya seolah-olah merupakan kenangan tentang pengalaman saya dan para murid saya, atau saya dan teman-teman seperjuangan saya. Pada kesempatan ini, saya berada pada titik seolah-olah kembali belajar untuk merefleksikan pengalaman lama atau kegiatan masa lalu dalam menangani persoalan anak-anak, para peserta didik.
FINDINGS (PEMBELAJARAN)
Nilai pembelajaran yang diperoleh adalah saya bisa mengenal berbagai teknik dalam mengambil suatu keputusan beserta tantangan-tantangan potensial yang harus ditemukan solusinya. Saya juga dilatih untuk menemukan solusi atas beberapa studi kasus yang ada. Kesimpulan atas semuanya adalah bahwa semua keputusan yang diambil harus benar-benar berlandaskan pada usaha tulus dan luhur yang sebesar-besarnya digunakan untuk kepentingan peserta didik. Keputusan yang kita ambil harus sebisa mungkin berasarkan 3 unsur utama yakni berpihak kepada murid, berdasarkan nilai nilai kebajikan universal dan bertanggung jawan tehadap segala konsekuensi dari keputusan yang diambil. Dalam upaya pencapaian keputusan tersebut kita akan mengalami dilema etika tatkala kita harus memilih satu keputusan terbaik terhadap dua sisi pilihan yang sama-sama memiliki kebenarannya. Kita juga akan mengalami suatu bujukan moral, yakni kita berhadpan dengan situasi dimana seseorang mengambil sebuah keputusan di antara pilihan benar dan salah. Paradigma yang terjadi pada situasi dilema etika atau bujukan moral yang bisa dikategorikan seperti di bawah ini:
1. Individu lawan kelompok (individual vs community)
2. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
3. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
4. Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)
Adapun Tiga Prinsip Pengambilan Keputusan, yang dapat dijadikan referensi adalah:
1. Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)
2. Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
3. Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)
Selanjutnya ada 9 (Sembilan) langkah untuk memandu kita dalam mengambil keputusan dan menguji keputusan yang akan diambil dalam situasi dilema etika atau bujukan moral yang membingungkan, sembilan langkah tersebut yang dapat kita lakukan yaitu :
1. Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan
2. Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini
3. Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini.
4. Pengujian benar atau salah : Uji Legalitas, Uji Regulasi/ Standar Profesional, Uji Intuisi, Uji Publikasi dan Uji Panutan/ Idola
5. Pengujian Paradigma Benar lawan Benar.
6. Melakukan Prinsip Resolusi
7. Investigasi Opsi Trilema
8. Buat Keputusan
9. Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan
FUTURE (PENERAPAN)
Dari pemaparan konsep tentang pengambilan keputusan, saya belajar banyak dalam pemaparan secara konsep pada LMS. Saya merasa tertarik dan berusaha untuk siap menerapkan keterampilan pengambilan keputusan berdasarkan 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan untuk mulai belajar dan terus belajar menerapkannya dalam aktivitas saya di kelas maupun di lingkungan sekolah saya sebagai pemimpin pembelajaran. Hal ini agar sesuai dengan konsep yang telah dipelajari sehingga semakin terlatih dan terampil dalam melakukan pengambilan keputusan. Dan segala ilmu baru yang sangat berdaya guna ini bisa juga disaringkan kepada rekan-rekan pendidik lainnya agar dapat memiliki keyakinan dan kekuatan penanganan suatu persoalan.
Demikianlah refleksi singkat yang mendeskripsikan apa yang saya pikirkan, apa yang saya perbuat selama kurun waktu pembelajaran modul 3.1. Semoga hal kecil yang saya pelajari ini menghasilkan sesuatu yang sangat berguna untuk kepentingan peserta didik yang dipercayakan kepada saya. Semoga kesempatan ini menjadi semakin berarti bagi setiap orang yang selalu ingin belajar tentang hal baru dan menjadikannya bermakna bagi sesama. Terima Kasih.
RUANG KOLABORASI MODUL 3.1
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 3.1
KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1
“Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik”
(Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best).
Bob Talbert
Terhadap apa yang tertulis di atas dapat kita maknai sebagai suatu ajakan bagi kita untuk memiliki prinsip yang berhakekat tetap dan utama yakni pendidikan tidak hanya untuk proses pengajaran ilmu saja tetapi pendidikan adalah proses sadar dan bertanggungjawab untuk memberikan bekal untuk kehidupan yang dapat membedakan baik dan buruk, benar dan salah terhadap suatu tatanan dan nilai kehidupan yang berlaku dalam masyarakat. Sebagai pemimpin pembelajaran, kita mempunyai peran yang sangat besar untuk menentukan arahnya sehingga menjadi lebih bernilai dan bermakna bagi setiap peserta didik kita. Kemampuan mengambil keputusan tepat dan bertanggungjawab menuntut kita untuk memahami nilai-nilai kebajikan yang dapat diterima oleh semua orang dan berlaku bagi semua orang. Kontribusi yang akan kita sumbangkan untuk kemajuan kepribadian dan karakter diri peserta didik, akan semakin besar dan bermakna jikalau kita memiliki prinsip-prinsip dan langkah-langkah tepat untuk mengambil keputusan untuk menentukan skala prioritas pengembangan diri dan kepribadian peserta didik yang menjadi tanggungjawab kita. Dengan demikian maka sudah tentu keputusan kita akan selalu berpihak pada kepentingan peserta didik. Sehingga pendidikan dan pembelajaran yang kita selenggarakan benar-benar memerdekakan murid dan menjawab apa yang murid butuhkan untuk masa depan yang lebih cerah.
Education is the art of making man ethical.
Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis.
~ Georg Wilhelm Friedrich Hegel ~
Pendidikan adalah proses penyempurnaan kodrat alam dan kodrat zaman yang kita terima dan kita alami. Terhadap para murid kita yang menjadi subjek pendidikan, dengan adanya proses pendidikan yang benar maka proses yang kita jalankan adalah suatu seni untuk merangkai dan manata bakat, kemampuan, daya tarik, talenta, jiwa serta semangat para murid untuk memberdayai dirinya sendiri. Pendidik sebagai pemimpin utama pembelajaran berperan penting untuk menjadi pemimpinnya bagai seorang konduktor dalam suatu kegiatan orkestra musik. Cepat lambat, keras lembut, tinggi rendah suatu alur musik yang dipentaskan dapat diatur dan dikendalikan oleh sang konduktor. Demikianpun dalam proses pembelajaran, pendidik berperan untuk menanamkan nilai cipta, karsa dan karya dalam diri para murid dengan kesempurnaan moral dan kebajikan-kebajikan universal.
Dua kutipan bermakna pada bagian terdahulu telah menjadi pemantik bagi kita semua untuk selalu sadar secara utuh tentang pentingnya pendidik memaknai nilai-nilai dan peran seorang pendidik. Dengan kesadaran penuh yang selalu ada, maka pelaksanaan pendidikan tentu saja akan selalu berlandasakan nilai-nilai positif yang memberikan damapk bermakna bagi setiap pribadi yang mengikuti proses pembelajaran tersebut. Sebuah awal permenungan yang sarat makna tentang pentingnya pemahaman akan nilai-nilai pendidikan bagi para murid. Berikut ini adalah Kajian Koneksi Antar Materi Modul 3.1 yang memiliki alur keterkaitan bermakna dengan modul-modul yang sudah dipelajari sebelumnya dalam program Guru Penggerak ini. Adapun refleksi keterkaitan materi atau koneksi antar materi akan diuraikan dalam alur reflketif berdasarkan pertanyaan-pertanyaan dasar yang ada.
Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?
Sebagai seorang pendidik, kita juga sekaligus menjadi seorang pemimpin. Pemimpin yang dimaksud adalah sebagai seorang pemimpin pembelajaran. Pada posisi ini kita harus senantiasa bisa menjadi seorang model bagi masyarakat dan lingkungan yang ada di sekitar kita. Di lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat sekitar tempat tinggal, lingkungan umum, dan di manapun kita berada. Aspek sikap, tutur kata, dan segala interaksi dengan orang lain hendaklah menjadi gambaran dan teladan bagi orang lain. Pedoman bersikap dan bertindak yang dapat menjadi prinsip utama alur kepribadian guru dalam dunia pendidikan adalah dengan memperhatikan dan menerapkan Pratap Triloka yang terdiri atas tiga semboyan utama yakni: Ing Ngarso Sung Tuladha, yang bermakna seorang guru Menjadi teladan Bagi Muridnya, Ing Madya Mangun karsa, yang bermakna seorang guru menjalin komunikasi yang baik dengan muridnya, Tut Wuri Handayani,yang memiliki makna yakni guru berperan sebagai motor penggerak yang memotivasi serta mendorong muridnya berkembang sesuai potensinya. Dengan pratap triloka tersebut, maka seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran harus mampu menjadi sosok yang bisa mengambil keputusan tepat serta berpihak pada murid.
Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
Nilai-nilai kebajikan harus menjadi keutamaan prinsip pengambilan keputusan yang harus tertanam dalam diri seorang guru. Bagian penting nilai kebajikan universal yang menjadi akumulasi nilai-nilai kebajikan lainnya adalah tanggung jawab. Dengan demikian sebuah keputusan yang diambil harus dapat diartikan sebagai suatu hal yang dapat dipertanggungjawabkan. Melalui sikap tanggung jawab, sebuah keputusan yang kita ambil seharusnya mencerminkan bagaimana kita bersikap dan berprinsip. Prinsip-prinsip diri kita yang dapat kita pertanggungjawabkan itu akan mendorong terciptanya suatu ekosistem pendidikan yang baik dan menyenangkan dan mendorong terciptanya wellbeing bagi lingkungan belajar yang dikehendaki. Jika dikaitkan dengan nilai-nilai seorang guru penggerak tentunya pengambilan keputusan memiliki landasan yang sama yakni “Berpihak Pada Murid”. Sebagai seorang penggerak, nilai utama yang harus terus dilakukan adalah memenuhi kebutuhan siswa melalui upaya yang mandiri, inovatif dan kolaboratif, serta selalu menyediakan waktu untuk merefleksikan apa yang telah dilakukan dan menjadi keputusannya.
Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.
Coaching adalah kegiatan menggali potensi yang dimiliki seseorang untuk lebih efektif mengenal potensi dirinya sendiri sehingga mampu menumbuhkan nilai-nilai positif yang dapat dikembangkan dan meningkatkan kemampuan untuk mampu mengambil keputusan secara tepat dan efektif. Dengan coaching, kita juga dapat menggali kemampuan orang lain dalam memecahkan masalah yang dihadapinya. Karena itu kita harus memiliki keterampilan coaching yang baik antara lain mampu memberikan pertanyaan berbobot, memiliki pembawaan yang positif, serta kemampuan mendengarkan dan memotivasi serta memandu percakapan. Pendekatan coaching dengan sistem among dapat diterapkan menggunakan metode TIRTA. Hal ini dapat dirasakan selama mengikuti kegiatan coaching yang diberikan fasilitator yang senantiasa membuat saya merasa terlatih dalam mengevaluasi apakah keputusan saya berpihak kepada murid, apakah sesuai dengan kebajikan universal, apakah memahami keputusan belajar serta serta memahami faktor sosial emosional siswa. Pembelajaran selama pendampingan bersama fasilitator juga membantu saya berlatih mengambil keputusan secara tepat berkaitan dengan faktor dilema etika maupun bujukan moral. Melalui kegiatan Coaching, pengambilan keputusan yang dilakukan akan menjadi lebih efektif karena keputusan yang diambil berasal dari potensi yang dimiliki seseorang. Sehingga keputusan tersebut bisa dipertanggungjawabkan dan akan mendorong terwujudnya Wellbeing dalam lingkungan belajar siswa di sekolah.
Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?
Dari pertanyaan diatas, terlihat jelas bahwa dengan mengamalkan nilai-nilai guru (penggerak) maka keputusan yang kita ambil secara bertanggung jawab akan bermuara pada keputusan yang berpihak pada murid. Selanjutnya, agar keputusan yang kita ambil dapat beretika maka perlu menerapkan Pendidikan Sosial Emosional sebagai bentuk kepekaan terhadap diri (Kesadaran diri dan pengelolaan diri), kepekaan terhadap nilai-nilai di lingkungan sekolah (Kepekaan Sosial) serta kemampuan untuk berelasi dengan rekan kerja. Dengan menerapkan hal-hal tersebut, keputusan yang diambil merupakan keputusan yang beretika dan bertanggung jawab. Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, tentu saja dalam melaksanakan proses pendidikan, guru harus mampu melihat dan memahami kebutuhan belajar siswanya, serta mengelola kapasitas sosial dan emosionalnya dalam pengambilan keputusan. Kemampuan seorang guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosional sangat berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan, khususnya ketika menemukan pilihan-pilihan sulit yang memiliki dilema etika. Sebagai sosok pemimpin pembelajaran, seorang guru yang memiliki kesadaran diri yang baik sudah pasti menunjukkan integritas dan kejujuran dalam pengambilan keputusan. Guru juga harus memiliki kemampuan untuk mengelola emosi, pikiran, dan perilaku diri secara efektif dalam berbagai situasi dan untuk mencapai tujuan yang dikehendaki. Kemampuan untuk memahami sudut pandang dan dapat berempati dengan orang lain termasuk mereka yang berasal dari latar belakang, budaya, serta konteks yang berbeda-beda.
Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?
Pada pembahasan studi kasus yang berfokus pada masalah moral atau etika, nilai-nilai yang dianut seorang pendidik seharusnya mengandung nilai kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi, tanggungjawab, dan penghargaan akan hidup. Dengan tetap berpegang teguh pada nilai-nilai tersebut, maka sebuah keputusan yang diambil diharapkan dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan prinsip berpusat pada peserta didik serta mendorong terwujudnya iklim pendidikan yang lebih baik di suatu komunitas sekolah. Kembali kepada pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, kita perlu memperhatikan 3 hal dasar pengambilan keputusan. Ketiga dasar tersebut yakni nilai kebajikan, kepentingan murid serta tanggung jawab. Nilai-nilai kebajikan di lingkungan sekolah perlu juga kita pertimbangkan dalam menentukan suatu keputusan agar memenuhi kepentingan murid sebagai bentuk tanggung jawab kita sebagai pemimpin pembelajaran. Dalam proses pengambilan keputusan, bisa jadi kita mengalami kebimbangan akibat munculnya dilema etika atau bujukan moral.
Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
Hal pertama yang sangat penting dalam membuat sebuah keputusan yang sempurna dan berdampak dalam terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman, dan nyaman, adalah mengenali dahulu masalah yang terjadi, apakah masalah itu termasuk dilema etika atau bujukan moral. Apabila masalah tadi adalah dilema etika, sebelum membuat sebuah keputusan, kita wajib menganalisis pengambilan keputusan berdasarkan 4 paradigma, 3 prinsip & 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan, sehingga keputusan yang kita ambil bisa membangun lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman buat murid. Selain itu, dengan menjalankan prinsip among Ki Hadjar Dewantara dan pola pikir Inquiry apresiatif, sangat diharapkan kita akan mampu menjalankan peran-peran dan nilai kita sebagai seorang pemimpin. Menjadi pemimpin pembelajaran, juga berarti menjadi pemimpin yang menaruh perhatian secara komprehensif pada komponen pembelajaran. Untuk menentukan keputusan secara bijak dalam menghadapi dilema etika (benar lawan benar), kita perlu memahami paradigma dilema etika dan prinsip penyelesaiannya. Selain itu, perlu juga menerapkan 9 langkah pengujian keputusan yang terdiri dari mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan, menentukan siapa yang terlibat, mengumpulkan fakta-fakta, pengujian benar atau salah, pengujian paradigm, melakukan prinsip resolusi, investigasi opsi trilema, penentuan keputusan serta refleksi terhadap keputusan yang telah diambil. Dalam tahap pengujian ini diperlukan keterampilan bertanya kepada diri sendiri ataupun sosok tokoh yang menjadi panutan agar memperoleh keputusan yang terbaik. Dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang efektif, kita perlu mengingat dan memahami kembali teknik coaching sehingga mampu memunculkan potensi-potensi yang ada sebagai kekuatan dalam penentuan keputusan terbaik. Dengan teknik bertanya yang baik maka akan tergali potensi, terarahnya pengujian sehingga memungkinkan untuk munculnya opsi yang bisa menjadi lebih baik lagi dalam pengambilan keputusan yang dikenal dengan opsi trilema.
Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?
Tantangan-tantangan dalam pengambilan keputusan yang dihadapi di lingkungan saya adalah adanya jangkauan pemikiran masing-masing individu pemimpin pembelajaran yang belum seiring sejalan dengan konsep yang dipelajari. Disadari bahwa dalam suatu instansi tentu saja terdapat kelompok yang pro dan kontra terhadap sebuah sistem yang sedang dijalankan oleh pemangku kebijakan sekolah. Sebaiknya ketika kebijakan sudah ditentukan, semua ekosistem dalam sekolah bisa saling berkolaborasi untuk mewujudkan tujuan bersama. Oleh karena itu, sejatinya penentuan sebuah keputusan perlu berpedoman pada 3 prinsip yang perlu dipertimbangkan yakni: prinsip berpikir berbasis hasil akhir (end based thinking), kita juga harus melihat peraturan yang mendasari keputusan yang kita ambil (berpikir berbasis peraturan-rule based thinking), prinsip berpikir berbasis rasa peduli (care based thinking). Hal lainnya yang mungkin menjadi kesulitan dalam menerapkan prinsip pengambilan keputusan tersebut adalah adanya perubahan paradigma baru dalam pelaksanaan tugas pokok sehari-hari. Untuk mengatasi kesulitan yang timbul tentunya kita memerlukan rekan berdiskusi sebagai mitra dalam menerapkan prinsip tersebut. Seorang rekan yang dapat kita jadikan sebagai teman berdiskusi adalah pribadi profesional dan terbuka yang memiliki visi dan sudut pandang yang sama dengan kita sehingga dalam berlatih menerapkan prinsip pengambilan keputusan tersebut tidak menimbulkan permasalahan baru lainnya.
Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?
Setiap keputusan yang kita ambil saat ini sudah pasti memiliki andil besar terhadap pengajaran yang memerdekakan murid atau sebaliknya membelenggunya. Hal ini dapat dilihat dalam contoh kecil, misalnya keputusan bagaimana kita menyusun strategi dan model pembelajaran yang dapat mengakomodir kebutuhan belajar siswa. Keputusan yang diambil itu dapat direncanakan dan dapat berpengaruh terhadap pengajaran yang memerdekakan murid atau sebaliknya. Untuk mencapai keadaan pembelajaran yang memerdekakan murid kita, maka kita perlu melakukan keputusan untuk mempersiapkan diri melalui kegiatan pemetaan kesiapan, minat, serta profil belajar murid. Jika kita sudah mengetahui ketiga unsur tersebut, selanjutnya kita dapat memutuskan strategi pembelajaran yang sesuai untuk mengakomodir kebutuhan belajar setiap siswa, melalui strategi pembelajaran berdiferensiasi yang terdiri dari diferensiasi konten, proses, atau produk.
Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
Guru adalah pemimpin pembelajaran, oleh karena itu seorang pemimpin pembelajaran harus bisa mengambil keputusan bijak yang berdampak positif bagi perkembangan karakteristik kepribadian siswa selanjutnya. Hal ini dapat dilakukan dengan benar jika memperhatikan nilai-nilai kebajikan universal yang dapat dipertanggungjawabkan. Keputusan-keputusan yang diambil tersebut, haruslah berpihak pada siswa agar kehidupan masa depannya dapat terjamin baik untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Dengan memperhatikan nilai-nilai kebajikan yang berlaku dalam masyarakat (sekolah), maka sangat diharapkan agar di saat yang akan datang siswa dapat meraih keselamatan dan kebahagiaan. Dengan demikian kehidupan sebagai masa depan yang dicita-citakannya dapat terwujud dengan baik.
Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
Berdasarkan keterkaitan dengan modul-modul sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan yang kita lakukan hendaklah berdasarkan pada konsep pertimbangan tiga aspek penting yakni nilai-nilai kebajikan universal, bertanggungjawab terhadap segala konsekuensi, serta berpihak pada murid. Dalam pengambilan keputusan, seorang pemimpin seharusnya berpedoman pada filosofi KHD dengan Pratap Trilokanya, berlandaskan nilai dan peran guru penggerak, berpedoman pada pembelajaran berdiferensiasi, serta sosial dan emosional, juga memiliki keterampilan coaching yang baik untuk mampu menjalankan langkah-langkah pengambilan keputusan.
Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?
Pemahaman saya terhadap materi tentang konsep-konsep yang telah dipelajari di modul ini, yaitu: penerapan 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan keputusan sebagai langkah awal dalam penentuan masalah dilema etika atau bujukan moral. Sebuah kasus dikatakan dilema etika apabila (benar lawan benar), sedangkan dikatakan bujukan moral apabila (salah lawan benar). Hal-hal di luar dugaan saya, apabila sebuah kasus sudah dipahami sebagai pelanggaran hukum, maka langkah-langkah pengambilan keputusan tidaklah perlu dilanjutkan karena hal itu sudah melewati uji legal (hukum) yang menyatakan kasus tersebut adalah benar lawan salah (bujukan moral). Jika berkaitan dengan dilema etika, maka kita perlu melanjutkan pendalaman pengambilan keputusan dengan menggali pemahaman kita terhadap 3 prinsip pengambilan keputusan, dan bahkan jika perlu dilanjutkan lagi dengan pemahaman akan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan.
Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?
Pernah. Saat itu, saya mengalami kasus dilema etika berdasarkan paradigma individu lawan kelompok (individual vs comunity). Pada sasat pengambilan keputusan, saya lebih fokus pada prinsip win-win solution yakni tidak saling merugikan bagi dua belah pihak. Hal ini menjadi permenungan mendalam saya, bahwa peristiwa pengambilan keputusan dengan kasus seperti itu dapat diselesaikan tanpa harus hanya sampai pada solusi itu, yakni win-win solution. Setelah saya selesai mempelajari modul ini, ternyata sebuah kasus dilema etika bisa diselesaikan dengan langkah-langkah pengambilan dan pengujian keputusan, agar apa yang diputuskan dapat dipertanggungjawabkan dengan baik, sekaligus juga demi kepentingan banyak orang dan nilai-nilai lainnya yang melekat pada hasil akhir keputusan yang dilaksanakan.
Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?
Setelah mempelajari modul ini, saya sebagai pribadi pembelajar semakin sadar bahwa sebagai seorang pemimpin pembelajaran saya perlu memiliki wawasan dan pengetahuan luas tentang cara mengambil keputusan. Saya tidak boleh hanya berpandangan bahwa saya adalah pribadi yang memiliki otoritas tinggi sehingga dapat mengontrol siswa secara penuh tanpa memperhatikan aspek-aspek kebajikan dan nilai-nilai moral yang berlaku dalam masyarakat. Tetapi hendaklah saya harus menyadarkan diri saya dan lingkungan di sekitar saya tentang keputusan yang akan diambil harus berlandaskan pada nilai-nilai kebajikan, tanggungjawab, dan berpihak pada murid. Keputusan yang diambil itupun harus sedapat mungkin melalui langkah-langkah pengambilan keputusan dan pengujian keputusan agar dapat mendatangkan hasil akhir yang dapt dipertanggungjawabkan dan dapat berakibat baik bagi masa depan siswa itu sendiri.
Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?
Sangatlah penting bagi seorang pembelajar yang bersiap menjadi pemimpin pembelajaran dan pengambil keputusan. Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, dengan mempelajari modul ini, saya sangat dibantu dalam memahami nilai-nilai penting dan langkah-langkah yang diperlukan dalam mengambil suatu keputusan. Di mana keputusan yang diambil harus berdasarkan beberapa pertimbangan sehingga keputusan yang diambil dapat dipertanggungjawabkan bagi semua pihak tanpa harus merugikan pihak lainnya. Dengan mempelajari modul ini, diharapkan setiap keputusan yang diambil adalah langkah bijaksana untuk siapa saja dan bagi kepentingan jangka panjang di waktu yang akan datang. Dengan demikian tujuan kehidupannya dapat tercapai dengan keselamatan dan kebahagiaan.
AKSI NYATA MODUL 3.1