Selamat datang Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak
Sekarang Anda berada pada modul ‘Budaya Positif’. Kami yakin Bapak/Ibu yang telah bertahun-tahun mengajar, mendampingi murid-murid tumbuh dan berkembang, menyadari bahwa budaya positif di sekolah sangatlah penting untuk mengembangkan anak-anak yang memiliki karakter yang kuat, sesuai profil pelajar Pancasila.
Kita telah belajar bersama tentang filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara, nilai-nilai peran guru penggerak dan visi guru penggerak. Dalam modul ini Bapak dan Ibu akan memahami pentingnya membangun budaya positif di sekolah sesuai dengan filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara yaitu pendidikan yang berpihak pada murid untuk membantu Bapak dan Ibu mencapai visi guru penggerak. Bapak dan Ibu akan mempelajari bagaimana peran seorang pemimpin pada sebuah institusi dalam menggerakkan dan memotivasi warga sekolah agar memiliki, meyakini, dan menerapkan visi atau nilai-nilai kebajikan yang disepakati, sehingga tercipta budaya positif yang berpihak pada murid.
Dalam membangun budaya positif tersebut, kita akan meninjau lebih dalam tentang strategi menumbuhkan lingkungan yang positif. Anda akan diajak melakukan refleksi atas penerapan disiplin yang dilakukan selama ini di lingkungan Anda. Bagaimanakah strategi Anda dalam praktik disiplin tersebut? Apakah selama ini Anda sungguh-sungguh menjalankan disiplin, atau Anda melakukan sebuah hukuman? Di mana kita menarik garis pembatas?
Modul ini juga akan mengajak Anda untuk memikirkan kembali kebutuhan-kebutuhan dasar yang sedang dibutuhkan seorang murid pada saat mereka berperilaku tidak pantas, serta strategi apa yang perlu diterapkan yang berpihak pada murid. Selanjutnya Anda akan mengeksplorasi suatu posisi dalam penerapan disiplin, yang dinamakan ‘Manajer’ serta bagaimana seorang ‘Manajer’ menjalankan pendekatan disiplin yang dinamakan Restitusi. Di sini Anda akan mendalami bagaimana pendekatan Restitusi fokus untuk mengembangkan motivasi intrinsik pada murid yang selanjutnya dapat menumbuhkan murid-murid yang bertanggung jawab, mandiri, dan merdeka.
Modul 1.4 ini pun selaras serta memiliki keterkaitan dengan Standar Nasional Pendidikan khususnya di Standar Kompetensi Kelulusan, Standar Pengelolaan Pendidikan, Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, dan Standar Proses. Dalam rangka menciptakan budaya positif, penerapan disiplin positif dipraktikkan untuk menghasilkan murid-murid yang berkarakter, disiplin, santun, jujur, peduli, dan bertanggung jawab. Dalam menjalankan tugasnya, seorang pemimpin sekolah hendaknya berjiwa kepemimpinan serta dapat mengembangkan sekolah dengan baik yaitu dengan menciptakan lingkungan yang positif sehingga terwujud suatu budaya positif. Demikian juga dengan warga sekolahnya; setiap guru dan tenaga kependidikan memiliki kompetensi standar minimal di mana mereka memiliki kesamaan visi serta nilai-nilai kebajikan yang dituju, serta berupaya mewujudkannya dalam pembelajaran yang aplikatif yang mengupayakan pemberdayaan murid agar dapat menjadi pemelajar sepanjang hayat.
Pada akhirnya modul ini diharapkan dapat menjadi suatu pembelajaran, tempat berproses, wadah untuk berdiskusi, dan menumbuhkan semangat untuk menggali dan mengembangkan potensi anak-anak Indonesia yang berkarakter kuat, mandiri, dan merdeka. Teruslah menjadi penggerak bagi guru, murid, serta segenap tatanan komponen sekolah untuk memajukan pendidikan di Indonesia.
Selamat belajar!
Tim Instruktur Modul 1.4.
Guru Penggerak memahami pentingnya mengetahui kebutuhan belajar dan lingkungan yang memfasilitasi seluruh individu di sekolah agar dapat meningkatkan kompetensinya secara aman dan nyaman.
Guru Penggerak mampu menggerakkan komunitas sekolah untuk bersama-sama mengembangkan dan mewujudkan visi sekolah yang berpihak pada murid dan berlandaskan nilai-nilai kebajikan universal.
CGP mampu memahami konsep pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara dihubungkan dengan konsep budaya dan lingkungan positif di sekolah yang berpihak pada murid.
CGP mampu melakukan evaluasi dan refleksi tentang praktik disiplin dalam pendidikan Indonesia secara umum untuk mendapatkan pemahaman baru mengenai konsep disiplin positif untuk menciptakan murid dengan profil pelajar Pancasila.
CGP mampu memahami perannya sebagai guru untuk membangun budaya positif dengan menerapkan konsep disiplin positif dalam berinteraksi dengan murid.
Menjelaskan konsep budaya positif yang berdasarkan pada konsep perubahan paradigma stimulus respons ke teori kontrol serta nilai-nilai kebajikan universal yang dijabarkan penerapannya pada modul ini.
Menjelaskan konsep makna disiplin, keyakinan kelas, hukuman dan penghargaan, 5 kebutuhan dasar manusia, Restitusi dengan 5 posisi kontrol guru serta segitiga restitusi dan menerapkannya dalam ekosistem sekolah yang aman, dan berpihak pada murid.
Menyusun strategi-strategi aksi nyata yang efektif dengan mewujudkan kolaborasi beserta seluruh pemangku kepentingan sekolah agar tercipta budaya positif yang dapat mengembangkan karakter murid.
Menganalisis secara reflektif dan kritis penerapan budaya positif di sekolah dan mengembangkannya sesuai kebutuhan sosial dan murid.
Pertanyaan 1
Apa pentingnya menciptakan suasana positif di lingkungan Anda?
Menurut pemahaman saya suasana positif dapat mengurangi stress dan kecemasan. Lingkungan yang mendukung dan menyenangkan dapat meningkatkan rasa bahagia. Suasana fositif juga meningkatkan fokus sehingga melahirkan kreativitas dan produktivitas.
Ketika kita tersenyum dan berkata-kata yang baik dan sopan dengan memberikan apresiasi kepada orang lain atas kinerjanya, saya merasa tidak ada gejolak dalam diri, lebih tenang dan menyenangkan. Itu adalah sebagian kecil suasana yang dirasa. Ketika terjadi permasalahan pun, yang dilakukan adalah mencari solusi bersama, tanpa menyalahkan orang lain.
Masalah datang silih berganti adalah sebuah pembelajaran untuk kita naik kelas. Terpecahkan akan menjadi pengalaman berharga, belum terpecahkan selalu ada cara lain yang dapat dilakukan.
Pertanyaan 2
Sebagai seorang pendidik dan/atau pimpinan sekolah, bagaimana Anda dapat menciptakan suasana positif di lingkungan Anda selama ini?
Dalam menciptakan suasana positif di sekolah:
Membangun hubungan yang kuat dengan cara komunikasi yang terbuka dengan cara menerima berbagai masukan, ide maupun kekhawatiran. Hubungan juga dapat berupa cara menghargai setiap individu karena setiap orang pasti berbeda baik murid, rekan sejawat, kepala satuan pendidikan maupun warga sekolah lainnya.
Lingkungan inklusif juga dapat menciptakan suasana positif. Menerima perbedaan adalah salah satunya, dipastikan setiap sekolah memiliki keberagaman budaya, agama dan sosial yang berbeda. Dengan memberi kesempatan orang lain merepresentasikan budayanya, kita telah menciptakan suasana yang positif.
Pemimin dipastikan akan menjadi pigur, sehingga secara sadar atau tidak sadar akan menjadi contoh apapun tindakannya. Keteladanan pemimpin dipastikan akan berimbas kepada suasana yang ditimbulkan.
Pertanyaan 3
Apakah hubungan antara menciptakan suasana yang positif dengan proses pembelajaran yang berpihak pada murid?
Menciptakan suasana positif di sekolah memiliki hubungan yang sangat erat dengan proses pembelajaran yang berpihak pada murid. Keduanya saling melengkapi dan mendukung satu sama lain. Susana positif menurut pemahaman saya dapat meningkatkan motivasi belajar murid karena mereka merasa didukung, aman dan dihargai. Ketika merasa aman dan dihargai murid akan fokus dalam belajar, bertanya tanpa takut salah, mengungkapkan apa yang dipikirannya lebih lugas. Sehingga pembelajaran menjadi aktif karena mereka ikut terlibat, ikut berpartisipasi.
Dengan menciptakan suasana positif di kelas tentu murid akan merasa senang, merasa dihargai, lebih fokus, dan aktif dalam belajar. Ketika murid yang aktif dapat dipastikan pembelajaran yang dilakukan berpihak kepada mereka.
Pertanyaan 4
Bagaimana penerapan disiplin saat ini di sekolah Anda, apakah sudah diterapkan dengan efektif, bila belum, apa yang menurut Anda masih perlu diperbaiki dan dikembangkan?
Di sekolah saya masih perlu pengembangan karena masih kurangnya komunikasi yang efektif antara guru, siswa, dan orang tua yang menyebabkan kesalahpahaman.
Kadang saya pribadi juga masih memberikan hukuman sebagai bentuk disiplin, meskipun bukan hukuman yang terlewat batas. Juga penerapan aturan yang belum konsisten, intervensi dari media sosial juga dapat membuat siswa bingung dan bantah. Dukungan dari orang tua juga sangat penting dalam membentuk perilaku murid.
Sekolah kami masih perlu pengembangan disiplin positif diantaranya melibatkan siswa dalam membuat aturan secara terbuka, komunikasi yang efektif dengan cara mendengarkan keluh kesahnya atas aturan yang berlaku dan menjelaskan mengapa aturan itu dibuat. Kami juga perlu lebih intens kolaborasi dengan orangtua secara terbuka dan rutin dalam menerapkan disiplin positif.
Refleksi
Sediakan waktu khusus, pejamkan mata, dibantu musik instrumental yang sesuai, kemudian bayangkan sekolah impian Anda. Ingat kembali gambaran sekolah impian yang Anda tulis saat mempelajari modul 1.3. Bagaimana suasana sekolahnya? Bagaimana sikap gurunya? Bagaimana tutur kata guru? Bagaimana guru bersikap kepada murid-muridnya? Bagaimana sikap murid-muridnya, bagaimana mereka saling berinteraksi, terhadap Anda, sebagai pimpinan sekolah dan terhadap guru-guru yang lain?
Untuk mewujudkan sekolah impian tersebut, bila Anda adalah seorang pemimpin di sekolah Anda, bagaimana Anda akan menciptakan sebuah lingkungan yang positif di sekolah Anda? Apa strategi yang akan Anda pilih? Bagaimana Anda akan menerapkan disiplin positif, apa yang perlu kita lakukan terlebih dahulu? Tentunya, salah satu hal yang paling penting adalah kita perlu menghilangkan rasa takut dalam diri murid-murid sehingga mereka merasa aman dan nyaman berada di sekolah, dan bahwa membuat kesalahan adalah suatu proses pembelajaran itu sendiri. Hanya dengan demikian, semua murid dapat belajar dengan rasa tenang, tanpa tekanan dan nyaman.
Jawaban :
Refleksi 1
Sekolah impian saya adalah sekolah yang ramah. Ramah kepada siapapun warga sekolah, baik guru, dan yang paling utama terhadap murid. Setiap warga sekolah terus berkolaborasi dan saling mendukung untuk dapat memanfaatkan apa yang ada di sekolah, memanfaatkan potensi yang ada. Suasana sekolah rapi dan rindang, taman hijau berbunga-bunga, udaranya terasa segar. Pohon buah-buahan yang ditanam telah dapat dipanen, setiap murid masing-masing memegang hasil karyanya, memakannya secara bersama-sama dengan penuh keceriaan.
Guru sebagai teladan adalah yang paling baik tutur katanya, lemah lembut, tegas berwibawa. Berinteraksi dengan murid-muridnya dengan penuh makna dan kesenangan. Murid-murid saling berinteraksi dengan sesamanya dengan memegang teguh etika berbicara, sopan dan santun, saling menghormati. Bertutur kata yang santun kepada orang dewasa sesuai dengan bahasa ibu yang mereka punya, dan bahasa Indonesia santun.
Refleksi 2
Dalam menciptakan lingkungan yang positif saya sebagai pemimpin akan menerapkan beberapa strategi.
Membangun hubungan positif , yaitu menciptakan hubungan yang hangat dan saling percaya antara guru dengan siswa agar timbul rasa tenang dan aman dengan menunjukkan kepedulian terhadap mereka, baik secara akademik maupun emosional. Mendorong kerjasama dan kolaborasi antar siswa. Dengan mengajak mereka saling membantu dan menghargai perbedaan. Serta melibatkan orang tua dalam kegiatan sekolah dan membangun komunikasi yang terbuka.
Fokus dalam pengembangan diri seperti belajar mengolah emosi, kegiatan ekstrakurikuler yang menarik dan siap menjadi konselor ketika murid secara sadar membutuhkan bantuan atau terlihat membutuhkan berdasarkan hasil observasi guru tentang masalah yang dihadapinya.
Penguatan positif diantaranya memberikan apresiasi terhadap prilaku dan prestasi yang baik, memberikan penghargaan dan pengakuan setiap usaha yang telah dilakukan.
Disiplin positif adalah strategi lainnya untuk menciptakan lingkungan positif dengan cara membuat aturan yang jelas. Di masing-masing kelas setiap guru direkomendasikan membuat kesepakatan belajar secara adil dengan menonjolkan etika, di lingkungan sekolah seluruh murid dilibatkan dalam pembuatan aturan beserta konsekuensinya yang logis dengan difasilitasi oleh guru.
Evaluasi secara berkala berupa umpan balik dari murid, guru dan orangtua agar program berjalan dengan baik. Selanjutnya melakukan penyesuaian berdasarkan hasil evaluasi.
Harapan untuk Diri Sendiri
Apa saja harapan-harapan yang ingin Anda lihat berkembang pada diri Anda, sebagai seorang pemimpin pembelajaran yang memiliki pengaruh pada warga sekolah, terutama murid-murid Anda setelah mempelajari modul ini?
Saya berharap mempunyai visi yang jelas, terukur, sederhana tetapi memiliki pengaruh besar terhadap perubahan iklim sekolah.
Saya akan terus belajar terkait kemampuan dalam hal komunikasi, khususnya komunikasi yang efektif bersama murid dan warga sekolah.
Prioritas akan kualitas pembelajaran juga menjadi sebuah harapan yang ingin dibangun dalam diri dengan cara terus belajar sepanjang mampu, berkolaborasi serta konsisten.
Hal yang paling mudah murid lihat secara nyata adalah tingkah orang dewasa, baik guru maupun orangtua. Keteladanan adalah hal yang tidak bisa dibantah lagi, apa yang saya lakukan bisa saja mereka ikuti. Ketika tindakan fositif yang diikuti tentu sebuah nilai yang diharapkan, apabila sebaliknya murid melakukan yang aturan jelas melarangnya tapi saya abai. Mereka melakukan itu bisa jadi sebagai tindakan imitasi atau protes terhadap apa yang saya dilakukan.
Harapan pada Murid
Apa saja harapan-harapan yang ingin Anda lihat berkembang pada murid-murid Anda setelah mempelajari modul ini?
Setelah saya mempelajari modul budaya positif dan eksplorasi sumber lain, saya berharap murid-murid dapat memiliki poin-poin berikut :
Mampu menghargai perbedaan individu, baik dari segi latar belakang, pendapat, maupun kemampuan.
Memiliki kesadaran akan tanggung jawab terhadap diri sendiri, kelompok, dan lingkungan sekolah.
Mampu berkomunikasi dengan baik dan santun, baik dengan teman sebaya maupun dengan orang dewasa.
Murid dapat menghadapi dan menyelesaikan masalah yang muncul dengan cara yang baik.
Memiliki kepercayaan diri yang tinggi untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar dan berinteraksi dengan orang lain.
Mampu merasakan dan memahami perasaan orang lain.
Murid berperan aktif dalam menjaga lingkungan sekolah yang bersih, nyaman, dan kondusif untuk mereka belajar.
Memiliki karakter yang kuat, seperti kejujuran, integritas, dan disiplin.
Memiliki motivasi intrinsik untuk belajar dan mampu belajar secara mandiri.
Poin-poin tersebut berkaitan erat dengan dimensi yang ada dalam Profil Pelajar Pancasila yang saya harapkan murid kedepan akan dapat mencapainya.
Ekspektasi
Apa saja kegiatan, materi, manfaat yang Anda harapkan ada dalam modul ini?
Kegiatan yang diharapkan antara lain:
Diskusi
Praktik baik
Studi kasus
Observasi kelas
Sedangkan materi yang saya harapkan adalah strategi membangun hubungan positif dengan murid
Saya berharap modul ini bermanfaat, khususnya pada poin-poin berikut :
Pemahaman mendalam terkait budaya positif
Keterampilan dalam membangun dan mempertahankan budaya positif
Meningkatnya motivasi dan prestasi murid
Konsep-Konsep Inti Budaya Positif
1.4.g. Ruang Kolaborasi Modul 1.4 - Kerja Kelompok
1.4.g.1. Ruang Kolaborasi Modul 1.4 - Presentasi dan Diskusi
1.4.g.2. Ruang Kolaborasi Modul 1.4 - Unggah Hasil Diskusi Kelompok
1.4.h. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.4
Skenario Penerapan Segi Tiga Restitusi
1.4.i. Elaborasi Pemahaman - Modul 1.4
1.4.j. Koneksi Antar Materi - Modul 1.4
Diseminasi Budaya Positif di SDN 2 Mekarmukti Kecamatan Talegong Kab. Garut.
Hari/Tanggal: Rabu, 21 Agustus 2024
Waktu : 09.00-12.00 WIB
Tempat : Ruang Kantor SDN 2 Mekarmukti